Terapkan Work-Life Balance di Masa Pandemi
Luangkan waktu untuk rehat sejenak. (Foto: Unsplash/Sam Moqadam)
PANDEMI yang sudah menemani hidup kita selama satu tahun membuat gaya hidup dan aktivitas sehari-hari berubah. Kita dipaksa beradaptasi dan keluar dari zona nyaman, salah satunya work form home yang mengharuskan pekerja lebih akrab dengan teknologi.
Dengan pola kerja yang fleksibel bahkan tidak mengenal waktu, mulai timbul fenomena baru seperti burn out dan Zoom fatigue, yakni pekerja merasa sangat lelah secara mental dan fisik karena pekerjaan yang seakan tidak ada habisnya walaupun tidak ke kantor.
Tapi di sisi lain, muncul juga konsep gaya hidup work-life balance dengan harapan bisa menyeimbangkan kembali ritme kerja. Namun, bisakah gaya hidup tersebut diterapkan di masa pandemi?
Mengutip ANTARA, psikiater Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Gina Anindyajati, SpKJ, mengatakan bahwa konsep work-life balance sudah lama digaungkan dan kondisi ideal yang diharapkan bisa dicapai semua orang.
Baca juga:
Empat Negara Terbaik untuk Perempuan yang Mau Bekerja di Luar Negeri
“Bicara mengenai work-life balance, artinya bicara prioritas, memilih, dan menjalankan aktivitas. Hal ini dapat berbeda untuk tiap orang karena kondisi masing-masing orang juga berbeda,” kata dr. Gina.
“Pada prinsipnya, work-life balance memungkinkan seseorang merasa puas dengan apa yang dikerjakannya dalam hal pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari, serta tidak menimbulkan permasalahan dalam relasi orang dekatnya,” lanjutnya.
Lebih lanjut, meski tidak bisa dilakukan secara instan, dr. Gina memberikan sejumlah kiat bagi pekerja yang mungkin merasakan kelelahan karena menghadap layar komputer dan telekonferens untuk waktu yang laman dan bertubi-tubi.
Baca juga:
Wujudkan Work-Life Balance, Bekerja dari Rumah Baik untuk Kesehatan
Nah untuk mengatasi kelelahan berlebihan seperti Zoom fatigue, diperlukan pengaturan prioritas tentang mana pertemuan daring yang memang harus dilakukan, mana yang bisa didiskusikan dengan cara lain, misalnya surel atau telepon.
“Perlu juga dilakukan pengaturan waktu untuk melakukan pertemuan daring sesuai dengan anjuran kesehatan. Ada jeda antara pertemuan dengan durasi pertemuan yangg tetap menjaga kesehatan mata para pekerja,” katanya.
“Lakukan peregangan jika mengikuti pertemuan daring secara berkelanjutan dan atur waktu jeda antar tiap pertemuan,” tutupnya. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas