Yang Harus Diperhatikan Saat Konsumsi Tablet Tambah Darah

Andrew FrancoisAndrew Francois - Selasa, 03 Januari 2023
Yang Harus Diperhatikan Saat Konsumsi Tablet Tambah Darah

Susu dapat menurunkan penyerapan zat besi. (Foto: Unsplash/Engin Akyurt)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BEBERAPA asupan ternyata mempunyai efek mengurangi penyerapan zat besi. Karena itu, dr. Dias Septalia Ismaniar, Sp.PD, mewanti-wanti orang yang sedang mengonsumsi tablet tambah darah, yang mengandung zat besi, perlu menghindari beberapa jenis asupan.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Universitas Indonesia itu menyebut susu dan produk turunannya seperti keju dan yogurt, termasuk hidangan yang perlu dihindari.

"Karena dapat mengurangi penyerapan zat besi. Obat-obatan seperti antasida juga sebaiknya dihindari," kata dr. Dias Septalia Ismaniar, Sp.PD yang berpraktik di RS Pondok Indah, seperti dilaporkan ANTARA, Senin (2/1).

Selain itu, makanan seperti telur, sereal, roti whole grain, atau biji-bijian utuh juga sebaiknya dihindari karena dapat berefek serupa bila dikonsumsi berbarengan dengan tablet tambah darah.

Baca juga:

Bahaya Etilen Oksida dalam Makanan

Konsumsi tablet tambah darah secukupnya. (Foto: Unsplash/Kayla Maurais)

Dias mengatakan, untuk mengurangi efek mual TTD, seseorang dapat meminumnya bersamaan dengan makanan, kecuali makanan yang dapat mengurangi penyerapan zat besi. Seperti yang sudah disebutkan.

Sedangkan untuk menghindari konstipasi atau sembelit, ia menyarankan orang-orang memperbanyak minum air, tetap aktif berolahraga, dan perbanyak asupan serat.

Dias menyarankan, sebelum minum TTD, seseorang sebaiknya melakukan pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu untuk mengetahui bila ia terkena anemia dan menentukan jenis anemia yang diderita.

Pemeriksaan awal yang disarankan antara lain terkait hemoglobin, leukosit, trombosit, zat besi, serum, feritin, total iron binding capacity, saturasi transferin, fungsi ginjal, yakni ureum kreatinin, fungsi hati, yaitu SGOT dan SGPT.

Baca juga:

Kampanye ‘Keren Dimakan’ Ajak Generasi Muda Konsumsi Makanan Sehat

Perhatikan makanan yang masuk dalam tubuh saat mengonsumsi TTD. (Foto: Unsplash/Farhad Ibrahimzade)

"Bila nanti terbukti anemia karena kekurangan zat besi, baru diperbolehkan untuk rutin mengonsumsi suplemen penambah darah dengan catatan harus dilakukan evaluasi berkala, paling tidak tiga bulan kemudian," terangnya.

Dias menambahkan konsumsi TTD yang berlebihan dapat mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan gejala mual, muntah, diare, atau konstipasi. Ada pula gejala nyeri perut, kerusakan hati atau sel otak serta jantung, yang dapat berakibat fatal karena akumulasi penumpukan zat besi di organ-organ tersebut.

Kamu juga dapat mencegah anemia dengan mengonsumsi makanan-makanan tinggi zat besi, seperti kacang-kacangan, daging merah, hati, buah kering, sayuran hijau, telur, ikan, dan biji-bijian. (waf)

Baca juga:

Kenapa Sih Bumil Enggak Boleh Konsumsi Makanan Gosong?

#Kesehatan #Susu
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.

Berita Terkait

Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Indonesia
Indonesia Ekspor Produk Olahan Susu ke Malaysia dan Filipina, Nilainya Capai Rp 1,7 M
Mendag berharap Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia-EU CEPA) dapat mendorong penetrasi produk susu Indonesia ke wilayah Eropa.
Dwi Astarini - Rabu, 01 Oktober 2025
Indonesia Ekspor Produk Olahan Susu ke Malaysia dan Filipina, Nilainya Capai Rp 1,7 M
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan