BNPT: Amerika Tertarik Program Deradikalisasi Indonesia
Kamis, 13 Juli 2017 -
Program deradikalisasi yang dijalankan Indonesia dalam menangani persoalan radikalisme dan terorisme menarik perhatian Amerika Serikat (AS). Pihak AS ingin berbagi pengalaman dengan Indonesia dalam hal penanggulangan terorisme.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen (Pol) Suhardi Alius bertemu Asisten Khusus Presiden AS untuk Keamanan Nasional dan Penanggulangan Terorisme Thomas P Bossert di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat pada Selasa (11/7) waktu setempat. Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya antara Menlu Retno LP Marsudi dengan Bossert pada Juni lalu.
"Mr Bossert ingin tahu pengalaman Indonesia selama ini dalam menanggulangi terorisme termasuk di antaranya mengenai tantangan dari FTF (Foreign Terrorist Fighter) returnees, baik terhadap Indonesia maupun kawasan lain, serta upaya meningkatkan kerja sama penanggulangan terrorisme antarkedua negara," ujar Suhardi dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (12/7).
Kepada Bossert, mantan Kabareskrim Polri ini menyampaikan pentingnya upaya menyeimbangkan antara penggunaan pola pendekatan keras dan pendekatan lunak dalam penanggulangan terorisme.
"Terlebih dalam soft approach Indonesia relatif berhasil dalam program deradikalisasi, di mana teroris yang telah menjalani masa hukuman dari sebanyak 560 orang hanya tiga orang yang kembali melakukan tindakan terorisme," ujar alumni Akpol 1985 ini.
Mantan Kapolda Jawa Barat ini menjelaskan program kontraradikalisasi yang dilakukan BNPT menggandeng unsur masyarakat termasuk pemuda, netizen, dan juga mantan aktivis teroris untuk melakukan kontranarasi.
"Dan ini juga berjalan efektif dan menjadi program unggulan nasional," kata mantan Kadiv Humas Polri ini.