Resolusi harus Realistis dan Evaluasi Tahun Sebelumnya


Resolusi yang dibuat jangan mengawang-awang. (Unsplash/Tim Mossholder)
ENTAH mengapa setiap orang merasa wajib membuat resolusi di tahun baru. Apakah sedemikian menjadi keharusan?
Bila tak membuat resolusi apakah tahun baru akan berantakan? Atau dianggap tak ikut tren?
Baca Juga:
Pentingnya Membuat Resolusi Tahun Baru dan Cara Mewujudkannya

Kalau toh membuat resolusi maka harus realistis, demikian yang disampaikan oleh psikolog klinis dewasa Mega Tala Harimukthi S.Psi, M.Psi yang dimuat di Antara. Dia juga mengatakan bahwa resolusi itu harus berdasarkan evaluasi tahun lalu.
"Resolusi idealnya dibuat dengan tolok ukur evaluasi dari resolusi di tahun sebelumnya, supaya bisa menentukan goals di tahun berikutnya," jelas Mega saat dihubungi ANTARA, Senin (01/01).
Namun Mega menyatakan bahwa bila seseorang tidak mempunyai resolusi di tahun sebelumnya. Maka dapat langsung membuat yang baru. Tapi Mega mengatakan bahwa masih perlu membuat perbandingan pencapaian dari sebelum-sebelumnya, sudah sesuai atau masih harus ditingkatkan.
Mega mengatakan sebenarnya seseorang punya kebebasan membuat resolusi yang realistis atau tidak. Dia mengingatkan resolusi yang tak realistis dapat menyebabkan seseorang frustasi dalam proses pencapaiannya. Jadi baiknya perlu dibuat skala prioritas di tahun baru ini.
"Misalnya prioritasnya adalah menikah tapi sekarang masih kuliah, Ya berarti menuju goals itu kita harus merancang step by step-nya, menyusun skripsi atau tesis baru bisa menikah," jelas Mega yang tergabung dalam Ikatan Psikolog Klinis wilayah Banten
Dia mengingatkan bahwa sangat penting seseorang mempunyai tujuan yang jelas dan spesifik agar resolusi yang dibuat menunjukkan prioritas sehingga bisa tercapai optimal.
Apabila seseorang tidak mempunyai tujuan yang jelas dan spesifik, maka biasanya resolusi tak menunjukkan prioritas sehingga dalam mencapainya tidak optimal.
Baca Juga:

"Karena bisa jadi di tengah jalan fomo atau fear of missing out sama kehidupan orang lain atau hal yang sedang hits di masanya," tegas Mega.
Mega mengingatkan bahwa masing-masing orang perlu mengenali diri sendiri termasuk kelebihan dan kekurangan, harus jujur mengenai ini. Kemudian yang terpenting membuat skala prioritas dalam hidup di tahun baru, lalu menentukan tujuan besar dan target waktunya.
Tak kalah pentingnya adalah merancang tahapan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Kemudian mengarahkannya dan membuat evaluasi berkala dan lembar ceklis dari setiap tahapan.
"Evaluasi berkala misalnya setiap bulan atau per tiga bulan atau per enam bulan? Dari evaluasi kita bisa lihat apa sudah sejalan dengan resolusinya atau masih ada yang perlu ditingkatkan lagi," saran Mega.
Dia mengingatkan agar jangan pernah membandingkan resolusi milik pribadi dengan orang lain. Karena ini akan sangat menghambat usaha mencapai resolusi yang sudah dibuat.
"Don't be fomo, let be jomo (joy of missing out)! Kalau mau membandingkan, bandingkanlah diri kita hari ini dengan diri kita di tahun sebelumnya. Setelah berusaha optimal waktunya menyerahkan ke kuasa Tuhan semesta," tegas Mega. (*)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
