Sanitasi dan Air Bersih, Tak Bisa Ditawar


Akses air bersih belum sepenuhnya dirasakan oleh warga dunia. (Foto: Unsplash/nathan dumlao)
SATU tahun belakangan dunia diguncang dengan pademi yang sepertinya belum menunjukan titik akhir. Semua orang fokus untuk tetap bertahan hidup di tengah krisis yang tak ada habisnya dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan.
Dilansir IISD, lebih dari satu juta orang yang dilibatkan dalam ‘UN75’ global public consultation. Sepanjang tahun 2020 menjadikan peningkatan akses ke layanan-layanan dasar sebagai prioritas utama mereka selama pandemi. Seperti perawatan kesehatan, air bersih, sanitasi, dan pendidikan.
Baca Juga:

Kebiasaan mencuci tangan terbukti membebaskan manusia dari beberapa penyakit seperti diare hingga Hepatitis A. Padahal ini sebelumnya sangat sulit untuk diterapkan di tengah masyarakat. Namun setelah adanya pandemi, kegiatan mencuci tangan dengan sabun menjadi suatu kebiasaan yang penting dilakukan untuk memerangi penyebaran COVID-19 dan penyakit menular lainnya.
Air bersih dan sanitasi merupakan aspek utama yang dapat mendukung berjalannya pelayanan kesehatan dan pendidikan secara lancar. Tak hanya itu, air bersih dan sanitasi yang baik juga mempengaruhi berbagai aspek masyarakat lainnya, mulai dari kegiatan industri, bisnis, hingga pertanian.
Sayangnya masih ada sekitar 2,2 miliar orang di dunia yang mengalami kekurangan air minum bersih dan pengelolaannya yang belum baik. Kemudian sekitar 4,2 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki sanitasi yang dikelola dengan baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Worldometers, pada 2020 jumlah penduduk di dunia mencapai 7.794 miliar orang. Dengan begitu hanya sekitar 1,3 miliar orang di dunia yang mendapatkan layanan air bersih dan sanitasi yang dikelola secara baik.
Baca Juga:
Sistem Sanitasi Minim, Indonesia Jadi Salah Satu Negara dengan Sanitasi Terburuk di Asia

Belum lagi, selama pandemi permintaan akan air bersih meningkat. Sementara permintaan air bersih meningkat, banyak sumber air tercemar dan persediaan air semakin langka karena perubahan iklim yang tidak dapat ditebak.
Kebiasaan mencuci tangan yang dinilai ampuh untuk mencegah penyebaran COVID-19 tentunya menimbulkan konsekuensi tersendiri. Hal ini disebabkan pula karena kurangnya investasi layanan air dan sanitasi. Untuk mendorong terciptanya kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan, pangan, energi, perubahan iklim, dan perdamaian dunia, diperlukan ketersediaan sistem air, sanitasi, dan pengelolaan sumber daya air yang baik.
Sistem sanitasi dan air bersih tidak hanya dibutuhkan dunia pada saat ini saja. COVID-19 mungkin bukanlah satu-satunya wabah penyakit menular yang mampu menyerang dunia, oleh sebabnya kedua layanan itu penting untuk mencegah penyebaran penyakit menular. (cit)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
