BRIN Menjawab Fenomena Cuaca Saat Ini Siang Terik Malam Hujan
Pemantauan cuaca di BMKG. (Foto: Dok. BMKG)
MerahPutih.com - Fenomena panas terik saat siang hari dan hujan turun saat malam hingga dini hari ternyata merupakan indikasi perubahan musim. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan fenomena itu menunjukkan Indonesia sedang memasuki akhir transisi dari musim penghujan ke kemarau.
"Jadi semakin terik suhu umumnya diikuti hujan di malam hari, walaupun sifat hujannya tidak sebesar pada umumnya saat musim penghujan. Ini adalah indikasi yang biasa terjadi akhir musim transisi pertama," kata Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan di Jakarta, dilansir dari Antara, Selasa (14/5).
Eddy mengaku belum bisa mengetahui secara pasti kapan puncak musim panas akan segera berakhir. Namun, lanjut dia, jika analisis berbasis perilaku data Indian Ocean Dipole (IOD) yang ada di Lautan Hindia, maka khusus untuk kawasan barat Indonesia dan kawasan Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa justru awal terjadinya kondisi panas sudah dimulai sejak April lalu dan terus merangkak hingga mencapai puncak sekitar Juli 2024.
Menurut dia, kondisi ini diperparah dengan mulai berhembusnya angin timuran yang bergerak melintasi kawasan Indonesia seiring dengan bergeraknya posisi matahari meninggalkan garis ekuator sejak 21 Maret, bergerak semu menuju belahan bumi utara. “Jadi, ada indikasi kuat jika kondisi panas ini akan terus berlanjut," kata Eddy.
Baca juga:
BMKG Nyatakan Udara Gerah di Indonesia Bukan dari Gelombang Panas
Selain kondisi uap air di kawasan barat Indonesia yang ditarik ke arah timur pantai timur Afrika juga angin timuran yang berasal dari gurun di bagian utara Australia sudah mulai merangkak memasuki kawasan Indonesia. Gerbang utama yang akan menerima kondisi ini adalah kawasan Nusa Tenggara Timur, diikuti Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, dan seterusnya.
Lebih jauh, Eddy menjelaskan posisi geografis Indonesia yang dua pertiga laut dan sepertiga daratan dengan lima pulau besar dan 17.548 pulau di mana masing-masing pulau menghasilkan konveksi lokal dan konveksi regional yang membentuk awan.
Artinya, lanjut dia, kondisi panas terik siang hari saat ini di Indonesia bukan karena fenomena gelombang panas. "Alhasil kawasan Indonesia relatif aman dari bahaya gelombang panas," tandas Eddy. (*)
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 24 November 2025: Awan Tebal di Pagi Hari, Siang Bakal Cerah Berawan
Cuaca Panas Ekstrem, Pemerintah DKI Diminta Segera Siapkan Ketersedian Air di Setiap Wilayah
Cuaca Panas Dengan Suhu Capai 37,6 Derajat Celcius, Ini Imbauan BMKG
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Disertai Petir Akan Guyur Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Jumat, 17 Oktober 2025
Suhu di Sebagian Daerah Jawa Barat Capai 37,6 Derajat Celsius, Masih Lebih Rendah Dibanding 2022
Cuaca Panas Landa Indonesia, BMKG Sebut Suhu di Jabar, NTT, dan Papua Tembus 37 Derajat Celsius
Cuaca Panas, Suhu di Solo Tembus 30 Derajat Celcius
Jangan Sampai Pingsan! Air Mineral Bisa Jadi Penyelamat Warga dari Panas Ekstem Jakarta
ISPA Jakarta Meledak Hampir 2 Juta Kasus, Dinkes Ungkap Biang Keladi Selain Polusi
Jakarta Panasnya Minta Ampun, Ahli WHO Desak Pemprov DKI Pasang Keran Air Gratis