Selisik Makna Roti Buaya Pengantin Betawi


Roti Buaya punya makna mendalam tentang pernikahan. (Foto: MP/Fikri)
TANPA Roti Buaya pernikahan adat Betawi terasa kurang genap. Sepasang roti berbentuk buaya berukuran besar dan kecil acap jadi seserahan wajib pada pernikahan adat Betawi.
Pernikahan, menurut sesepuh Betawi, Abah Misar (85), bagi masyarakat Betawi sebuah momen sakral dan sarat akan makna filosofis maka salah satu syarat menghadirkan Roti Buaya lantaran tersimpan makna khusus bagi kedua mempelai.
Baca Juga:
“Dalam kehidupan modern, buaya selalu saja dikonotasikan dengan hal negatif. Bagi kami, itu (roti buaya) adalah lambang kesetiaan,” jelas Abah Misar di rumahnya, Jalan Kober Paderan RT 4/7, Jalan Raya Jagakarsa, Jakarta Selatan, kepada Merahputih.com.
Roti Buaya, lanjutnya, representasi dari Buaya sebagai lambang hewan setia pada pasangannya.
“Buaya hanya kawin sekali dalam hidupnya. Selain itu, buaya jantan juga sangat melindungi pasangannya saat akan menelurkan anaknya dari segala macam ancaman,” kata Abah Misar.
View this post on Instagram
Dengan begitu, sambungnya, mempelai pria wajib membawa Roti Buaya sebagai simbol kesetiannya pada mempelai perempuan.
Terdapat dua ukuran Roti Buaya sebagai seserahan. Ukuran besar melambangkan pengantin pria sedangkan ukuran kecil simbol pengantin perempuan.
"Ukuran roti buaya berupa buaya besar dan kecil menggambarkan lelaki dan perempuan, sesuai dengan karakternya di alam karena buaya termasuk binatang dengan ciri dismorfisme seksual, sebab ukuran buaya jantan lebih besar daripada buaya betina," tulis Vera Budi Lestari Sihombing dkk pada "Integrasi Pengetahuan Lokal dan Ilmu Pengetahuan; Penelaahan Roti Buaya dalam Perspektif Zoologi," jurnal Patrawidya, Vol. 20, No.2, Agustus 2019.
Masyarakat Betawi mengunduh simbol seserahan paling ikonik tersebut dari kedekatannya dengan Buaya pada kehidupan sehari-hari. Di masa lalu, Buaya acap muncul di kali, rawa, dan kebun masyarakat Betawi.
Sangking banyaknya, pemerintah Hindia Belanda lewat Keputusan Raja merilis Staatsblad van Nederlandsch-Indie atau Lembaran Negara Hindia-Belanda 1866 No. 127, tanggal 21 September 1866, membentuk Departement van Binnenlands Bestuur/BB atau Departemen Pemerintahan Dalam Negeri.
Baca juga:
Salah satu tugas departemen tersebut, ‘de uitroeiing van tijgers en krokodillen atau pemberantasan harimau dan buaya'.
Selain Macan (Panthera spp) dan Burung Serak (Tyto Alba), lanjut Vera, Buaya Putih (Crocodilus spp) merupakan hewan dianggap memiliki tuah atau keramat bagi masyarakat Betawi.
Di Indonesia teradapat paling tidak empat jenis Buaya, meliputi Buaya Sinyulong (Tomistoma schlegelii),Buaya Muara (Crocodylus Porosus), Buaya Siam (Crocodylus Siamensis), dan Buaya Irian (Crocodylus Novaeguineae).
Dari keempat jenis tersebut, jenis Buaya sebagai simbol Roti Buaya merupakan Buaya Muara (Crocodylus Porosus). "Buaya Muara menganut sistem perkawinan promiscuous. Buaya betina akan kawin dengan lebih dari satu buaya jantan dalam rangka memperbesar dan mempertahankan keturunannya," tulis Vera.
Sementara di penangkaran dalam sistem kandang pasangan, Buaya bersifat monogami atau hanya kawin sekali seumur hidup. Pengetahuan tentang Buaya sebagai hewan monogami telah menjadi kearifan lokal masyarakat Betawi.
Bahkan, di masa lalu, saat harga gandum sebagai bahan baku tepung masih tinggi maka masyarakat Betawi membuat roti buaya dengan singkong. Roti buaya sengaja dibuat bantat karena memang bukan untuk konsumsi, malahan jika dimakan akan beroleh bala bagi kedua mempelai.
Meski terkesan sederhana, justru filosofi Roti Buaya dalam pernikahan adat Betawi begitu penting. Bahkan filosofi tersebut menggugurkan anggapan istilah 'lelaki buaya darat' merujuk pada seseorang nan gemar berganti pasangan. (*)
Baca Juga:
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'

Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat

Tidak Perlu Ribet Isi Berbagai Aplikasi Pulang Dari Luar Negeri, Tinggal Isi ALL Indonesia

Dibekali Kemampuan Bahasa Asing, Personel Satpol PP DKI Jakarta Dikerahkan ke Kawasan Wisata dan Hiburan

Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi
