Telusuri Bahaya Depresi Pada Anak


Depresi pada anak dapat ditandai dengan beberapa gejala seperti lesu dan tidak bersemangat, (Freepik/Freepik)
APAKAH kamu tahu jika anak juga bisa depresi? Ya, depresi tak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tapi juga bisa menimpa anak-anak. Sebenarnya, rasa sedih, kesal, dan suasana hati buruk merupakan hal yang normal terjadi pada anak.
"Tetapi ketika suasana hati yang sedih atau buruk berlangsung selama berminggu-minggu atau lebih lama dan ada pula perubahan lain dalam perilaku anak, itu mungkin tanda depresi," tulis kidshealth.org.
Banyak hal dapat menyebabkan depresi pada anak. Beberapa anak memiliki gen yang membuat mereka lebih sensitif terhadap depresi. Mereka mungkin memiliki anggota keluarga lain yang mengalami depresi.
Sementara anak lainnya mungkin telah mengalami hal-hal yang membuat stres. Antara lain karena kehilangan, trauma, kesulitan berkomunikasi, dan kondisi kesehatan yang serius. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kesedihan atau kesedihan, dan terkadang depresi.
Alodokter menyebut depresi pada anak dapat ditandai dengan beberapa gejala seperti lesu dan tidak bersemangat, tidak mau bermain, perubahan perilaku, dan penurunan prestasi di sekolah.
Depresi pada anak dapat membatasi kemampuannya untuk beraktivitas secara normal. Kondisi ini bisa terjadi karena beberapa faktor : mulai dari bullying di sekolah, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, perceraian orang tua, kematian orang terdekat, hingga gangguan mental seperti bipolar, autisme, atau OCD.
Kondisi anak yang depresi sering kali tidak disadari. Hal ini karena anak-anak belum dapat menyampaikan perasaannya dengan baik. Oleh karena itu, orang tua perlu mencermati perubahan emosi dan perilaku anak.
Baca juga:
Tanda Gejala Depresi Bagi Anak-Anak, Laki-laki, dan Perempuan

Gejala
Gejala depresi pada anak dapat dibagi menjadi gejala fisik dan gejala mental. Beberapa gejala fisik pada anak yang mengalami depresi adalah sering sakit kepala, sakit perut, berat badan tidak bertambah atau terlihat semakin kurus, nafsu makan berkurang atau justru bertambah dengan cepat, terlihat letih dan lesu, serta sulit tidur.
Gejala mental ditandai dengan kemungkinan anak mengalami tantrum atau mudah mengamuk. Terlebih jika dirinya dikritik. Dia juga tampak sedih atau bahkan putus asa. Kegiatan di sekolahnya juga terganggu. Misalnya dia tak mau dan mampu menyelesaikan tugas sekolah karena susah berkonsentrasi.
Hubungan dengan teman dan keluarga tak rapat lagi. Dia juga kehilangan pada aktivitas, minat, atau hobinya. Lalu sering muncul perasaan bersalah dan pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Kemudian merasa dirinya tidak berharga. Akhirnya dia terlihat gelisah atau cemas
Anak dapat dicurigai mengalami depresi bila gejala-gejala tersebut berlangsung hingga lebih dari 2 minggu dan mengganggu aktivitas anak sehari-hari. Apabila tidak ditangani, gejala depresi pada anak bisa semakin parah dan membahayakan nyawanya.
Baca juga:

Penanganan
Jika anakmu terdiagnosis mengalami depresi, ia perlu mendapatkan perawatan dan pengobatan sesuai saran psikolog atau psikiater anak. Beberapa langkah penanganan yang umumnya dilakukan untuk mengatasi depresi pada anak meliputi konseling dan psikoterapi, termasuk terapi perilaku kognitif; terapi bermain; dan pemberian obat-obatan antidepresan.
Perawatan yang disarankan untuk anak dengan depresi akan disesuaikan dengan berat ringannya gejala depresi, respons anak terhadap terapi, serta kemampuan anak untuk mengikuti sesi terapi dengan baik.
Selain penanganan dari psikolog atau psikiater, peran orang tua sangat penting dalam proses pemulihan depresi pada anak. Orang tua perlu mendampingi anak selama terapi dan memberi dukungan kepada anak yang sedang depresi.
Terapi depresi membutuhkan waktu cukup lama sebelum hasilnya dapat terlihat. Oleh karena itu, orang tua perlu bersabar dan memberikan dukungan emosional selama anak menjalani proses terapi.
Orang tua juga perlu memastikan anak mengonsumsi makanan bergizi, mencukupi waktu tidurnya, berolahraga secara rutin, dan memiliki kesempatan untuk melakukan hobinya. Hal ini akan memberikan dampak positif pada suasana hatinya.
Ketika anak mengalami depresi, orang tua tentu akan ikut prihatin, sedih, bahkan frustrasi. Namun, cobalah untuk tetap sabar dan memahami kondisi anak, karena hubungan yang positif dengan orang tua akan sangat membantu anak dalam menghadapi depresi.
Jika kamu melihat anak memiliki tanda-tanda yang dicurigai sebagai depresi pada anak, segeralah bawa ia ke psikolog atau psikiater anak. Dengan begitu, ia akan mendapatkan perawatan dan penanganan yang tepat untuk mengatasi depresi yang dialaminya. (dgs)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

IDAI Ungkap Manfaat Diet Tinggi Protein-Lemak untuk Atasi Peradangan dan Penyakit Degeneratif

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
