Sahur, Sahur! Begini Stater Pack Rombongan Bocah Bangunkan Sahur


Berkumpul di satu titik untuk melancarkan aksi. (Foto: Unsplash/Timur Garifov)
"SAHUR ora sahur sakkarepmu sing penting aku wes udah". Anthem dinyanyikan rombongan bocah makin dekat makin keras terdengar sampai dalam kamar. Belum lagi, nyanyian tersebut masih ditingkahi dentuman snare drum dan beduk, bahkan bunyi tiang listrik dan pagar besi dipukul berulang. Suara tersebut tentu mengusik tidur seisi rumah mungkin juga tetangga lain satu area. Namun, suara bising tersebut meski mengusik justru sangat bagus agar orang tak terlewat ibadah sahur.
Biasanya orang bangun sahur, menurut Survey Jakpat bertajuk Kebiasaan Sahur di Bulan Ramadhan, sebanyak 47,51 persen karena bunyi alarm, lalu 35,97 persen karena dibangunkan orang lain, dan 16,52 persen bangun sendiri tanpa bantuan alarm maupun orang lain.
Maka, suara berisik para bocah tersebut sejatinya sangat membantu apalagi kebiasaan orang bangun untuk sahur terkadang begitu mepet. Lumrahnya orang bangun sahur, masih dalam survey tersebut, sebanyak 46,66 persen responden pada satu jam sebelum imsak, lalu di urutan kedua sebanyak 23,21 persen bangun pada dua jam sebelum imsak, dan terakhir dengan raihan 13,24 persen bangun tidur 45 menit sebelum imsak.
Bagi para bocah tersebut, tampaknya bulan Ramadan menjadi momen paling ditunggu-tunggu. Paling tidak mereka punya alasan untuk bergadang, berkeliling lingkungan dengan riang gembira, demi tugas mulia membangunkan orang sahur.
Pada Ramadan tahun ini, kerinduan para bocah nan dua tahun terakhir di 'bulan puasa' tek leluasa membangunkan sahur karena pembatasan sosial akibat pandemi masih merajalela jadi terobati karena kasus harian COVID-19 sangat berkurang. Membangunkan sahur atau rombongan sahur keliling memang paling ditunggu para bocah karena niatnya memang lebih besar senang-senang dan sisanya ibadah, meski tetap sangat dibutuhkan agar tak ada orang bangun kesiangan, tidak sahur, lalu jadi alasan untuk tidak puasa.
Baca juga:

Jika diperhatikan, selalu ada OOTD (Outfit Of The Day) khusus sehingga membuat mereka khas banget. Di antara rombongan, pasti ada minimal satu orang membawa sarung, berpeci, dan pakai jersey bola, serta tak ketinggalan sandal kepit karet. Masing-masing fesyen item tersebut tentu punya fungsi. Sarung dan peci tentu untuk busana pada salat Subuh nanti. Jersey bola sebatas identitas semata agar orang-orang di sekelilingnya tahu kalau pemakainya merupakan penggemar klub tersebut, tetapi bisa jadi memang enggak ada outfit lain di lemari. Terakhir, sandal jepit karet tentu saja agar langkah kaki lebih fleksibel, nyaman, dan mudah jadi alat untuk melempar jambu atau mangga tetangga.
Khusus sarung, sebenarnya ada beberapa cara penggunaan terbilang unik. Mereka biasanya menjadikan selempang, dipakai di pinggang, digantung di leher, atau dilipat kemudian dipukul ke aspal. Cara pakai terakhir biasanya jadi inspirasi perang sarung, bukan bangunkan orang sahur.
Terlepas dari itu, sarung memang memberikan kenyamanan tersendiri bagi mereka. Selain biar enggak kedinginan, sarung juga dijadikan sebagai pelindung kulit dari sengatan nyamuk. Sarung juga biasanya dikombinasikan dengan peci.
Baca juga:
Unik, 4 Tradisi Ini Dijadikan Cara untuk Membangunkan Sahur di Indonesia

Tidak lupa juga mengenakan hoodie. Ada dua kemungkinan memakai hoodie, antara memang ingin terlihat kece dan kekinian, atau agar badan tetap hangat di malam sampai dini hari daripada masuk angin. Supaya terlihat misterius, mereka juga memakai kupluk bawaan hoodie tersebut.
Sebelum melakukan aksi, mereka biasanya akan berkumpul di satu tempat entah di depan lapangan atau masjid. Ketika anggota sudah komplit, baru deh keliling komplek. Peratalan dibawa pun tidak disangka-sangka, mulai dari snare drum, galon, hingga perabotan rumah tangga sebagai alat musik. Akibat keterbatasan beduk biasanya dipasang di gerobak, para personel rela membawa ember dan baskom agar suara dentuman makin ramai dan treble.
Mereka dengan semangat memukul alat musik masing-masing, sekeras mungkin, biar terdengar sampai ke gendang telinga. Belum lagi pentungan biasa ada di pos sering diambil tanpa sepengetahuan satpam.
Ada juga satu bocah biasanya mengenakan sendal di telapak tangan sebagai alat musik. Meski kelihatannya di luar akal sehat, tapi justru menimbulkan bunyi khas. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat

Tidak Perlu Ribet Isi Berbagai Aplikasi Pulang Dari Luar Negeri, Tinggal Isi ALL Indonesia

Dibekali Kemampuan Bahasa Asing, Personel Satpol PP DKI Jakarta Dikerahkan ke Kawasan Wisata dan Hiburan

Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi
