Trump Anggap Upaya Pemakzulan Sebagai 'Kudeta Bunuh Diri' Demokrat
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menyaksikan tarung bebas UFC di Madison Square Garden pada 2 November 2019 di New York City. (AFP/Steven Ryan)
MerahPutih.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengincar kembali terpilih dalam pemilihan presiden November 2020, menyebut proses sidang pemakzulan sebagai "upaya kudeta" Partai Demokrat yang ingin menggagalkan kemenangannya pada pemilu 2016.
"Mereka adalah orang-orang yang harusnya dimakzulkan," kata Trump merujuk pada anggota Partai Demokrat di DPR, dikutip dari reuters, Kamis (19/2).
Baca Juga:
"Pemakzulan sepihak yang tidak berdasarkan hukum ini merupakan upaya bunuh diri Partai Demokrat," imbuh Presiden yang didukung Partai Republik itu, dilansir dari Antara.
Bahkan, Trump mengungkit tiga anggota Partai Demokrat juga tidak sepakat dengan upaya pememakzulan ini. Dia pun yakin anggota Partai Republik di Senat akan menyelamatkan dirinya agar tidak dipecat sebagai presiden AS.
Anggota Senat senior Partai Republik, Mitch McConnell, memprediksi tidak ada peluang Senat akan memakzulkan Trump saat partainya menguasai sidang. Dalam 243 tahun sejarah AS, belum ada presiden yang dicopot dari jabatannya lewat pemakzulan.
Pasalnya, pemakzulan presiden membutuhkan dua pertiga suara mayoritas dari 100 anggota Senat. Artinya, pendukung pemakzulan Trump harus mengumpulkan 20 suara dari Partai Republik untuk bergabung dengan Partai Demokrat melawan Trump.
Baca Juga:
Dalam sesi pemungutan suara pertama pada Rabu malam waktu AS, Trump diduga telah menyalahgunakan kekuasaannya menekan Pemerintah Ukraina untuk menyelidiki Joe Biden, calon presiden dari Partai Demokrat yang akan menjadi pesaing utama sang petahana.
Tidak hanya itu, Trump diduga terlibat menyebarkan kabar bahwa Demokrat bersekongkol dengan Ukraina untuk ikut campur pada pemilihan umum 2016.
Partai Demokrat mengatakan Trump menahan dana bantuan keamanan senilai 391 juta US dolar bagi Pemerintah Ukraina untuk memerangi kelompok separatis yang didukung Rusia. Trump juga diduga memaksa Kiev untuk ikut campur dalam pemilu 2020 dengan menyelidiki Biden. (*)
Baca Juga:
Donald Trump Jadi Presiden AS Pertama yang Pijakkan Kakinya di Korea Utara
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Program Bantuan Pangan Dihentikan, Setengah dari Negara Bagian AS Gugat Pemerintahan Donald Trump
Indonesia Harapkan Amerika Kenakan Tarif Ekspor Minyak Sawit 0 Persen Seperti ke Malaysia
Gedung Putih Klaim PM Jepang Sanae Takaichi Janji Menominasikan Presiden AS Donald Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian
Trump dan Xi Jinping Bakal Bertemu di Korea Selatan, Kedua Menlu Lakukan Pembicaraan Telepon
Hadiri KTT ASEAN di Malaysia, Donald Trump Lempar Pujian untuk Kepemimpinan Negara ASEAN
Donald Trump Puji Prabowo, Sebut Bantu Amankan Perdamaian di Timur Tengah
44 Warga Palestina Tewas Saat Gencatan Senjata, Trump Takut Israel Bahayakan Perjanjian
Media Besar AS Tolak Pembatasan Pers, Ramai-Ramai Say Good Bye ke Pentagon
Bikin Kontroversi Lagi, Donald Trump Ancam Pindahkan Laga Piala Dunia 2026 dari Boston
Perang Dagang AS dan China Makin Panas, Menperin Sebut Trump Ingin Investasi Lebih