Tips Biar Teman Kantor Tidak Tertular TBC
Temuan kasus baru ini menandai komitmen Indonesia dalam mengatasi tuberkulosis. (Foto: Pexels/Anna Shvets)
MerahPutih.com - Kementerian Kesehatan mencatat adanya peningkatan deteksi kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia yang terjadi semenjak pandemi COVID-19.
Peningkatan penemuan kasus TBC tersebut mencapai 820.789 kasus pada tahun 2023, lebih tinggi dibandingkan tahun 2022 dengan temuan 724.329 kasus. Sementara angka kematian tahun 2023 sebanyak 134 ribu per tahun dari estimasi 1.060.000 kasus.
Baca juga:
Peneliti tuberkulosis dan akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ahmad Fuady mengatakan pekerja yang mengalami tuberkulosis atau TBC perlu menerapkan kedisiplinan agar tidak menularkan rekan kerja di kantor seperti memakai masker dan ruangan kerja dengan ventilasi baik.
"Pertama pakai masker, kedua ruangannya punya ventilasi yang baik jangan di ruang tertutup, kalau setelah dua minggu nggak ada kuman TBC yang kelihatan, sebenarnya aman untuk dia bersosialisasi dengan yang lain," katanya beberapa waktu lalu, dikutip Antara.
Ahmad mengatakan jika pasien TBC sensitif obat menjalani pengobatan teratur, maka dalam 2 minggu sudah bisa terlihat hasil baiknya karena gejalanya turun.
Pemeriksaan dahak juga bisa dilakukan dalam dua minggu pengobatan, namun pasien harus tetap memakai masker saat berinteraksi dengan orang lain.
Advokasi kepada perusahaan juga perlu dilakukan untuk memberi edukasi bahwa TBC bisa disembuhkan meskipun termasuk penyakit menular.
"Yang sulit adalah rekan kerja nggak mau kerja bareng lagi, pimpinan menyuruh pindah tempat lain, ini yang harus di advokasi ke perusahaan supaya mereka ngerti TBC penyakit menular tapi bisa disembuhkan bahkan dalam 2 minggu," katanya.
Indikator kesembuhan pasien TBC adalah jika tidak ada lagi kuman di dahak dan jaringan paru. Kuman tersebut bisa hilang atau pindah tempat dan terperangkap di organ lain, yang jika daya tahan tubuh menurun, bisa terjadi kekambuhan.
Sementara itu, Ahmad mengatakan pengobatan TBC ditanggung BPJS selama 2 bulan. Selain itu juga ada pengobatan yang mengonsumsi obat selama 6 bulan, namun jika tidak disiplin dan berhenti di tengah pengobatan risiko kambuhnya akan lebih besar.
Jika memiliki faktor risiko seperti diabetes, HIV Aids, malnutrisi dan kegemukan, bisa dilakukan pengecekan medis karena bisa berisiko terkena TBC.
"Orang kurus nggak TBC tapi kurus karena nutrisinya jelek, kalau kegemukan juga harus periksa karena nggak a bagus itu juga bisa berisiko," katanya.
Indonesia sendiri memiliki target eliminasi kasus TBC di 2030 dengan harapan lebih dari 90 persen temuan kasus dan keberhasilan pengobatannya.
Sesuai peraturan presiden tentang penanggulangan TBC, salah satu strategi adanya peningkatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor lainnya dalam eliminasi TBC. (*)
Baca juga:
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan