Tes PCR Tak Perlu Dilakukan Berulang? Ini Kata Dokter


Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan tes PCR berulang kali di laboratorium yang berbeda (Foto: Pixabay/alexandra_koch)
MASYARAKAT diimbau untuk tidak melakukan tes PCR berulang kali di laboratorium yang berbeda. Seperti yang dipaparkan oleh dr. Lia Gardenia Partakusuma, Sp.PK(K), MM, MARS, FAMM, dari Kompartemen Litbang dan Health Technology Assesment (HTA) Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).
Menurut Lia, seseorang tidak perlu melakukan tes PCR berulang kali di tempat yang berbeda. Karena biasanya setiap laboratorium sudah memiliki standar mutu yang baik.
Baca Juga:
Kenali Faktor Penyebab Hasil Tes COVID-19 Bisa Beda dalam Sehari

"Satu orang enggak yakin, hasilnya sudah positif, tapi besoknya diperiksa lagi, diperiksa lagi. Padahal, kalau kita lihat laboratorium itu banyak sekali syaratnya, yang kita sebut sebagai standar mutu laboratorium," jelas Lia pada konfrensi pers seperti yang dikutip dari laman Antara.
Lia menjelaskan, ada hal yang menjadi standar mutu laboratorium, yakni legalitas, stuktur organisasi, memiliki sarana dan prasarana yang mumpuni, dan memiliki sumber daya manusia sesuai dengan apa yang dilakukan.
"Kalau dia mau PCR, artinya orangnya punya kompetensi untuk PCR, sudah dilatih. Kalau antigen, ya harus sudah dilatih untuk antigen," jelas Lia.
Kemudian, yang menjadi standar mutu laboratorium lainnya yakni harus memiliki dokumen, termasuk dokumen mutu, guna memastikan hasil dari sebuah pemeriksaan.
"Gimana caranya dia tahu bahwa benar (hasilnya) positif atau negatif. Dia harus tahu, itu ada dokumennya," lanjut Lia.
Lalu, standar mutu berikutnya ialah persyaratan teknis, seperti alat-alat laboratorium yang harus selalu dikalibrasi dengan baik. Selain itu, harus ada juga orang yang melakukan verifikasi, dari mulai metode hingga hasil pemeriksaan.
Baca Juga:

Mengenai hal itu, Lia menjelaskan, apabila dilihat pada lembar laboratorium itu ada yang memverifikasi. Seperti halnya diperiksa oleh analis, dan ada dokter yang akan memvalidasi bahwa itu betul, karena mungkin saja terjadi human error.
Kemudian, menurut Lia, laboratorium harus selalu melakukan evaluasi pada apa yang telah dikerjakan. Dalam hal ini ada dua yang harus dilakukan, yakni quality control internal dan eksternal. Bahkan, apabila ingin mendapat pengakuan, laboratorium dapat mengikuti akreditasi, baik untuk tingkat nasional maupun internasional.
Selain dari faktor analitik yang baru sesuai dengan standar tersebut. Lia menjelaskan bahwa hasil dari tes laboratorium itu pun bisa dipengaruhi oleh faktor pra-analitik. Yakni ketika pengambilan sample dan faktor pasca analitik, ketika membuat laporan.
"Untuk masyarakat, jangan menguji PCR berulang-ulang ke laboratorium yang berganti-ganti. Bila hasil positif, segera isolasi mandiri atau berobat," tutupnya. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
