Sehari Positif COVID-19 Tambah Nyaris 1.000, Pengamat Kritik Istana Mulai Bingung
 Wisnu Cipto - Jumat, 22 Mei 2020
Wisnu Cipto - Jumat, 22 Mei 2020 
                Pengamat Poltik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin (Foto: Twitter @UiUkom)
MerahPutih.com - Penambahan kasus positif COVID-19 di tanah air meningkat signifikan pada Kamis, (21/5) kemarin, ahkan mencapai rekor tertinggi hampir 1000 kasus positif. Tepatnya penambahan kasus kemarin sebanyak 973 kasus baru positif Corona yang membuat jumlah total menjadi 20.162 di Indonesia.
Menjadi miris kemudian kenaikan jumlah positif tersebut di tengah dibuka kembalinya bandara hingga sejumlah mall. Belum lagi usulan kelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan berdamai dengan COVID-19.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai, peningkatan kasus positif dengan sejumlah kebijakan yang tidak konsisten menandakan pemerintah tidak mempunyai solusi jitu untuk mengatasi penyebaran virus Corona.
Baca Juga:
"Pemerintah tidak memiliki solusi yang jitu. Akhirnya masyarakat diminta untuk berdamai dengan Corona Melonggarkan PSBB dan membuka tranportasi publik. Ada plus dan minusnya. Plusnya, ekonomi rakyat akan jalan kembali. Minusnya, akan banyak lagi masyarakat yang terinfeksi Corona," kata Ujang kepada wartawan, Jumat (22/5).
Menurut Ujang, pemerintah juga seperti kedodoran dalam menangani wabah Corona. Tidak siap mengantisipasi persoalan yang disebabkan oleh virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok tersebut.
"Bisa saja istana sudah kebingungan dan kehilangan akal dalam mengendalikan penyebaran virus Corona. Saat Corona belum hilang. Pemerintah buat kebijakan yang aneh dan tumpang tindih dalam membuat aturan," ujarnya.
 
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini juga merespons kritik yang disampaikan oleh eks Wakil Presiden Jusuf Kalla soal penanganan Corona yang dilakukan oleh Pemerintah saat ini.
"JK benar. Kita tak boleh main-main dengan Corona. Kita juga harus hati-hati dengan pelonggaran PSBB. Karena bagaimanapun, soal korban materi atau ekonomi mungkin bisa saja diganti. Kalau korban jiwa? Tak bisa diganti," tegas Ujang.
Ujang memandang, bahwa kritik yang disampaikan oleh JK merupakan hal wajar lantaran ingin bangsa ini dikelola dengan baik. "Termasuk dalam mengelola dan menyelesaikan persoalan Corona," kata Ujang. (Pon)
Baca Juga:
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
 
                      Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
 
                      Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
 
                      Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
 
                      178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
 
                      Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
 
                      Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
 
                      KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
 
                      KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
 
                      COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
 
                      




