Stop Perundungan Terhadap Anak dengan Bibir Sumbing


Meluruskan pandangan masyarakat tentang anak dengan kondisi bibir sumbing perlu dilakukan untuk melindungi kondisi mental anak. (Foto: Pexels/Rodnae Productions)
TERLIHAT berbeda dan dikucilkan merupakan hal mengerikan yang tidak ingin dirasakan siapapun. Namun anggapan buruk yang masih hadir di tengah masyarakat terhadap anak dengan kondisi bibir sumbing dan atau celah langit-langit mulut, justru melanggengkan pandangan bahwa mereka adalah aib. Tak jarang pandangan ini membuat orang tua malu dan berusaha menutup-nutupi anak mereka.
Pelabelan ini terus menerus terjadi, namun dampaknya mulai terlihat jelas saat anak mulai bersekolah. Sosok dan cara berbicara yang dinilai berbeda dari teman-tema sebayanya membuat anak merasakan penolakan dari lingkungan. Jika terus dibiarkan, rasa kurang percaya diri dan berujung tidak ingin sekolah bisa saja terjadi. Hal ini membuat anak yang menjadi salah satu penerus bangsa kehilangan hak dan kesempatan mereka untuk belajar.
Baca Juga:
Menurut psikologis klinis, Sahabat Orang Tua dan Anak (SOA) Parenting & Education Support Center, Hanlie Muliani bahwa dukungan dari keluarga merupakan aspek terpenting untuk membangun kepercayaan diri pada anak dengan kondisi bibir sumbing dan atau celah langit-langit mulut. Oleh karena itu, selain penanganan yang tepat pada anak, pemberian edukasi kepada orang tua juga dirasa tepat oleh Smile Train Indonesia.

"Dukungan dari keluarga merupakan hal yang paling dibutuhkan anak, jadi orang tua jangan malah ikut merundung anak dengan menyingkirkannya atau bahkan diumpetin. Sedih itu normal, tapi kondisi ini bukan salah siapa-siapa," ujar Hanlie dalam acara daring bertajuk "STOP BULLYING Bibir Sumbing: Lindungi Kesehatan Mental Mereka".
Kondisi yang terjadi saat proses kehamilan ini sebenarnya bukan hal langka. Sebab sebanyak delapan hingga sembilan ribu bayi lahir dengan kondisi bibir sumbing dan atau celah langit-langit mulut. Oleh karenanya, Smile Train ingin meluruskan pandangan masyarakat bahwa kondisi ini bukan sebuah kutukan atau aib.
Baca Juga:
Cinta Anak-Anak, Bunga Jelitha Jadi Duta Smile Train Indonesia
Anak-anak dengan kondisi ini juga berhak mendapatkan hak dan kesempatan yang sama, layaknya anak-anak lain. Oleh karenanya pandangan yang tepat perlu dimiliki keluarga secara khusus ibu. Hanlie menegaskan kondisi ini tidak dapat direncanakan oleh orang tua, namun yang bisa orang tua rencanakan adalah masa depan sang anak.
"Ketika ibu yang baru melahirkan bayi dengan kondisi bibir sumbing, hal pertama yang perlu dilakukan pertama adalah membangun mental si ibu. Kata-kata yang tepat diucapkan kepada si ibu adalah jangan khawatir dan jangan takut, anak ibu 'hanya' dalam keadaan bibir sumbing," jelas Deasy Larasati, Country Manager Smile Train Indonesia. Kata 'hanya' ditekankan oleh Deasy karena kondisi anak dengan bibir sumbing dan atau celah langit-langit mulut masih dapat disembuhkan dengan cara operasi.

Terbukti sejak 2002, Smile Train telah berhasil memberikan bantuan penanganan secara gratis kepada lebih dari 95 ribu anak di Indonesia yang lahir dengan keadaan ini. Lewat program Comprehensive Cleft Care (CCC), Smile Train memberikan edukasi dan pemahaman mengenai kondisi sumbing, operasi, pelayanan terapi wicara, hingga konseling dan dukungan kesehatan mental.
Waktu penanganan yang tepat merupakan kunci. Semakin cepat anak mendapatkan penanganan, semakin kecil juga kemungkinan anak mendapatkan perlakuan diskriminasi dari masyarakat. "Jadi si ibu harus fokus pada berat badan anak. Usia tiga bulan dengan berat badan lima kilogram anak dengan kondisi bibir celah bibir dan bibir sumbing. Untuk kondisi langit-langit yang tidak sempurna, usia mulai 10 bulan hingga satu tahun dengan berat badan minimal 10 kilogram sudah bisa dilakukan tindakan operasi," lanjut Deasy.
Sebab jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat, perundungan dari masyarakat dapat membawa pengaruh buruk bagi mental anak. Hal terburuk yang terjadi adalah sang anak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya. (cit)
Baca Juga:
300 Pasien Bibir Sumbing Dapat Biaya Operasi Gratis dari SnackVideo
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
