Bahaya Hipertensi Untuk Ibu Hamil dan Janin

Jumat, 18 Februari 2022 - Iftinavia Pradinantia

PENYANDANG hipertensi di Indonesia relatif tinggi. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34 persen. Dari semua pasien hipertensi, mayoritas adalah pasien perempuan. Anggota Pokja Panduan Konsensus InaSH, dr. Siska Suridanda Dany, Sp.JP., FIHA mengatakan perubahan hormonal bisa menyertai hipertensi.

"Siklus hidup perempuan dimulai dengan masa kanak-kanak kemudian diikuti fase remaja, dewasa muda, menopause serta usia tua. Dalam setiap fase, terdapat perubahan spesifik gender yang dapat menempatkan perempuan pada risiko hipertensi serta komplikasi yang menyertainya," ujarnya dalam virtual Press Conference, Jumat (18/2).

Dari semua fase usia, perempuan hamil merupakan kelompok paling rentan terhadap hipertensi. “Hipertensi ditemukan pada sekitar 10 persen kehamilan dan menempati urutan kedua sebagai kontributor penyebab kematian ibu hamil di negara berkembang," tuturnya.

Baca Juga:

Kulit Mulus Bebas Stretch Mark di Masa Kehamilan

kehamilan
Hipertensi di masa kehamilan berisiko kematian (Sumber: Pexels/Amina Filkins)

Ibu hamil dengan hipertensi berisiko mengalami kejang, stroke, gagal ginjal, pembekuan darah, dan gagal jantung. Bukan hanya berisiko untuk ibunya saja, hipertensi juga bisa memberi efek buruk bagi bayi yang dilahirkan. Bayi yang lahir dari ibu dengan hipertensi berisiko melahirkan bayi prematur, terhambatnya pertumbuhan, dan kerusakan plasenta.

Baca Juga:

Tips Jitu Atasi Stres Selama Kehamilan

hamil
Makanan bergizi bisa mencegah hipertensi di masa kehamilan. (Sumber: Pexels/Amina Filkins)

Golongan perempuan yang berpotensi mengalami hipertensi selama kehamilan adalah ibu yang berusia di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun, memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, ibu dengan diabetes melitus, obesitas, kehamilan kembar, riwayat gangguan ginjal, dan penyakit autoimun. Hal tersebut tentu bisa dicegah dengan tetap menjaga berat badan tetap ideal selama masa kehamilan. "Ibu bisa berolahraga, mengatur pola makan rendah garam rendah lemak," jelasnya.

Pasca kelahiran, ia juga menyarankan untuk hati-hati dalam memilih pil kontrasepsi. "Hipertensi terkait pil kontrasepsi didapatkan pada sekitar 2-5 persen perempuan dengan tekanan darah yang awalnya normal, sedangkan pada perempuan hipertensi, peningkatan tekanan darah terjadi pada 9-16 persen pada pengguna pil kontrasepsi," urainya.

Tatalaksana hipertensi dan komplikasinya pada kehamilan harus mempertimbangkan perubahan hormonal yang terjadi serta kondisi kehamilan yang menyebabkan keterbatasan terapi anti hipertensi yang dapat diberikan. (avia)

Baca Juga:

Pentingnya Jaga Suasana Hati di Masa Kehamilan

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan