Sekda Jabar: Jika Ditumpuk, Sampah Se-Indonesia Jauh Lebih Tinggi dari Monas

Aktivitas pembuangan sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (26/10). ( ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
MerahPutih.com - Kota-kota di Indonesia diramalkan akan mengalami darurat sampah, tak terkecuali di Jawa Barat. Provinsi dengan jumlah penduduk hampir 50 juta jiwa ini berpotensi mengalami permasalahan sampah apabila masyarakat tidak bijak dalam mengelola sampah.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Februari 2019, Indonesia menghasilkan 64 juta ton timbunan sampah setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 60 persen di antaranya merupakan sampah organik dan 14 persen sampah plastik.
"Kalau kita tumpukan itu jauh lebih tinggi dari Monumen Nasional (Monas) di Jakarta," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja, saat membuka webinar "Circular Economy Persampahan" bertema "Peran Ibu dalam Mengurangi Sampah" di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (21/12).
Baca Juga:
Citarum Belum Bebas Sampah, Bandung Dapat Bantuan Mesin Pengolah
Hal ini jadi masalah. Karena lahan yang ada saat ini untuk menampung sampah, apabila tidak dikelola sebelumnya, tidak pernah akan cukup memenuhi harapan.
Padahal, sampah yang dihasilkan orang Indonesia pada umumnya adalah sampah organik yang sebenarnya bisa diuraikan oleh bakteri pengurai.
"Artinya kita punya harapan. Kita bisa mengolah sampah yang organik ini, misalnya, sejak dari rumah. Yang plastik bisa kita pilah, lalu kemudian sekarang sudah banyak bank-bank sampah yang mengambil dan deliver ke tempat-tempat pengolahan, khususnya untuk plastik," jelas dia.
Saat ini, kata dia, sudah banyak perusahaan-perusahaan yang bersifat 'electronic waste.' "Tapi yang terpenting bagaimana kita bisa mengelola dari rumah sebelum dibawa transporter," imbuhnya.
Selain sampah organik dan plastik, Indonesia pun memiliki masalah soal sampah makanan atau food waste. Saat ini, Indonesia berpredikat sebagai pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi.
Baca Juga:
Budayakan Membersihkan Sampah Sendiri Setelah Nonton Bioskop
Oleh karena itu, Setiawan berharap ibu-ibu bisa berperan dalam menggerakkan ekonomi sirkular pengelolaan sampah rumah tangga. Dalam rumah tangga, ibu dapat mendorong anggota keluarga untuk sama-sama mengurangi atau memilah sampah, menyediakan fasilitas sampah, dan mengedukasi anggota keluarga soal pentingnya pengelolaan sampah sejak dari rumah.
"Peran-peran ibu-ibu sangat tinggi. Bagi yang keseharian di rumah ataupun yang dibantu asisten rumah tangganya, bisa memberikan arahan-arahan kepada yang ada di lingkungan rumah," kata Setiawan.
Namun berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Tahun 2020, sekitar 50,8 persen rumah tangga di Indonesia tidak memilah sama sekali sampah. Sementara 48,2 persen rumah tangga sudah mulai memilah.
Dari hasil survei, sekitar 79 persen rumah tangga merasa repot untuk memilah sampah, 17 persen beranggapan sampah akan tercampur kembali di TPS/ TPA, 3 persen menganggap tidak ada manfaat, dan alasan lainnya sebanyak 1 persen.
"Barangkali budaya tidak ingin repot ini bagaimana sekarang hasil webinar ini, ibu-ibu bisa mempengaruhi atau menjadi agent of change. Yang tidak ingin repot kita jadikan mereka-mereka ini bisa mengubah mindset bahwa kita harus memilah sampah rumah tangga," ucap Setiawan.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar Prima Mayaningtyas melaporkan bahwa satu warga Jabar dapat menghasilkan sekira 0,497 kg/orang/ hari sampah. Jika diakumulasikan, ada kurang lebih 24.790 ton sampah dihasilkan setiap harinya di Jabar.
Dari jumlah tersebut, 43 persen sampah organik, 15 persen sampah plastik, 11 persen sampah kertas, 2 persen sampah logam, 0.9 persen sampah karet, 2 persen sampah kain, 3 persen sampah kaca, dan 11 persen sampah lain-lain.
Baca Juga:
Citarum Belum Bebas Sampah, Bandung Dapat Bantuan Mesin Pengolah
Prima menuturkan, pihaknya menargetkan pengurangan 30 persen sampah pada 2025. Dalam skala regional, Jabar sendiri saat ini baru mampu mengurangi sampah sebesar 6,52 persen.
"Peran besar dari ibu rumah tangga mengurangi dari sumbernya," kata Prima. "Peran ibu- ibu bagaimana mengurangi secara aksi, dan mengedukasi anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Kami berharap webinar ini memberi wawasan," imbuhnya.
Prima juga menyebut, ibu adalah potensi besar dalam menekan jumlah sampah di Jabar. Apalagi di Jabar, terdapat sebanyak 52.193 RW, 5.312 desa, 645 kelurahan. "Semuanya banyak ibu-ibu di kecamatan, di RW berpotensi mengurangi sampah yang ada di Jawa Barat," ucapnya. (Imanha/Jawa Barat)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Demo Sisakan 28,63 Ton Sampah, Pemprov DKI Kerahkan 750 Personel untuk Lakukan Pembersihan

Gejolak Demo Berlanjut, Pemprov DKI Pikir Ulang Penarikan Retribusi Sampah dari Warga

Dinas LH DKI Perkuat Kolaborasi Pengelolaan Sampah Mandiri Kawasan

Pemprov DKI Kerahkan 1.800 Petugas Kebersihan untuk Bersihkan Sampah selama Rangkaian Acara HUT ke-80 RI di Jakarta

Pengelolaan PLTSa Putri Cempo Belum Maksimal, Wakil Ketua MPR Singgung Revisi Perpres Sampah

Gerakan ’SAPU PLASTIK’ Kumpulkan 2,5 Ton Limbah, Beri Apresiasi Pelanggan dengan Diskon 20 Persen

Gubernur Pramono Diminta Kaji Ulang Pembangunan Fasilitas Pengolahan Sampah Jadi Energi Listrik, RDF Plant Rorotan Disinggung

Menilik Koperasi Pemulung Berdaya Daur Ulang 120 Ton Sampah Botol Plastik Jadi Bernilai Ekonomis

Menteri LH Resmikan Waste Crisis Center, untuk Atasi Darurat Sampah Nasional

Diajak Keliling RDF Plant Rorotan, Warga JGC Harap Tak Lagi Keluar Asap dan Bau Sampah Menyengat
