Aibon, Makanan Ajaib Sumber Karbohidrat dari Tanah Papua
Selasa, 13 November 2018 -
PAPUA merupakan provinsi di wilayah Indonesia timur yang eksotis. Membicarakan kekayaan Papua tak pernah ada habisnya. Bumi Cenderawasih bak surga yang diciptakan Tuhan di Bumi. Keindahan alamnya, kekayaan budayanya, menjadi daya tarik para pelancong untuk datang.
Tanah Papua juga merupakan dapur alam bagi makanan tradisional. Ada banyak makanan khas Papua terkenal. Semua merupakan budaya turun temurun dari pengolahan hasil alam bumi Papua yang kaya.
Berbeda dengan kebanyakan daerah di Indonesia, tengah dan barat khususnya. Papua punya makanan pengganti nasi. Ada olahan sagu yang terkenal. Diolah dengan beragam sajian dan dipadu dengan ikan atau penganan lain. Ada juga ubi. Selain ada buah aibon sumber karbohidrat bagi masyarakat Papua.

Pohon aibon (Brugueira gymnorhiza L) bagi masyarakat Papua pesisir bukan hanya sebagai tanaman alami pencegah abrasi. Di daerah lain pohon pelindung daerah pantai dan tempat perlindungan ikan ini sejenis pohon bakau.
Laman Antara menuliskan, kalau air laut surut biasanya warga mengambil buah aibon di hutan lalu direbus sampai lembek. Kemudian dikuliti dan diiris lalu diredam ulang.

Setelah itu kemudian buah aibon direndam dengan air garam. Setelah beberapa lama baru kemudian direbus dengan air tawar. Berdasarkan penelitian Zita Letviany Sarungallo dkk yang dimuat dalam Jurnal Natur Indonesia (2010) berjudul Sifat Fisikokimia dan Fungsional Pati Buah Aibon, pohon aibon merupakan salah satu spesies penyusun hutan mangrove.
Potensi pohon aibon pada hutan mangrove di Distrik Supiori Selatan, Kabupaten Supiori seluas sekitar 120 hektare, dengan potensi buah 6.228,8 kilogram per hektare.
Buah aibon berbuah tiga kali dalam setahun dengan jangka waktu berbunga sampai waktu panen selama enam bulan. Buah ini selalu tersedia sepanjang tahun.
Walaupun demikian, pemanfaatan buah aibon sebagai bahan pangan belum populer di masyarakat. Ini lebih disebabkan karena kurangnya informasi mengenai pemanfaatan maupun proses pengolahannya.
Buah aibon mengandung protein 3,88 persen, lemak 0,851 persen, abu 1,24 persen, serta karbohidrat 94,03 persen, dengan kadar pati 67,75 persen, total gula 4,56 persen, dan serat kasar 11,48 persen.
Dengan kandungan karbohidrat dan pati yang cukup tinggi, buah aibon berpeluang dikembangkan sebagai sumber pati baru di Indonesia.
Aibon menurut cerita masyarakat merupakan makanan yang ikut mempertahankan kehidupan ketika wabah kolera dan kelaparan melanda hampir sebagian besar Pulau Papua.
Aibon juga termasuk barang yang dijadikan bahan untuk barter masyarakat Sowek dengan warga di wilayah lain, termasuk menukarkan dengan anak gadis atau perempuan. Maka terjadi pula perkawinan campur.
Kampung Sowek berada di Distrik Kepulauan Aruri, Kabupaten Supiori. Kabupaten Supiori merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Biak Numfor. Sebagian besar rumah di Sowek berada di atas permukaan laut yang memang sudah menjadi tradisi turun-temurun masyarakat Sowek.
Filosofi orang Sowek sebagai nelayan, bahwa model rumah ini menunjukkan ciri khas nelayan. Rumah dibangun dengan menggunakan bahan dari pohon sagu. Sedangkan penataan rumah berdasarkan marga setiap warga di Kampung Sowek.

Meski sudah mengonsumsi aibon sejak kecil, Selvi, warga Sowek, mengaku pemanfaatan aibon untuk meningkatkan ekonomi warga masih terbatas. Selvi bersama sekitar 10 perempuan Kampung Sowek, tergabung dalam Kelompok Debora untuk mengolah aibon menjadi barang ekonomis, yaitu kue bolu dan kue kering.
Dengan mencampurkan berbagai bahan untuk membuat kue pada umumnya, seperti tepung terigu, telur, gula, susu, soda kue, vanila, pelembut kue, dan bahan-bahan lain. Kelompok Debora menjual kue bolu seharga Rp 200 ribu per loyang dan Rp 60 ribu untuk kue kering per toples.
Pemesan produk usaha mereka biasa berasal dari kabupaten lain, seperti Manokwari, Nabire, hingga Jayapura.
"Orang pesan kalau ada kegiatan Manokwari, Nabire, hingga Jayapura. Kalau ada (orang) yang dari Jakarta juga kadang memesan," ungkap Mama Selvi.
Namun, pemesanan hanya dilakukan dari mulut ke mulut karena sambungan telepon, apalagi internet, belum sampai Sowek. Sowek terletak di pulau dalam kawasan Kabupaten Supiori. Kabupaten Supiori ada di Pulau Supiori yang berdekatan dengan Pulai Biak yang hanya dipisahkan oleh Selat Sorendiweri.
Pulau Biak terletak di timur kepala burung Pulau Papua. Dari Biak, Kabupaten Supiori dapat ditempuh lewat jalan darat, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kapal motor dari Pelabuhan Korido sekitar 40 menit.
Hasil dari Kelompok Debora itu pun lebih sering untuk kebutuhan Gereja Kristen Injil (GKI) Elim Sowek karena kelompok Debora memang buatan gereja tersebut.
Mama Selvi mengaku untuk kegiatan non-gereja, kelompok itu menjelma menjadi Kelompok Odori meski anggotanya sama dengan Kelompok Debora. Kelompok Odori pernah mendapat modal Rp 1 juta dari pemerintah setempat tetapi belum ada pelatihan teratur, khususnya untuk pemasaran hasil aibon.
"Harapannya, ke depan akan lebih banyak sosialisasi dari Dinas Pariwisata apalagi pada 2020 akan ada festival pariwisata. Jadi mulai 2019 atau tahun depan kami sudah mempersiapkan pondok-pondok penginapan maupun kerajinan anyaman untuk festival tersebut," tambahnya.
Sesungguhnya, selain potensi aibon dan anyaman tradisional, Kampung Sowek juga mempunyai potensi wisata rumah di atas laut dan wisata hutan mangrove yang terjaga asri.
Ketika Matahari mulai tenggelam, pemandangan dari Kampung Sowek mulai menjelma bagai kanvas yang diwarnai cahaya keemasan Matahari. Berwarna ungu, kuning, merah, dan jingga. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Nasi Jagung, Sajian Legendaris dari Pulau Madura