Kuasai Reaktor Nuklir Chernobyl, Pesan Rusia ke NATO: Jangan Ikut Campur


Pemandangan udara dari pesawat menunjukkan struktur New Safe Confinement (NSC) di atas sarkofagus tua yang menutupi reaktor keempat yang rusak di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl selama tur
MerahPutih.com - Perang antara Pasukan Rusia dan Ukraina terus berlanjut. Pasukan Putin ini terus mengusai berbagai wilayah di Ukraina, salah satunya merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl.
Tentara Rusia berkumpul di "zona terlarang" Chernobyl sebelum merangsek ke Ukraina Kamis (23/2) pagi. Rusia ingin menguasai reaktor nuklir Chernobyl untuk memberi pesan kepada NATO agar militernya tidak ikut campur, kata sumber tersebut.
Baca Juga:
BI Sudah Siapkan Bauran Kebijakan Hadapi Dampak Perang Rusia-Ukraina
Bencana Chernobyl terjadi di Ukraina saat masih menjadi bagian dari Uni Soviet pada 1986. Awan material nuklir menyelimuti banyak wilayah di Eropa setelah kegagalan uji keamanan pada reaktor keempat pembangkit itu.
Beberapa dekade kemudian, Chernobyl menjadi lokasi wisata. Sekitar sepekan sebelum invasi Rusia, kawasan itu ditutup bagi turis.
"Tak mungkin mengatakan pembangkit listrik nuklir Chernobyl aman setelah serangan yang tidak jelas dilakukan oleh Rusia. Ini merupakan salah satu ancaman paling serius di Eropa saat ini," kata penasihat kantor presiden Ukraina Mykhailo Podolyak dilansir Antara.
Pasukan Ukraina bertempur melawan tentara Rusia di tiga sisi pada Kamis setelah Moskow menyerbu lewat darat, laut dan udara dalam serangan terbesar terhadap sebuah negara Eropa sejak Perang Dunia II.
"Para pejuang kami mengorbankan nyawa sehingga tragedi 1986 tidak akan terulang. Ini adalah pernyataan perang terhadap seluruh Eropa," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Twitter beberapa saat sebelum pembangkit itu dikuasai Rusia.
Dari laporan badan pengawas nuklir PBB, Kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl di Ukraina berjalan aman dan tidak ada kehancuran. Sejumlah fasilitas, termasuk pembangkit yang kini tidak difungsikan, dikuasai pasukan Rusia.
Fasilitas yang tersisa di PLTN tersebut, mencakup unit penyimpanan dan pengolahan limbah nuklir. IAEA memasukkan empat PLTN yang berfungsi di Ukraina pada lamannya.
IAEA terus memantau situasi di Ukraina dengan perhatian penuh dan menyerukan pengendalian diri secara maksimal untuk menghindari tindakan yang dapat membahayakan fasilitas nuklir negara itu.

Sementara itu, Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap Rusia sebagai pembalasan atas invasinya ke Ukraina, menargetkan dua bank terbesarnya dan anggota elitnya dalam langkah-langkah baru ketika Washington memperingatkan lebih banyak tindakan dapat dilakukan.
Di antara targetnya adalah lima bank besar Rusia, termasuk Sberbank dan VTB yang didukung negara, dua pemberi pinjaman terbesar di negara itu, serta individu kaya dan keluarga mereka. Amerika Serikat juga mengumumkan langkah-langkah pengendalian ekspor baru.
Washington memberlakukan sanksi baru setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2). Bank-bank AS harus memutuskan hubungan perbankan koresponden mereka yang memungkinkan bank melakukan pembayaran antara satu sama lain dan memindahkan uang ke seluruh dunia dengan pemberi pinjaman terbesar Rusia, Sberbank, dan 25 anak perusahaannya dalam waktu 30 hari. (*)
Baca Juga:
Serangan Rusia ke Ukraina Berdampak Pada Harga Minyak Mentah Indonesia
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Pelapor Khusus PBB Sebut 680.000 Orang Gaza Tewas Akibat Serangan Israel, Itu Angka Terendah

Di Debat Darurat Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Indonesia Kecam Serangan Israel ke Qatar

Media Belanda de Volkskrant Temukan Dugaan Serangan Tembakan Yang Disengaja ke Anak-Anak di Gaza

DPR Kecam Serangan Israel ke Qatar, Sebut Bisa Memicu Konflik di Timur Tengah

Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang

Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II

[HOAKS atau FAKTA]: Perdana Menteri Malaysia Tantang Indonesia Perang di Laut Ambalat
![[HOAKS atau FAKTA]: Perdana Menteri Malaysia Tantang Indonesia Perang di Laut Ambalat](https://img.merahputih.com/media/57/be/b4/57beb4f39c46834d56d0e5242ebe5b5d_182x135.png)