Tiru Kebiasaan Orang Bahagia


Apa sih arti kebahagiaan menurutmu? (Foto: CNN)
TERKADANG, kita menentukan sebuah situasi atau pencapaian yang menurut kita akan membuat kita merasa bahagia. Entah itu promosi pekerjaan, jumlah uang tertentu, atau menikah, kita akan berpikir "Jika aku kaya/sudah menikah/memiliki rumah, maka aku akan merasa bahagia."
Meskipun beberapa pencapaian di atas bisa membuatmu merasa senang dan lega, tetapi laman Forbes menyatakan sebuah penelitian menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang kamu peroleh atas suatu pencapaian tidak akan berlangsung lama.
Sebuah studi dari Northwestern University menilai tingkat kebahagiaan dari orang biasa dan membandingkannya terhadap orang-orang yang telah memenangkan hadiah lotre yang besar. Para peneliti pun dibuat terkejut dengan hasil penelitiannya. Ternyata, orang biasa dan pemenang lotre memiliki peringkat kebahagiaan yang identik secara praktis.

Pandangan bahwa peristiwa atau pencapaian besar dalam hidup bisa menentukan kebahagiaan atau kesedihan sering kali disebut sebagai impact bias. Dikutip dari sebuah jurnal yang dipublikasikan di National Library of Medicine pada 2018, impact bias atau bias dampak adalah ketika orang cenderung melebih-lebihkan intensitas dan durasi pengaruh.
Baca Juga:
Cara Mengkritik Bisnis Teman Tanpa Membuatnya Baper
Maka dari itu, kebahagiaan sering diartikan sebagai sesuatu yang sintetis. Artinya, kebahagiaan bisa kamu ciptakan sendiri melalui kebiasaan. Salah satu kebiasaan orang yang bahagia adalah mereka yang memiliki cara berpikir yang terus berkembang.
Mereka yang memiliki fixed mindset akan merasa bahwa "aku adalah aku, ini adalah diriku" dan cenderung tidak mau berubah. Hal ini bisa menimbulkan masalah karena semua yang bertentangan dengan mindset mereka akan menjadi masalah baru lagi yang akan menghambat proses penyelesaian masalah utama.
Dengan mindset yang mau berkembang, maka ada kepercayaan bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan usaha. Maka dari itu, kamu bisa lebih bahagia karena kamu lebih fleksibel dan akan merasa lebih mudah dalam menyelesaikan masalah.
Baca juga:
Membantu orang lain juga bisa membuat diri sendiri dan orang lain bahagia. Membantu orang lain mampu menciptakan gelombang oksitosin, serotonin, dan dopamin yang bisa membuatmu merasa lebih baik. Menurut studi yang dilakukan di Harvard, orang yang suka memberikan dukungan sosial menjadi orang yang paling mungkin tetap merasa bahagia selama masa stres yang tinggi.

Tidak hanya itu, orang-orang yang bahagia cenderung menghindari gosip, obrolan ringan, dan jarang menghakimi orang lain. Sebaliknya, mereka lebih menyukai deep conversation yang bisa membawa mereka pada interaksi yang bermakna. Mereka memahami bahwa koneksi emosional yang mendalam bisa menjadi cara yang menarik untuk belajar mengerti keadaan orang lain dan menambah wawasan.
Dari beberapa kebiasaan di atas, mana yang sudah kamu lakukan? (shn)
Baca juga:
4 Hal ini Bikin Kantong Milenial dan Gen Z Jebol!
Bagikan
annehs
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
