Vaksin Terbatas, Pemerintah Harus Utamakan Zona Merah

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Kamis, 28 Januari 2021
Vaksin Terbatas, Pemerintah Harus Utamakan Zona Merah

Vaksinasi COVID-19. (Foto: Sekretariat Presiden)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Pemerintah diminta memprioritaskan vaksinasi COVID-19 di zona-zona merah. Dibandinkan, vaksin yang ada saat ini, disebar keberbagai daerah.

Ahli epidemologi matematika ITB, Dr. Nuning Nuraini mengaku, di Divisi Data dan Epidemologi Provinsi Jabar telah membuat pemodelan atau simulasi vaksinasi COVID-19. Simulasi ini didasarkan pada jumlah vaksin dan tenaga penyuntik (vaksinator) yang terbatas.

Baca Juga:

Sandiaga Uno Tambah Lima Hotel Isolasi Mandiri di Jakarta

“Kami sendiri melakukan simulasi itu. Rekomendasinya di Jabar itu (vaksin dan vaksinator) kalau terbatas yang diprioritaskan adalah yang kasus aktifnya paling tinggi. Karena itu cukup efektif menekan kasus,” terang Nuning, saat dihubungi merahputih.com, pekan lalu.

Ia menggambarkan pemodelan dengan jumlah vaksin COVID019 terbatas. Simulasi dibuat berdasarkan beberapa skenario. Skenario pertama vaksin dibagi rata ke 27 kabupaten/kota di Jabar.

Hasilnya dibandingkan dengan skenario vaksin yang diprioritaskan di zona merah atau daerah dengan kasus tertinggi, yakni ke 5 kota kasus tertinggi atau 8 kota kasus tertinggi. Walhasil, di antara skenario tersebut menunjukkan yang terbaik ialah skenario zona merah.

“Misalnya prioritas 5 kota dengan kasus tertinggi itu akan menekan lebih baik bila dibandingkan (vaksin) dengan disebar merata (ke 27 kabupaten/kota di Jabar),” katanya.

Dengan kata lain, saat ini jumlah vaksin dan vaksinator COVID-19 memang sangat terbatas. Dengan kondisi ini, jalan paling ideal adalah prioritas imunisasi COVID-19 di zona merah. Sebab jika dibagi rata, hasil simulasi justru menunjukkan ketidakefektivan imunisasi.

Vaksinasi
Vaksinasi. (Foto: Sekretariat Presiden)

Nuning menuturkan, pengalaman rekannya di kedokteran yang mengunjungi daerah pelosok di wilayah Priangan Timur. Daerah ini cukup terisolasi, permukiman warga ada di perbukitan, jarak antar rumah jauh.

Mata pencaharian warga di sana bertani. Masing-masing petani mengolah berapa hektar lahan. Akses ke Puskesmas juga jauh dan harus ditempuh dengan ongkos yang memberatkan.

"Katakanlah vaksinnya gratis tapi ongkos dari rumah ke Puskesmas itu 100 ribu kan lebih mahal," katanya.

Di sisi lain, vaksinasi di daerah pelosok dinilai tidak terlalu mendesak dibandingkan vaksinasi di perkotaan yang penduduknya padat. (Iman Ha/ Bandung)

Baca Juga

Kasus COVID-19 Tembus 1 Juta, DPR Sebut Kondisi Indonesia Kritis

#Vaksinasi #Vaksin Covid-19
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Jemput Bola Vaksinasi Ribuan Hewan Peliharaan, Jakarta Targetkan Bebas Rabies
Sebanyak 14.645 ekor hewan yang divaksin itu terdiri atas anjing 2.363 ekor, kucing 12.126 ekor, kera 104 ekor dan musang 52 ekor.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 16 September 2025
Pemerintah Jemput Bola Vaksinasi Ribuan Hewan Peliharaan, Jakarta Targetkan Bebas Rabies
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Suhu Dingin dan Kabut di Jabodetabek Hasil Rekayasa agar Angka Penyakit TBC Meningkat
Akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela” menyebut, rekayasa cuaca itu dilakukan agar penyakit TBC kembali tinggi sehingga berdampak pada penggunaan vaksin dan obat.
Frengky Aruan - Minggu, 06 Juli 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Suhu Dingin dan Kabut di Jabodetabek Hasil Rekayasa agar Angka Penyakit TBC Meningkat
Indonesia
Klaim Vaksin HPV Sebabkan Kemandulan, Ini Penjelasan Ahli yang Bikin Plong
Semakin cepat terdeteksi, semakin tinggi peluang kesembuhannya
Angga Yudha Pratama - Kamis, 26 Juni 2025
Klaim Vaksin HPV Sebabkan Kemandulan, Ini Penjelasan Ahli yang Bikin Plong
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin Disiapkan Sebelum Penyakitnya Muncul, Sebabkan Kebodohan hingga Mandul
Tengah viral di media sosial informasi yang menyebut vaksin sengaja disiapkan sebelum penyakit tersebut muncul.
Frengky Aruan - Rabu, 11 Juni 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin Disiapkan Sebelum Penyakitnya Muncul, Sebabkan Kebodohan hingga Mandul
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
Informasi ini diunggah akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela”.
Frengky Aruan - Senin, 09 Juni 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Ada Bantuan Sosial Bagi Peserta Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates
TurnBackHoax menelusuri klaim pemberian bantuan sosial di laman resmi kemensos.go.id dan kemkes.go.id melalui mesin pencarian Google.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 27 Mei 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Ada Bantuan Sosial Bagi Peserta Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin mRNA, TBC, dan Malaria Disebarkan Lewat Udara, Efeknya Memicu Sesak Napas
Informasi tersebut diunggah akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela”
Frengky Aruan - Minggu, 25 Mei 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin mRNA, TBC, dan Malaria Disebarkan Lewat Udara, Efeknya Memicu Sesak Napas
Indonesia
Gerindra Kawal Uji Coba Vaksin TBC Teranyar, Alasan BPOM Sudah Berikan Izin Pakai
Fraksi Partai Gerindra menegaskan bahwa seluruh proses harus dikawal dengan transparan dan akuntabel.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 16 Mei 2025
Gerindra Kawal Uji Coba Vaksin TBC Teranyar, Alasan BPOM Sudah Berikan Izin Pakai
Indonesia
Indonesia Peringkat ke-6 Tertinggi Anak Tidak Diimunisasi di Dunia, Ini 4 Akar Masalahnya
Hingga April 2025, Kemenkes dan UNDP menyelenggarakan Pekan Imunisasi Dunia.
Wisnu Cipto - Jumat, 21 Maret 2025
Indonesia Peringkat ke-6 Tertinggi Anak Tidak Diimunisasi di Dunia, Ini 4 Akar Masalahnya
Indonesia
1,3 Juta Anak Indonesia Sama Sekali Tidak Pernah Imunisasi, Peringkat 6 Tertinggi di Dunia
Terungkap 1,3 juta anak di Indonesia sama sekali belum mendapatkan vaksin imunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu.
Wisnu Cipto - Jumat, 21 Maret 2025
1,3 Juta Anak Indonesia Sama Sekali Tidak Pernah Imunisasi, Peringkat 6 Tertinggi di Dunia
Bagikan