Waspada Burnout Bagi Freelancer


Jangan sampai burnout dalam bekerja. (Foto: Unsplash/Luis Villasmil)
PEKERJA lepas atau freelancer memiliki pekerjaan yang tak menentu dan bisa datang kapan saja. Oleh karena itu, dokter spesialis kedokteran jiwa dr. Jiemi Ardian, SpKJ mengingatkan agar perlu menyadari batasan tubuh untuk mencegah stres.
"Kita perlu belajar menyadari batasan tubuh, bukan sekadar mengikuti alur kerja dari jam dan tuntutan saja," kata Jiemi, seperti dilansir ANTARA, Selasa (2/5).
Jiemi yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) itu mengatakan, tubuh manusia sebenarnya memiliki kapasitas yang terbatas. Apalagi jika tubuh hanya banyak duduk, tidak berolahraga, serta kurang tidur, maka kapasitas tubuh akan semakin minimal sehingga stresor yang mampu diterima tubuh semakin sedikit.
Baca juga:

Begitu juga jika kekurangan nutrisi, energi tubuh akan semakin berkurang sehingga kapasitas tubuh untuk bekerja juga akan berkurang.
"Mari kita ingat bahwa berolahraga, beristirahat, dan makanan dengan gizi seimbang adalah bagian dari produktivitas, bukan lawan dari produktivitas. Maka jaga hal tersebut. Kalau sudah waktunya beristirahat, istirahatlah," ujar Jiemi.
"Sesekali boleh melampaui batas diri, tapi hanya sesekali. Jika terus menerus berada di dalam lingkungan penuh stresor, tidak jelas kapan istirahat, mungkin sudah waktunya pertimbangkan untuk mengurangi jumlah pekerjaan," lanjutnya.
Baca juga:

Jiemi kemudian mengungkapkan tanda-tanda bahwa tubuh sudah mengalami burnout atau stres kronis karena pekerjana, di antaranya adalah ketika kreativitas menurun dan tidak lagi antusias dengan pekerjaan.
Kemudian, menurunnya kemampuan bersosialisasi sehingga lebih memilih untuk menarik diri dan tidak berinteraksi dengan orang sekitar serta memiliki pandangan yang sinis terhadap kehdiupan juga merupakan tanda burnout.
"Akan lebih baik kita mengambil jarak dulu, kurangi stresornya. Memaksa diri untuk terus menerus berada di lingkungan penuh stres sembari berharap situasi akan membaik sendiri itu biasanya tidak membantu," kata Jiemi.
Di sisi lain, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FKUI) Dr Endang Parahyanti, M.Psi mengatakan, membuat jadwal prioritas kerja juga dapat menjadi salah satu cara mencegah stres akibat pekerjaan sehingga dapat terus memberikan kepuasan untuk klien.
Menurut Endang, pengelolaan beban tugas menjadi penting dengan kemampuan manajemen waktu yang baik.
"Seorang freelancer harus menghitung tuntutan kerja dengan sumber daya yang dimilikinya. Ketika sumber daya yang dimiliki tidak cukup besar, maka potensi terjadinya burn out menjadi semakin besar," tutup Endang. (and)
Baca juga:
5 Tips Keuangan untuk Anak Remaja, Biar Enggak Gampang Boros
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
