#AllEyesOnPapua Seruan Jaga Lingkungan Papua

Selasa, 04 Juni 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Seruan All Eyes on Papua ramai jadi perbincana jagat sosial media Indonesia lantaran tergesernya ruang lingkung kehidupan masyarakat adat Papua.

Belum lama ini, ada aksi Masyarakat adat Papua di Jakarta untuk menyampaikan keluh kesahnya terhadap krisis yang terjadi di Papua.

Dalam unggahan tagar #AllEyesOnPapua, tertaut video masyarakat adat tersebut menyampaikan keluh kesahnya.

Diketahui masyarakat adat tersebut bernama Hendrikus Woro, ia dari suku Awyu mengatakan bahwa aktivitas perusahan perkebunan menggeser lingkungan hidupnya.

Baca juga:

Viral! Ramai Poster All Eyes on Papua di Medsos, Apa yang Terjadi?

"Di tempat kami itu terancam adanya perusahaan atau investasi perkebunan kelapa sawit. Padahal ini adalah pelanggaran HAM,” katanya dalam video yang diunggah @machigyu, https://x.com/machigyu/status/1796364556375380201

Tak hanya itu, Hendrikus Woro mengatakan kalau masyarakat adat adalah korban dari pelanggaran HAM dari aktivitas perusahaan yang ada.

"Kami ini adalah korban dari pelanggaran HAM. Ini hak kami, hak mutlak,” ucapnya.

Pada kesempatan lain, perempuan dari suku Awyu juga menyuarakan kondisi Papua. Perempuan tersebut bernama Rikarda Maa. Ia tampak mengenakan rok rumbai baju adat khas Papua itu mengatakan tentang lingkungan hidupnya yang tergeser karena aktivitas bisnis perusahaan. Meraka merasa terancam.

Baca juga:

Kerawanan Pilkada 2024 di Papua, Mulai dari Politik Uang hingga Netralitas ASN

”Kami Perempuan, para perempuan yang ada di seluruh tanah Papua, kami semua merasa sangat terancam. Saya tidak punya sumber kehidupan yang lain, sebab saya hidup dari tempat saya dari tanah saya, dari alam saya, dari alam di sana. Dari Hutan itu yang saya hidup dari situ,” ucapnya.

Ia menegaskan tanahnya tidak boleh dirampas atau diambil oleh perusahaan. Bahwa negara telah melakukan pengabaian terhadap masyarakat adat.

"Pengabaian negara terhadap kami maka terlihat jelas. Dalam kasus-kasus pengambilalihan dan eksploitasi kekayaan alam terlihat jelas," katanya.

Ia mengaskan, kalau masyarakatnya tidak membutuhkan uang untuk hidup. Masyarakat adat kata Hendrikus hanya membutuhkan ruang hidup masyarakat adat terjaga tanpa ada gangguan.

”Kami tidak mau hidup dengan uang, kami mau hidup tanpa uang. Kami tanpa uang pun hidup tahun-tahun di hutan. Saya tidak pusing uang, saya bisa hidup,” katanya.

Netizen Indonesia pun turut menyampaikan pendapatnya, dengan berkomentar jaga hutan papua. Mereka kompak merasakan mirisnya perlindungan masyarakat adat.

“LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA LINDUNGI HUTAN PAPUA #LindungiHutanPapua #LindungiHutanPapua @MahkamahAgung @DPR_RI,” tulis akun @7BlackStar_.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan