Resesi Melanda, Pemulihan Harus Cepat


Ilustrasi pekerja. (Foto: Kemenaker).
MerahPutih.com - Indonesia diprediksi masuk dalam jurang resesi sebagaimana yang dialami banyak negara dunia. Pemerintah perlu upaya mempersiapkan diri atas kondisi terburuk karena pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi diprediksi pada kisaran -2,8 persen hingga -3,9 persen.
"Ayo kita persiapkan kondisi terburuk ini. Yang kita bisa lakukan adalah secepat mungkin kita recovery. Kalau resesi, sudah pasti. Jadi bukan menghindari resesi tapi bagaimana kita cepat recover dan resesinya secetek mungkin. Tidak dalam," ujar Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri.
Ia mengingatkan, krisis kali ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Sehingga, formula baku tidak memadai untuk mengatasinya. Paling tidal, semua negara melakukan penanganan yang sama mulai dari melakukan pelebaran defisit hingga paket stimulus serta menurunkan suku bunga.
Baca Juga:
Libur Idul Adha, Kemenhub Antisipasi Mudik Warga
Tetapi, Faisal menegaskan, ada dimensi yang harus dikedepankan pemerintah yakni kesehatan masyarakat dan penyelamatan jiwa manusia. Dalam hal ino, tidak boleh ada trade off antara ekonomi dan kesehatan.
Di Indonesia, lanjut ia, hampir semua lini merasakan dampak pandemi COVID-19. Mulai dari gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), meningkatnya ketimpangan global hingga penurunan turis mancanegara.

Ia meminta, pemerintah tidak memaksakan pemulihan dengan berharap pada sektor pariwisata. Saat ini, kunjungan turis mancanegara ke Indonesia turun hingga 80 persen.
"Kunci utama penanganan dan pemulihan ekonomi adalah penanganan meluasnya virus corona. Turis ini bisa jadi ujung tombak recovery dalam waktu dekat. Kuncinya kita mampu menangani virus sehingga semakin banyak negara bersedia tandatangani travel bubble," katanya seperti dilansir kantor berita Antara.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) tentang pembentukan Tim Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penanganan COVID-19.
Ekonomi Indonesia diyakini pulih dengan cepat. Namun pemerintah tetap waspada mengingat situasi ekonomi global berkembang sangat dinamis penuh dengan ketidakpastian.
"Risiko terjadinya gelombang kedua, second wave, dan masih berlanjutnya sekali lagi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2021," ujar Jokowi.
Jokowi mengutip optimistis tiga lembaga keuangan global Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengenai prediksi perekonomian dunia akan mulai tumbuh positif pada 2021.
"IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,4 persen, ini sebuah perkiraan yang sangat tinggi menurut saya. Bank dunia 4,2 persen, OECD 2,8-5,2 persen. Saya kira kalau perkiraan ini betul, kita akan berada pada posisi ekonomi yang juga mestinya itu di atas pertumbuhan ekonomi dunia," ungkap Jokowi.
Baca Juga:
Mudik Saat Idul Adha Dinilai Sangat Berbahaya, Ini Alasannya
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Pujian Presiden Prabowo ke Tim Ekonomi dan Menlu Sugiono di Sidang Kabinet, Senang Dengan Capaian Ekonomi

Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen

Politikus Demokrat Minta Presiden Prabowo Contoh Program SBY Dorong Pertumbuhan Ekonomi

GMNI Desak Pemerintah Kurangi Instabilitas Politik, Fokus ke Perbaikan Ekonomi dan Kurangi Pengangguran

Indonesia Segera Kirim Tim Diplomasi Tarif Resiprokal AS, Belum Siapkan Tarif Balasan
5 'Pukulan Telak' untuk Ekonomi Indonesia Imbas AS Tetapkan Resiprokal 32%

Prabowo Panggil Sejumlah Menteri Rancang Kebijakan Fiskal APBN 2026

Indonesia Gabung New Development Bank, Prabowo: ‘Booster’ Kuat untuk Strategi Transformasi

Pasar Dihantui Sentimen Negatif, Istana Bakal Rutin Ajak Ekonom Bahas Outlook Ekonomi Indonesia

Pemerintah Didesak Percepat Stimulus untuk Meredam Dampak Gejolak Ekonomi
