Fahri Hamzah Kritik Rendahnya Budaya Literasi Masyarakat
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah (Foto: MP/Gomes Roberto)
MerahPutih.Com - Rendahnya budaya literasi dalam masyarakat dikritisi Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Menurutnya hal itu tidak terlepas dari tidak jelasnya arah kebijakan pemerintah.
Lebih lanjut, politisi PKS ini menilai kurangnya dukungan pemerintah membuat budaya literasi tidak berkembang secara baik dan terarah.
Fahri Hamzah mencatat, salah satu yang menghambat munculnya budaya literasi adalah pelarangan buku dan tidak adanya contoh dari pemerintah bagaimana membudayakan membaca di masyarakat.
"Bagaimana mau mengkampanyekan literasi kalau konsepnya saja tidak tahu, itu yang membuat kita sulit. Kegandrungan nasional akan literasi masih rendah, lalu sekarang ditambah dengan hilangnya buku," kata Fahri Hamzah dalam diskusi di Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (11/2).
Pencetus ormas GARBI ini mengatakan, tradisi membaca atau literasi yang baik, akan melahirkan masyarakat yang berkarakter sehingga ketika literasi rendah maka masyarakat gampang diprovokasi dan dijajah.
Dia menilai dahulu orang membaca buku ada pengantar, pendahuluan, isi dan kesimpulan namun saat ini muncul tradisi menulis pendek melalui media sosial.
Menurut Fahri sebagaimana dilansir Antara, tradisi menulis pendek itu akan melahirkan manusia berpikiran pendek, tidak mengerti bagaimana melahirkan sitesa dan memunculkan kesimpulan sehingga tidak ada alur diskusi dan dialektika yang baik.
Kondisi itu dalam pandangan Fahri diperparah dengan munculnya upaya kriminalisasi terhadap seorang yang menuliskan gagasannya dalam tradisi teks pendek dengan dikenakan pasal pidana dalam UU ITE.
"Itu karena pemerintah tidak mengerti gelombang kebebasan di layar kaca karena ketika orang memegang gadget, bisa mengkritisi apapun," katanya.
Belum lagi UU ITE memperparah ruang gerak kebebasan beropini masyarakat.
"Itu membuat galau pemerintah sehingga menggunakan UU ITE padahal digunakan untuk administrasi ekonomi namun digunakan pemerintah untuk mengintip aktivitas masyarakat," tambah Fahri.
Fahri Hamzah menilai seharusnya pemerintah menyadarkan masyarakat untuk kembali kepada tradisi literasi misalnya buku apa yang harus dibaca masyarakat seperti menggandrungi teks lama dan membaca sejarah secara utuh.
Seharusnya, kata dia pemimpin bangsa harus mengambil posisi penting dalam tradisi literasi yaitu berbicara secara lantang terkait arah bangsa dan mengirimkannya sinyal tersebut kepada bangsa lain.
"Soekarno ketika di dalam penjara dan di pengasingan di Bengkulu, Ende dan Bandung, mampu mengirimkan sinyal kepada bangsa lain. Karena itu jangan kurangi selera kita terhadap seorang pemimpin, kita butuh pemimpin 'raksasa' dalam ide dan pemikiran yang memukau dunia," tegas Fahri Hamzah.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Gunakan Ular Untuk Interogasi Pencuri, Oknum Polisi Polda Papua Dikecam
Bagikan
Berita Terkait
Warga Berburu Buku Murah dalam Ajang Festival Literasi Jakarta 2025 di Jakarta
Dasco Dorong Pemerintah untuk Perhatikan Kondisi Bangunan Tua Pesantren demi Keselamatan Santri
Wakil Ketua DPR RI Pastikan Tak Ada Anggota Parlemen di Komisi Reformasi Polri
Dasco Ungkap RUU BUMN Segera Rampung, Kementerian BUMN akan Bertransformasi Jadi Badan Penyelenggara
Gaji DPR RI 2025 Usai Pemangkasan: Berapa Take Home Pay-nya Sekarang?
Wakil Ketua DPR Sebut RUU Perampasan Aset akan Dibahas setelah RKUHAP Selesai
Di Hadapan Mahasiswa, Wakil Ketua DPR Minta Maaf dan Janji Lakukan Evaluasi Menyeluruh
Audiensi dengan Elemen Mahasiswa, Dasco Pastikan Tunjangan Rumah Anggota DPR Disetop per 31 Agustus 2025
UOB My Digital Space Bekali 90 Ribu Pelajar Indonesia dengan Keterampilan Digital, Gandeng Ruangguru sebagai Mitra
Wakil Ketua DPR Dorong BPJS Ketenagakerjaan Lebih Inklusif: Lindungi Pekerja Formal dan Informal