Tahun Baru Imlek, Merayakan Kebersamaan dan Tradisi
Ada makna mendalam dalam perayaan tahun baru Imlek. (foto: Unsplash/macau photo agency)
SELAIN Tahun Baru Masehi, orang Tionghoa juga mengenal Tahun Baru Imlek. Tahun Baru Masehi dirayakan berdasarkan kalender Gregorian yang terdiri dari 365 hari dan jatuh pada akhir Desember. Sementara itu, Tahun Baru Imlek dirayakan berdasarkan kalendar Imlek yang jatuh pada pertengahan Februari di kalender Gregorian.
Adat dan tradisi yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam. Namun, umumnya orang Tionghoa akan menggelar perjamuan makan pada malam Tahun Baru serta penyalaan kembang api. Tahun ini, karena adanya pandemi, perayaan mungkin tak akan semeriah tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, makna perayaan Imlek tetaplah sama. Berikut makna perayaan Tahun Baru Imlek bagi orang Tionghoa.
BACA JUGA:
4 Hal Ini Wajib Dilakukan Sebelum dan Ketika Merayakan Imlek!
1. Sebagai perayaan budaya
Perayaan Tahun Baru Imlek tidak terkait dengan agama tertentu. Perayaan ini merupakan perayaan budaya. Jadi, apa pun agamnya, warga Tionghoa tetap merayakan Tahun Baru Imlek.
Di Indonesia, umumnya hari besar dan libur nasional memang ditetapkan berdasarkan hari raya keagamaan, seperti Idul Fitri, Nyepi, atau Natal. Nah, khusus untuk Imlek, hal itu enggak berlaku ya.
2. Ungkapan rasa syukur dan harapan rezeki melimpah
Dulu, di Tiongkok, Tahun Baru Imlek dirayakan para petani setelah melewati musim dingin dan mensyukuri permulaan musim baru, yaitu musim semi. Perayaan Tahun Baru Imlek meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa), dan perayaan Cap Go Meh. Tujuan sembahyang tersebut ialah sebagai rasa syukur dan harapan agar rezeki melimpah di masa yang akan datang.
3. Momen kumpul keluarga
Karena kesibukan sehari-hari, pastinya sulit untuk berkumpul dengan keluarga atau saudara jauh. Itulah sebabnya, momen Tahun Baru Imlek dimanfaatkan untuk istirahat sejenak dari pekerjaan dan berkumpul dengan keluarga.
Saat merayakan Tahun Baru Imlek, warga Tionghoa bisa ngobrol soal pengalaman hidup, terutama mengenai apa yang sudah dialami selama setahun belakangan.
Jadi, itu menjelaskan mengapa ketika merayakan Tahun Baru Imlek, orang Tionghoa dilarang marah atau berkata kasar kepada keluarga.(dwi)
Bagikan
Berita Terkait
Tahok dan Bubur Samin Solo Jadi Warisan Budaya tak Benda
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem
Tradisi Murok Jerami Desa Namang Resmi Diakui Jadi Kekayaan Intelektual Khas Indonesia
Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak
Filosofi Tradisi Kutupatan Jejak Peninggalan Sunan Kalijaga
4 Tips Prank April Mop Sukses Mengundang Gelak Tawa
Tradisi Sungkeman sebelum Puasa Ramadan di Indonesia, Simak Beberapa Manfaatnya
Mencari Jelmaan Putri lewat Tradisi Bau Nyale, Budaya Khas Suku Sasak
Merawat Empati Lewat Tradisi Begawe Nyiwak khas NTB
Mengenal Tradisi Belis di NTT, Mahar yang Harus Disiapkan untuk Meminang Perempuan