Anomali Harga Beras Naik di Tengah Stok Gede, Ini Kata Mentan

Selasa, 03 Juni 2025 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Pemerintah mengklaim stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang saat ini dikelola oleh Perum Bulog mencapai 4 juta ton lebih, angka tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam waktu 57 tahun terakhir.

Dengan kondisi itu, target swasembada beras yang semula ditargetkan terwujud pada tahun keempat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dapat tercapai lebih cepat yaitu pada tahun ketiga. Namun, stok tinggi tidak membuat harga beras turun malah makin naik.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjelaskan anomali atau keanehan di mana harga beras justru naik pada saat stoknya sedang melimpah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras di tingkat grosir dan eceran pada bulan Mei 2025 masing-masing naik di harga Rp 13.735 dan Rp 14.748 per kg.

Baca juga:

Prabowo akan Salurkan Beras 20 Kg dan Uang Tunai Rp 400 Ribu untuk Keluarga Penerima Manfaat

"Ini harus diinvestigasi. Karena data BPS sudah rilis. Bahwa di pengecer turun. Di penggilingan, penggilingan itu identik, dekat dengan petani, di hulu. Kenapa di pengecer naik?” kata Mentan Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementan RI Jakarta, Selasa.

Amran mengatakan harga rata-rata beras justru turun di tingkat penggilingan. Dengan demikian, seharusnya harga beras di tingkat eceran juga ikut mengalami penurunan.

Selain itu, Mentan juga menyoroti adanya keanehan di data stok beras di gudang beras Cipinang pada bulan Mei 2025.

Berdasarkan data yang ia bagikan kepada awak media, ada setidaknya 11.410 ton beras keluar dari gudang Cipinang pada 28 Mei 2025.

"Tahu nggak kalau 11 ribu itu dibagi 10 itu berapa? 1.000. Berarti 1.000 truk yang keluar (dengan beras) dalam satu hari, ini tiba-tiba, mendadak, tidak pernah terjadi selama lima tahun,” kata Amran.

Amran mengatakan, pihaknya bersama dengan Satuan Tugas (Satgas) Pangan akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait dugaan adanya pihak yang “bermain” di tingkat distribusi, atau disebut dengan istilah “middle man” oleh Mentan.

"Middle man” ini, lanjut dia, dinilai sebagai pihak yang membuat rantai pasok beras semakin panjang, dan pada akhirnya membuat harga beras malah menjadi mahal. Ini tidak benar. Artinya apa? Ada 'middle man' yang mempermainkan. Inilah terkadang kita sebut mafia,” tegas Amran.

"Jangan mempermainkan ini. Kita setengah mati berproduksi (beras), setengah mati membantu petani," katanya.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan