BMKG Nyatakan Udara Gerah di Indonesia Bukan dari Gelombang Panas
Senin, 06 Mei 2024 -
Merahputih.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa cuaca panas di wilayah Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave.
Dari karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG fenomena cuaca, panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.
"Khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Senin (6/5).
Baca juga:
BMKG Jelaskan Suhu Panas di Indonesia Merupakan Siklus Setiap Tahun
Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara.
Sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.
“Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia,” jelas Dwikorita.
Suhu panas yang terjadi, kata Dwikorita, adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.
Baca juga:
Prakiraan BMKG: Sejumlah Kota Besar Turun Hujan Ringan hingga Lebat Disertai Petir
Sama halnya dengan kondisi "gerah" yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.
Ini sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.
Diwkorita menjelaskan, peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara.
“Kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," paparnya.
Baca juga:
Prakiraan BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Berawan pada 5 Mei
Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi.
“Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun,” tutup Dwikorita.