Resolusi harus Realistis dan Evaluasi Tahun Sebelumnya

P Suryo RP Suryo R - Selasa, 02 Januari 2024
Resolusi harus Realistis dan Evaluasi Tahun Sebelumnya

Resolusi yang dibuat jangan mengawang-awang. (Unsplash/Tim Mossholder)

Ukuran:
14
Audio:

ENTAH mengapa setiap orang merasa wajib membuat resolusi di tahun baru. Apakah sedemikian menjadi keharusan?

Bila tak membuat resolusi apakah tahun baru akan berantakan? Atau dianggap tak ikut tren?

Baca Juga:

Pentingnya Membuat Resolusi Tahun Baru dan Cara Mewujudkannya

resolusi
Resolusi tahun baru harus berdasarkan pula dari evaluasi tahun lalu. (Pexels/Polina Kovaleva)

Kalau toh membuat resolusi maka harus realistis, demikian yang disampaikan oleh psikolog klinis dewasa Mega Tala Harimukthi S.Psi, M.Psi yang dimuat di Antara. Dia juga mengatakan bahwa resolusi itu harus berdasarkan evaluasi tahun lalu.

"Resolusi idealnya dibuat dengan tolok ukur evaluasi dari resolusi di tahun sebelumnya, supaya bisa menentukan goals di tahun berikutnya," jelas Mega saat dihubungi ANTARA, Senin (01/01).

Namun Mega menyatakan bahwa bila seseorang tidak mempunyai resolusi di tahun sebelumnya. Maka dapat langsung membuat yang baru. Tapi Mega mengatakan bahwa masih perlu membuat perbandingan pencapaian dari sebelum-sebelumnya, sudah sesuai atau masih harus ditingkatkan.

Mega mengatakan sebenarnya seseorang punya kebebasan membuat resolusi yang realistis atau tidak. Dia mengingatkan resolusi yang tak realistis dapat menyebabkan seseorang frustasi dalam proses pencapaiannya. Jadi baiknya perlu dibuat skala prioritas di tahun baru ini.

"Misalnya prioritasnya adalah menikah tapi sekarang masih kuliah, Ya berarti menuju goals itu kita harus merancang step by step-nya, menyusun skripsi atau tesis baru bisa menikah," jelas Mega yang tergabung dalam Ikatan Psikolog Klinis wilayah Banten

Dia mengingatkan bahwa sangat penting seseorang mempunyai tujuan yang jelas dan spesifik agar resolusi yang dibuat menunjukkan prioritas sehingga bisa tercapai optimal.

Apabila seseorang tidak mempunyai tujuan yang jelas dan spesifik, maka biasanya resolusi tak menunjukkan prioritas sehingga dalam mencapainya tidak optimal.

Baca Juga:

Penelitian Ungkap Resolusi Terbanyak di 2024

resolusi
Masing-masing orang perlu mengenali diri sendiri termasuk kelebihan dan kekurangan. (Pexels/Breakingpic)

"Karena bisa jadi di tengah jalan fomo atau fear of missing out sama kehidupan orang lain atau hal yang sedang hits di masanya," tegas Mega.

Mega mengingatkan bahwa masing-masing orang perlu mengenali diri sendiri termasuk kelebihan dan kekurangan, harus jujur mengenai ini. Kemudian yang terpenting membuat skala prioritas dalam hidup di tahun baru, lalu menentukan tujuan besar dan target waktunya.

Tak kalah pentingnya adalah merancang tahapan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Kemudian mengarahkannya dan membuat evaluasi berkala dan lembar ceklis dari setiap tahapan.

"Evaluasi berkala misalnya setiap bulan atau per tiga bulan atau per enam bulan? Dari evaluasi kita bisa lihat apa sudah sejalan dengan resolusinya atau masih ada yang perlu ditingkatkan lagi," saran Mega.

Dia mengingatkan agar jangan pernah membandingkan resolusi milik pribadi dengan orang lain. Karena ini akan sangat menghambat usaha mencapai resolusi yang sudah dibuat.

"Don't be fomo, let be jomo (joy of missing out)! Kalau mau membandingkan, bandingkanlah diri kita hari ini dengan diri kita di tahun sebelumnya. Setelah berusaha optimal waktunya menyerahkan ke kuasa Tuhan semesta," tegas Mega. (*)

Baca Juga:

Berapa Lama Resolusi Tahun Baru Bertahan?

#Resolusi Tahun Baru #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Perasaan insecure selalu berkaitan dengan kepercayaan diri.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 25 Februari 2025
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Bagikan