Berkah jadi Anak Laki-Laki Pertama di Keluarga Batak


Biasanya jadi yang paling diperhatikan keluarga. (Netflix)
MASYARAKAT adat Batak terkenal begitu sarat akan adat istiadat, dengan berbagai aturan-aturan kebudayaan dan norma yang melekat dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakatnya. Tak sedikit aturan-aturan tersebut yang masih berlaku hingga kini.
Salah satu yang paling kentara dalam norma berkeluarga adat Batak, ialah pentingnya kehadiran anak laki-laki sebagai keturunan pertama dalam keluarga. Umumnya anak laki-laki akan menjadi yang pertama mereka harapkan lahir di dalam keluarga.
Baca juga:
Jangan Salah Kaprah, Begini Aturan Ulos di Hajatan Nikahan Batak

Kebetulan, aku adalah salah satu orang yang diharapkan hadir di dalam keluarga Batak itu. Aku merupakan anak laki-laki pertama di dalam keluarga, harapan besar keluarga terutama papa dan mamaku. Ada sejumlah alasan penting bagi keluarga Batak yang membuat kehadiran orang-orang sepertiku begitu diharapkan.
Salah satunya, ialah karena sebagai anak laki-laki pertama, aku lah yang nanti akan membawa nama baik marga papa di berbagai acara keluarga. Selain itu, menilik budaya patriarki yang kental di adat Batak, anak laki-laki juga memang dianggap lebih penting dibanding anak perempuan.
Alasannya adalah karena anak perempuan dianggap tidak akan bisa membawa nama marga keluarga ketika sudah menikah nanti. Setelah dipinang lelaki lain, anak perempuan Batak akan mengikuti marga suaminya. Hanya anak laki-laki yang akan tetap mempertahankan marwah marga keluarga.
Namun, harapan-harapan itu tentu juga memberikan sejumlah beban bagi anak laki-laki pertama di keluarga Batak. Contoh, seperti di keluargaku, aku diharapkan mampu meneruskan bahkan mengangkat nama baik keluarga dalam perspektif finansial, kepatutan, dan kaidah-kaidah kebudayaan.
Banyak tuntutan-tuntutan yang diembankan padaku, seperti harus bisa lebih sukses dari orangtua, menikah dengan perempuan Batak, mengerti adat dan kebudayaan Batak, dan lainnya. Bahkan, bukan hanya bagi kedua orangtuaku, namun bagi keluarga besarku pula.
Baca juga:
Batik Gorga, Kebanggaan Orang Batak

Selain itu, mengingat pola didik orang Batak memang dikenal cukup keras, orangtuaku justru lebih keras lagi dalam mendidik aku sebagai anak laki-laki pertama, dibanding adik perempuanku. Aku dituntut untuk menjadi laki-laki tangguh yang pantang menyerah dan harus siap menghadapi segala tingkat kerasnya dunia.
Kendati demikian, aku juga menerima cukup banyak berkah, terutama dibanding adikku. Misalnya, permintaan aku cenderung lebih mudah dikabulkan, terutama yang berkaitan kebutuhan dan keinginanku. Nampaknya, hal itu bisa terjadi karena orangtuaku melihat diriku sebagai instrumen investasi mereka di masa depan.
Ya, orangtua Batak memiliki kecenderungan untuk menjadikan anak laki-laki pertama mereka sebagai instrumen investasi. Menjadi kebudayaan bagi masyarakat adat Batak untuk bergantung kehidupan pada anak laki-laki pertama mereka setelah sudah dewasa, bekerja, dan menikah.
Masih banyak berkah lainnya, seperti menjadi orang yang paling didengar di dalam keluarga, selalu diperhatikan apa yang dibutuhkan, hingga yang paling signifikan, ialah biasanya menjadi ahli waris utama orangtua. (waf)
Baca juga:
Tak Sekadar Dihidangkan, Ikan Mas Arsik dalam Upacara Adat Batak Ada Maknanya
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
15 Tahun Batik Wistara Konsisten Berdayakan Disabilitas Lewat Batik Khas Surabaya

Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Keberagaman budaya Indonesia Masih Jadi Magnet Bagi Wisatawan Mancanegara

Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI

Menbud Pastikan Pacu Jalur yang Kini Viral Sudah Lama Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional

Pemprov DKI Segera Rampungkan Perda yang Melarang Ondel-ondel Ngamen di Jalan, Rano Karno: Mudah-mudahan Sebelum HUT Jakarta

Wajah Baru Indonesia Kaya Konsiten Usung Budaya Indonesia dengan Konsep Kekinian

Komisi X DPR Soroti Transparansi dan Partisipasi Publik dengan Menteri Kebudayaan

Fadli Zon: Kongres Perempuan 1928 Justru Diperkuat dalam Sejarah Indonesia

5 Museum Jakarta Buka Sampai Malam, Pengunjung Melonjak Hingga Ribuan
