Kesehatan

Bakteri Megamonas si Pemicu Obesitas

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 01 Agustus 2024
Bakteri Megamonas si Pemicu Obesitas

Obesitas merupakan penyakit dan dapat memicu komplikasi. (freepik/jcomp)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MERAHPUTIH.COM - SEKARANG kamu punya kambing hitam yang bisa dipersalahkan untuk kenaikan berat badan, padahal kamu enggak makan banyak. Namanya bakteri Megamonas.

Temuan bakteri biang kerok obesitas ini didukung temuan terbaru para peneliti China yang diterbitkan dalam jurnal Cell Host & Microbe. Temuan itu menunjukkan penyebab utama dari fenomena kenaikan berat badan meski enggak banyak makan ialah Megamonas, keluarga bakteri pemicu obesitas.

Sebuah tim peneliti dari Rumah Sakit Ruijin yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Jiao Tong Shanghai, BGI Research, dan Institut Penelitian Medis Pintar di bawah naungan BGI Genomics mengidentifikasi bakteri pemicu obesitas potensial ini dan mengungkap mekanisme kerjanya dalam kelompok individu penderita obesitas skala besar di China. Demikian dilansir China Science and Technology Daily, dikutip ANTARA, Senin (29/7).

Sejumlah studi telah menyoroti peran penting probiotik usus dalam kasus obesitas. Namun, mikroba spesifik yang berkontribusi terhadap obesitas dan mekanisme kerjanya masih belum diketahui.

Baca juga:

2045, Indonesia Diprediksi Masuk 10 Besar Obesitas Dunia


Tim peneliti ini melaksanakan metode shotgun metagenomic sequencing pada sampel tinja dari kelompok yang terdiri dari 631 individu penderita obesitas dan kelompok kontrol dengan 374 individu yag memiliki berat badan normal. Mereka mengidentifikasi klaster mikroba dominan Megamonas yang terkandung pada subjek penderita obesitas.

Para peneliti mengidentifikasi tiga klaster yang menyerupai enterotipe di antara 1.005 sampel, yaitu Bacteroides, Prevotella, dan Megamonas. Individu yang memiliki kandungan Megamonas menunjukkan indeks massa tubuh (body mass index/BMI) yang lebih tinggi dan proporsi obesitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan dua tipe lainnya.

Analisis lanjutan menunjukkan tiga spesies Megamonas berkorelasi positif dengan berat badan, lingkar pinggang, dan BMI. Dari analisis ini, tim peneliti kemudian menyimpulkan adanya hubungan signifikan antara Megamonas dan obesitas.

Untuk mengungkap mekanisme kerja bakteri pemicu obesitas ini, tim peneliti melakukan eksperimen lanjutan menggunakan berbagai model seperti tikus bebas patogen spesifik (specific-pathogen-free/SPF), tikus bebas kuman (germ-free/GF), dan organel usus kecil. M rupellensis, spesies yang mewakili Megamonas, difungsikan sebagai agen pemberi makan eksperimental.

Eksperimen pada hewan tersebut menunjukkan bahwa M rupellensis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berat badan tikus SPF yang diberi makan dengan asupan normal. Di lain sisi, bakteri ini secara signifikan meningkatkan berat badan dan penumpukan lemak pada tikus SPF yang diberi asupan tinggi lemak.

Pada model tikus GF yang diberi asupan tinggi lemak, M rupellensis juga secara signifikan meningkatkan berat badan dan meningkatkan transportasi asam lemak usus dan penyerapan lipid secara signifikan.

Tim tersebut juga memverifikasi kemampuan M rupellensis untuk menurunkan inositol baik secara in vitro maupun in vivo. Inositol dapat menghambat efisiensi pengangkutan asam lemak. Hal itu menunjukkan efek pemicu obesitas dari M rupellensis dapat dijembatani melalui degradasi inositol.

Menurut Yang Fangming, salah satu penulis pertama makalah ini sekaligus peneliti di BGI, studi ini mengungkap adanya hubungan yang kuat antara Megamonas dan obesitas, serta memperjelas mekanisme Megamonas dalam memicu obesitas.

Yang menyebut penelitian ini diharapkan dapat memunculkan bakteri target baru untuk diagnosis dan pengobatan obesitas di masa mendatang.(*)

Baca juga:

Penderita Obesitas Sangat Berisiko Alami Migrain Kronis

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Indonesia
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Anggaran kesehatan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dialokasikan sebesar Rp 244 triliun.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Bagikan