Untung-Rugi Dosen Wajib Linear Dihapus Versi Ketua Program Doktoral Unas

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Rabu, 18 April 2018
Untung-Rugi Dosen Wajib Linear Dihapus Versi Ketua Program Doktoral Unas

Ilustrasi dosen sedang mengajar. Foto: Antara

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir memastikan akan segera mencabut peraturan menteri yang menjadi hambatan pengembangan inovasi, fleksibilitas dan mutu perguruan tinggi. Aturan tersebut seperti pengembangan kreativitas PT, pemberian gelar, dan linearitas.

"Soal linear, katakanlah S1-nya A, S2 B, S3 C, tergantung dia peminatan di bidang ilmu pengetahuan mana, nggak bisa kita batasi. Kalau itu dibatasi, ilmu tidak berkembang, itu akan kita cabut semua," kata Nasir di Jakarta.

Menurut Nasir, pada era disrupsi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin tidak bisa diukur. Alasannya, saat ini pengetahuan tidak akan bisa berdiri sendiri karena semua ilmu yang ada itu saling berkaitan dan menguatkan.

"Misalnya, bicara soal ekonomi, berkaitan dengan digital, itu ranahnya teknik, kita sudah tidak bisa lepas lagi. Nanti misalnya logistik manajemen, supply chain manajemen kemudian smart data, smart techhology, ini semua harus dilakukan pengembangan ilmu pengetahuan," tutur Nasir.

Menristekdikti
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir. Foto: Antara

Usulan kebijakan baru Menristekdikti ini memang masih menuai pro-kontra. Di satu sisi memang mendorong lahirnya dosen yang memiliki beragam kompetensi yang bisa ditularkan ke anak didiknya untuk berinovasi. Namun, ada pula yang berpandangan terhadap kualitas spesialisasi sang pengajar akan ilmu yang didalaminya.

Lalu bagaimana tanggapan dari kalangan kampus ataupun akademisi sendiri terhadap usulan Menristekdikti mencabut aturan wajib linear ini? MerahPutih.com coba membedahnya dalam perbincangan dengan Ketua Program Doktoral Ilmu Politik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Nasional, TB Massa Djafar, Rabu (18/4).

Massa menjelaskan dalam memandang pemberlakuan linieritas mesti dengan pendekatan yang jelas dan integratif. Menurut dia, tidak semua pendekatan linier itu salah, namun, juga tidak benar jika beranggapan di dalam pengembangan ilmu mutlak harus linier. Linieritas merupakan tantangan ilmu pengetahuan dikembangkan secara lebih dinamis untuk menjawab tantangan zaman.

Massa Unas
Ketua Program Doktoral Ilmu Politik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Nasional, TB Massa Djafar

Di sisi lain, Massa menilai linieritas juga diperlukan untuk memperkuat basis kompetensi dan basis keilmuan yang memerlukan kedalaman serta kompetensi yang tinggi. “Jadi dua-duanya penting tidak usah dipertentangkan antara linieritas dan yang bukan linieritas. Itu bukan suatu yang paradoks. Saya tidak setuju kalau pencabutan linier itu hanya melihat kepada satu sisi saja,” papar dia.

Menurut Massa, jika kebijakan linieritas menteri terdahulu dianggap mempunyai kelemahan, sebaiknya diperbaiki bukan dicabut. Meski demikian, kata Massa, bukan berarti linieritas itu tidak penting, namun juga tidak boleh menganggap linieritas lebih penting. Untuk itu, lanjutnya, keduanya harus dilihat secara proporsional.

“Mesti dilihat secara tepat tentang kebutuhan, baik dalam pengembangan ilmu maupun kebutuhan kita untuk menjawab tantangan zaman. Itu poinnya disitu. Linieritas itu tetap penting diterapkan secara fleksibel,” jelasnya.

Dia lantas mencontohkan, jika di dalam disiplin ilmu ada beberapa mata kuliah yang memang memerlukan inter disiplin ilmu. Namun, ada beberapa mata kuliah yang memang harus linier. Misalnya, di dalam program Sosiologi ada konsentrasi Sosiologi Agama, tentu tidak semua dosennya harus berlatar belakang sosiologi, mesti ada juga disiplin dari lulusan agama.

Kampus Unas
Kampus Universitas Nasional (Unas). Foto: Dok Unas

“Nanti di mata kuliahnya itu dibagi yang memegang mata kuliah misalnya Sosiologi Agama kalau bisa dosennya S1 agama, S2 nya sosiologi untuk membina mata kuliah yang terkait agama dan perubahan sosial. Sementara yang menyangkut mata kuliah lainnya yang memang menuntut kedalaman disiplin imu sosiologi, itu harus linier,” ujarnya.

“Begitu juga di dalam program studi ilmu politik, misalnya yang tidak linier itu ekonomi politik. Dosennya misalnya S1 politik, S2 ekonomi, S3 nya ekonomi lagi atau politik. Jadi di dalam kompetensi satu orang dia punya dua disiplin ilmu untuk memback up mata kuliah pilihan,” katanya menambahkan.

Untuk itu, menurut Massa, persoalan linieritas tidak perlu dipertentangkan. Hal yang perlu diklarifikasi adalah pemahaman mengenai linier tidak linier itu secara benar. Kemudian dia menyarankan pemerintah untuk membuat peraturan yang lebih fleksibel.

“Jadi jangan dicabut (aturan linieritas). Menristek itu jika melihat ada titik lemahnya harus disempurnakan bukan dicabut. Ini penyakit pemerintah dari dulu kaya gitu. Saya ngga tau apakah pergantian peraturan itu melalui studi yang dalam dan serius,” tandas dia. (Pon)

#Kampus #Menristekdikti #M Nasir
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Indonesia
Viral Temuan Lukisan Berlambang PKI di Universitas Mulawarman Samarinda, Ini Penjelasan Pihak Rektorat
Lukisan tersebut adalah materi perkuliahan mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Sejarah
Angga Yudha Pratama - Selasa, 02 September 2025
Viral Temuan Lukisan Berlambang PKI di Universitas Mulawarman Samarinda, Ini Penjelasan Pihak Rektorat
Indonesia
Legislator Tegaskan Anggaran PTS Jauh dari Kata Merata, Minta Disetarakan dengan PTN
Sofyan Tan mendesak agar anggaran bantuan untuk PTS disamakan dengan PTN
Angga Yudha Pratama - Rabu, 27 Agustus 2025
Legislator Tegaskan Anggaran PTS Jauh dari Kata Merata, Minta Disetarakan dengan PTN
Olahraga
Lebih dari Sekadar Tinju! Ini Dia Ajang yang Mengubah Hidup Petinju Muda Indonesia
Meskipun membawa atmosfer tinju profesional, event ini dirancang agar tetap merakyat dan mudah diakses oleh para pecinta tinju di seluruh tanah air, bahkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara
Angga Yudha Pratama - Selasa, 24 Juni 2025
Lebih dari Sekadar Tinju! Ini Dia Ajang yang Mengubah Hidup Petinju Muda Indonesia
Indonesia
Mendiktisaintek Siap Bantu Kepulangan Mahasiswa Indonesia di Harvard, Tunggu Keputusan Lanjut
Harvard mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyebut tindakan pemerintah itu melanggar hukum dan berbahaya.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 27 Mei 2025
Mendiktisaintek Siap Bantu Kepulangan Mahasiswa Indonesia di Harvard, Tunggu Keputusan Lanjut
Indonesia
Universitas di Bawah Bayang-Bayang Militer, DPR Soroti Pelanggaran UU Pendidikan Tinggi oleh TNI
TB Hasanuddin menegaskan bahwa tindakan-tindakan tersebut tidak hanya melanggar norma akademik
Angga Yudha Pratama - Selasa, 22 April 2025
Universitas di Bawah Bayang-Bayang Militer, DPR Soroti Pelanggaran UU Pendidikan Tinggi oleh TNI
Indonesia
TNI Masuk Kampus, Komisi X DPR Tegaskan Insan Akademis Harus Bebas Kembangkan Ilmu Pengetahuan
Insan akademis harus mengembangkan ilmu pengetahuan dan tradisi intelektualnya tanpa perasaan takut dan terkekang.
Dwi Astarini - Selasa, 22 April 2025
TNI Masuk Kampus, Komisi X DPR Tegaskan Insan Akademis Harus Bebas Kembangkan Ilmu Pengetahuan
Indonesia
Anggota TNI Masuk Kampus, Komisi X DPR Sebut Bentuk Intervensi Kebebasan Akademis
Dipandang sebagai kemunduran demokrasi.
Dwi Astarini - Selasa, 22 April 2025
Anggota TNI Masuk Kampus, Komisi X DPR Sebut Bentuk Intervensi Kebebasan Akademis
Indonesia
Komisi X DPR Bakal Tanya Mendiktisaintek Terkait Fenomena TNI Masuk Kampus
Pemanggilan itu lantaran Mendiktisaintek merupakan mitra kerja Komisi X dan yang terlibat langsung dalam kerja sama dengan TNI.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 22 April 2025
Komisi X DPR Bakal Tanya Mendiktisaintek Terkait Fenomena TNI Masuk Kampus
Indonesia
Reshuffle Kabinet, Prabowo Dinilai Ingin Kurangi Kegaduhan dan Gimmick Politik
Masyarakat berharap bahwa reshuffle dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan didasarkan pada evaluasi kinerja yang objektif
Angga Yudha Pratama - Rabu, 19 Februari 2025
Reshuffle Kabinet, Prabowo Dinilai Ingin Kurangi Kegaduhan dan Gimmick Politik
Berita Foto
Presiden Prabowo Lantik Mendiktisaintek dan Tiga Kepala Lembaga Negara
Mendiktisaintek Brian Yuliarto (kiri) bersama Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh (kanan) saat pengambilan sumnpah jabatan dan pelantikan Mendiktisaintek dan Tiga Kepala Lembaga Negara di Istana Negara, Jakarta, Rabu (19/2/2025). (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden).
Didik Setiawan - Rabu, 19 Februari 2025
Presiden Prabowo Lantik Mendiktisaintek dan Tiga Kepala Lembaga Negara
Bagikan