Tantangan Anak Sekolah dari Rumah dan Cara Mensiasatinya


Semangat belajar dari rumah (Sumber: ADDitude)
PANDEMI virus corona membuat semua orang harus tetap berada di rumah. Mulai dari bekerja hingga sekolah dari rumah. Bagi orang dewasa, bekerja di rumah mungkin mudah dilakukan.
Tetapi tidak untuk anak-anak, sekolah dari rumah menjadi tantangan berat untuk mereka. Terutama jika guru memberikan banyak tugas tetapi tidak direspon oleh gurunya.
"Anak-anak sering kesal karena dapat tugas begitu banyak dari gurunya tetapi tidak di nilai," jelas seorang ibu yang anaknya mulai malas-malasan mengerjakan tugas dari gurunya.
Baca juga:
Para siswa merasa kerja kerasnya dalam mengerjakan seluruh tugas itu sia-sia. "Capek-capek ngerjain tetapi tidak dinilai," demikian keluhan mereka. Akibatnya, anak mulai kehilangan semangat belajar. Belajar dari rumah tak lagi efektif.
Belum lagi pada anak-anak yang masih di tingkat sekolah rendah. Dalam mindset mereka, rumah adalah tempat untuk bermain dan beristirahat. Mereka lebih senang menghabiskan waktunya untuk main daripada untuk belajar.

Praktisi pendidikan, Najeela Shihab menuturkan ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mensiasati anak agar semangat untuk belajar dari rumah. "
Ajak anak untuk berpikir tujuan mereka belajar dan manfaat mereka jika mereka belajar. Jelaskan bahwa belajar bukan untuk dapat nilai melainkan supaya mereka punya kompetensi," urainya saat berbincang-bincang melalui Google Hangout.
Menurut perempuan yang kerap disapa Ella tersebut stigma mendapatkan nilai bagus harus segera dihapuskan. Umpan balik berbentuk nilai itu justru seringkali salah.
Baca juga:
Sederet Musisi Indonesia Ambil Peran dalam Gerakan #20detikcucicorona
"Mereka yang nilainya jelek belum tentu pemahamannya rendah, pun sebaliknya yang nilainya bagus. Yang nilai 10 bukan berarti dua kali lebih mengerti dari yang nilainya lima," terangnya.
Apabila anak mulai memahami tujuan dan manfaat belajar, mereka tak perlu mendapat validasi dari guru dalam bentuk nilai. Mereka bisa mengukur diri sendiri.
"Self assesment itu justru lebih penting dari nilai. Cara mudah yang bisa dilakukan orang tua untuk memancing kemampuan self assesment anak dengan tanya do you think this is your best effort?," ucap Ella.

Ketika anak sudah memiliki kesadaran akan pentingnya sekolah, dengan atau tidak dengan penilaian dari guru mereka akan mengerjakan semua tugas dengan hati ringan.
Walau begitu, Ella tetap menyarankan para orang tua untuk tetap harus mengomunikasikan dengan guru supaya mereka memberi umpan balik untuk anak.
"Kalau anak sudah lebih reflektif, gurunya harus memahami. Supaya proses belajar dua arah," tukasnya. (Avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Jakarta Sudah Aman, Gubernur Pramono Cabut Kebijakan WFH ASN Pemprov

Kebijakan WFH usai Demo hingga Long Weekend Maulid Nabi: 138 Ribu Warga Jakarta Pergi ke Luar Kota

Aksi Demo Mereda, Work From Home ASN Jakarta Dicabut, Minta Berangkat Kerja Pakai Angkutan Umum

Gubernur Jakarta Pramono Anung Kaji Penerapan WFH saat HUT ke-79 Bahayangkara

Menhub Sebut Kebijakan WFA Ubah Pola Mudik Lebaran 2025

Menteri PANRB Keluarkan Edaran Kerja WFO dan WFH serta WFA Ditetapkan Pimpinan Instansi

Pemprov DKI Belum Berniat Terapkan Work From Anywhere untuk ASN, Pj Teguh: Tunggu Instruksi Pempus

Rencana WFA, Kinerja ASN Bakal Melorot Jika Tak Diawasi Ketat

Asik Nih! Dalam Seminggu ASN Bisa Kerja 2 Hari Di Mana Saja, 3 Hari di Kantor Karena Efisiensi

Dukung Pemprov DKI Terapkan WFH saat Banjir, Kader PSI: Kurangi Risiko Keselamatan Pekerja
