COVID-19 Game Changing

Restoran 'Dipaksa' Berubah Demi 'Tetap Hidup' Saat Pandemi

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Senin, 22 Maret 2021
Restoran 'Dipaksa' Berubah Demi 'Tetap Hidup' Saat Pandemi

Ada sejumlah perubahan pada restoran yang maksudnya positif namun menjengkelkan di masa pandemi (Foto: pixabay/engin akyurt)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SAAT pandemi melanda, sejumlah industri mengalami penurunan omzet. Bahkan, tidak sedikit yang gulung tikar karena tidak ada pemasukan sama sekali. Tak terkecuali bisnis restoran atau rumah makan.

Di bulan-bulan awal pandemi melanda Indonesia, banyak orang yang memilih untuk membatasi aktivitas di luar rumah bila tidak penting.

Baca Juga:

Pandemi COVID-19 Mengubah Layanan Perawatan Mobil Serba dari Rumah

Karena banyaknya masyarakat yang memilih menghabiskan waktu di rumah, restoran-restoran yang mengandalkan pemasukan dari makan di tempat, bak terkena 'tamparan keras' karena menurun drastisnya omzet penjualan.

Namun, para pengusaha restoran pun tidak lantas pasrah dengan keadaan dan berdiam diri. Mereka berusaha sekuat tenaga demi bisnis tetap bisa berjalan. Sejumlah cara pun dilakukan, seperti halnya menggencarkan promosi lewat online, dan memperkuat di layanan pesan antar.

Meski begitu, banyak sejumlah pengusaha yang mengeluhkan bahwa menjual makanannya secara online tidak bisa mencukupi biaya operasional dan gaji karyawan.

Seiring berjalannya waktu dan kasus pandemi mulai menurun, Pemerintah mulai melonggarkan sejumlah restoran agar bisa makan di tempat. Tapi dengan catatan restoran tersebut harus memenuhi sejumlah protokol kesehatan.

Seperti yang dikutip dari covid.go.id, pertama-tama, restoran wajib atur sirkulasi dan batasan waktu kunjungan. Kedua pengunjung yang ingin masuk wajib mengenakan masker dan menjaga jarak antrean.

Kemudian syarat selanjutnya yakni membatasi jumlah pengunjung 40% dari kondisi normal, bersihkan lokasi dengan desinfektan secara rutin, dan melarang masuk orang dengan gejala pernapasan batuk/flu/sesak napas serta suhu diatas 37,3 derajat celcius.

Baca Juga:

Pandemi COVID-19 Memantik Musisi Jadi Lebih Mandiri

Kemudian, pengelola restoran, rumah makan dan kafe wajib memastikan semua karyawan yang bertugas negatif dari COVID-19. Mereka harus mengenakan masker, face shield dan sarung tangan, serta memiliki suhu badan di bawah 37,3 derajat celcius.

Scan Barcode dinilai 'ribet' menurut beberapa orang, tapi hal itu dilakukan demi mencegah penyebaran virus COVID-19 (foto: pixabay/mohamed_hasan)

Dalam kenyataannya, tak hanya langkah-langkah tersebut yang diterapkan oleh restoran. Seperti halnya pada beberapa restoran, sistem pemesanan diubah dari buku menu menjadi scan barcode demi meminimalkan sentuhan.

Namun, di sisi lain, tidak sedikit orang-orang yang mengeluhkan cara melihat menu dan memesan lewat aplikasi. Khususnya bagi orang-orang tua yang belum begitu 'melek' teknologi. Salah satunya Maya, seorang Ibu-ibu asal Tangerang yang mengaku kesulitan dalam mengakses menu makanan.

"Bingung dah kagak ngerti scan barcode gitu, kita kan mau makan yah. Tapi malah dibikin ribet, apalagi kalau udah lapar banget kan repot. Anak muda sih enggak apa-apa, lah orang tua ini kagak ngerti gitu-gituan," tutur Maya kepada merahputih.com.

Akhirnya, saking kesalnya, Maya memutuskan untuk pindah di restoran yang 'enggak ribet'. Kemudian langsung mencari tempat makan lainnya.

"Daripada lama ini itu, scan barcode lah, apa lah, saya pindah aja ke tempat lain. Heran mau makan aja dibikin ribet," keluhnya.

Pembayaran full cashless kerap menyulitkan bagi orang yang 'gaptek'. (foto: pixabay/viarami)

Selain perbedaan melihat buku menu makanan dari scan barcode, Maya juga mengeluhkan tentang pembayaran cashless.

"Cashless itu juga bikin ribet menurut saya, soalnya kan enggak semua orang bisa pakai ovo, go-pay. Terus enggak semua orang juga punya ATM, kadang kan ibu-ibu bawanya uang cash aja, bagus sih niatnya, cuma mungkin kita butuh pembiasaan aja," kata Bu Maya.

Selain scan barcode, dan pembayaran cashless satu hal yang menjadi perhatian banyak masyarakat tentang kebiasaan baru makan di restoran ialah pembatasan jumlah orang dalam satu meja makan.

Sejumlah restoran membatasi jumlah pengunjung di satu meja, demi menerapkan protokol kesehatan. (foto: pixabay/pexels)

Memang, tak dimungkiri bahwa pembatasan jumlah orang dalam satu meja makan merupakan upaya mengurangi jumlah pengunjung guna menurunkan risiko penyebaran Virus COVID-19.

Tapi, di sisi lain banyak juga warga yang mengeluh ketika harus terpisah jarak makan atau terpisah meja saat ingin makan bersama orang-orang terkasih.

Salah satu yang merasakan hal itu ialah Arafi, seorang pegawai swasta asal Tangerang. Arafi mengatakan pembatasan itu cukup menjengkelkan karena 'mengganggu' kebersamaan makan bersama orang-orang terdekatnya.

"Sekarang kan satu meja makan gak bisa full tuh sesuai protokol kesehatan, misal datang berlima, yang tiga sama yang dua harus misah meja. Kan enggak seru yah, niat mau makan bareng tapi malah kayak musuhan jauh-jauhan. Jadi enggak asyik aja," kata Arafi.

Baca Juga:

Cara Cerdik Pemilik Restoran 'Mengakali' PSBB

Meski demikian, Arafi tak menentang pembatasan pengunjung dalam satu meja makan. Baginya kepentingan dan kesehatan bersama jauh lebih penting.

"Dibilang jengkel sih iya. Tapi mau gimana, kita harus berjuang bersama dan patuhi protokol kesehatan, biar Indonesia bisa bebas dari 'kopat kopit' itu," tambahnya.

Pembiasaan baru di sejumlah restoran mungkin ada beberapa yang sulit diterima masyarakat. Tapi protokol kesehatan yang harus dilakukan itu memiliki maksud baik. Intinya, kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan di manapun kita berada. (ryn)

Baca juga:

Kisah Inspiratif Survivor Kasus 01 COVID-19 Sita Tyasutami Menghadapi Perundungan

#Kesehatan #COVID-19 #Restoran
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Fun
Babak Baru Restoran Latin: Pembagian Menu Lunch dan Dinner untuk Pengalaman Bersantap Lebih Fokus
CasaLena Jakarta memperkenalkan menu lunch dan dinner terbaru mulai 1 Desember 2025, menghadirkan pengalaman kuliner Latin American Grill yang lebih fokus dan premium.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 28 November 2025
Babak Baru Restoran Latin: Pembagian Menu Lunch dan Dinner untuk Pengalaman Bersantap Lebih Fokus
Indonesia
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Pemkot segera mulai menyiapkan kebutuhan tenaga medis, mulai dari dokter hingga perawat.
Dwi Astarini - Senin, 24 November 2025
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Indonesia
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
emerintah memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan penghapusan tunggakan iuran sehingga mereka bisa kembali aktif menikmati layanan kesehatan.
Dwi Astarini - Rabu, 19 November 2025
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Berita Foto
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada memotong tumpeng bersama Komisaris Utama PT Prodia Widyahusada, Andi Widjaja saat peresmian PCMC di Jakarta.
Didik Setiawan - Sabtu, 15 November 2025
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Indonesia
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Kemenkes menargetkan hingga akhir tahun ini bisa mengobati 900 ribu orang yang terkena Tb.
Dwi Astarini - Kamis, 13 November 2025
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Berita Foto
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
President Director Asuransi Astra, Maximiliaan Agatisianus memberikan pemaparan dalam peluncuran Express Discharge di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Didik Setiawan - Rabu, 12 November 2025
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Indonesia
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Pemerintah akan memutihkan tunggakan 23 juta peserta BPJS Kesehatan mulai akhir 2025.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Indonesia
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Program penghapusan tunggakan iuran BPJS Kesehatan ini akan dimulai pada akhir 2025
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Lifestyle
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Selain mengonsumsi nutrisi seimbang, dokter juga mengingatkan pentingnya memastikan tubuh selalu terhidrasi secara cukup selama cuaca ekstrem
Angga Yudha Pratama - Selasa, 04 November 2025
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Indonesia
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Komunitas-komunitas yang diajak kerja sama juga nantinya dapat melakukan layanan CKG di tempat-tempat strategis, contohnya mall.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 03 November 2025
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Bagikan