Bakteri Megamonas si Pemicu Obesitas
Kamis, 01 Agustus 2024 -
MERAHPUTIH.COM - SEKARANG kamu punya kambing hitam yang bisa dipersalahkan untuk kenaikan berat badan, padahal kamu enggak makan banyak. Namanya bakteri Megamonas.
Temuan bakteri biang kerok obesitas ini didukung temuan terbaru para peneliti China yang diterbitkan dalam jurnal Cell Host & Microbe. Temuan itu menunjukkan penyebab utama dari fenomena kenaikan berat badan meski enggak banyak makan ialah Megamonas, keluarga bakteri pemicu obesitas.
Sebuah tim peneliti dari Rumah Sakit Ruijin yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Jiao Tong Shanghai, BGI Research, dan Institut Penelitian Medis Pintar di bawah naungan BGI Genomics mengidentifikasi bakteri pemicu obesitas potensial ini dan mengungkap mekanisme kerjanya dalam kelompok individu penderita obesitas skala besar di China. Demikian dilansir China Science and Technology Daily, dikutip ANTARA, Senin (29/7).
Sejumlah studi telah menyoroti peran penting probiotik usus dalam kasus obesitas. Namun, mikroba spesifik yang berkontribusi terhadap obesitas dan mekanisme kerjanya masih belum diketahui.
Baca juga:
Tim peneliti ini melaksanakan metode shotgun metagenomic sequencing pada sampel tinja dari kelompok yang terdiri dari 631 individu penderita obesitas dan kelompok kontrol dengan 374 individu yag memiliki berat badan normal. Mereka mengidentifikasi klaster mikroba dominan Megamonas yang terkandung pada subjek penderita obesitas.
Para peneliti mengidentifikasi tiga klaster yang menyerupai enterotipe di antara 1.005 sampel, yaitu Bacteroides, Prevotella, dan Megamonas. Individu yang memiliki kandungan Megamonas menunjukkan indeks massa tubuh (body mass index/BMI) yang lebih tinggi dan proporsi obesitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan dua tipe lainnya.
Analisis lanjutan menunjukkan tiga spesies Megamonas berkorelasi positif dengan berat badan, lingkar pinggang, dan BMI. Dari analisis ini, tim peneliti kemudian menyimpulkan adanya hubungan signifikan antara Megamonas dan obesitas.
Untuk mengungkap mekanisme kerja bakteri pemicu obesitas ini, tim peneliti melakukan eksperimen lanjutan menggunakan berbagai model seperti tikus bebas patogen spesifik (specific-pathogen-free/SPF), tikus bebas kuman (germ-free/GF), dan organel usus kecil. M rupellensis, spesies yang mewakili Megamonas, difungsikan sebagai agen pemberi makan eksperimental.
Eksperimen pada hewan tersebut menunjukkan bahwa M rupellensis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berat badan tikus SPF yang diberi makan dengan asupan normal. Di lain sisi, bakteri ini secara signifikan meningkatkan berat badan dan penumpukan lemak pada tikus SPF yang diberi asupan tinggi lemak.
Pada model tikus GF yang diberi asupan tinggi lemak, M rupellensis juga secara signifikan meningkatkan berat badan dan meningkatkan transportasi asam lemak usus dan penyerapan lipid secara signifikan.
Tim tersebut juga memverifikasi kemampuan M rupellensis untuk menurunkan inositol baik secara in vitro maupun in vivo. Inositol dapat menghambat efisiensi pengangkutan asam lemak. Hal itu menunjukkan efek pemicu obesitas dari M rupellensis dapat dijembatani melalui degradasi inositol.
Menurut Yang Fangming, salah satu penulis pertama makalah ini sekaligus peneliti di BGI, studi ini mengungkap adanya hubungan yang kuat antara Megamonas dan obesitas, serta memperjelas mekanisme Megamonas dalam memicu obesitas.
Yang menyebut penelitian ini diharapkan dapat memunculkan bakteri target baru untuk diagnosis dan pengobatan obesitas di masa mendatang.(*)
Baca juga: