Reaksi Tak Sesuai Harapan, Mengapa Anak Lebih Percaya Temannya


Anak-anak lebih senang berbagi pada teman akrabnya. (Pixabay/RamadhanNotonegoro)
KETIKA duduk di bangku sekolah atau melewati masa remaja, banyak orang merasa lebih dekat dengan temannya. Menghabiskan waktu bersama-sama membuat seorang anak merasa lebih dekat secara emosional dengan teman atau sahabatnya. Keakraban ini membuat anak perlahan lebih mempercayai temannya daripada orang tua.
Misalnya saja ketika mereka suka seseorang, biasanya sang anak lebih suka berbagi soal rahasia ini dengan teman mereka daripada ayah atau ibu. Hal yang sama juga berlaku ketika anak ingin mengambil sebuah keputusan. Ia akan nyaman berbagi opini dengan sahabatnya.
Alasan utama dari fenomena ini adalah rasa tak percaya seorang anak pada orang tua. Entah itu karena takut dimarahi, atau diberikan nasihat yang tak sesuai harapannya. Didikan orang tua yang terlalu keras juga cenderung membuat anak jadi lebih tertutup. Mengacu dari laman Pass Now Now, ini dia sederet penjelasan mengapa anak lebih terbuka pada teman sebayanya.
Baca Juga:

Insting alami
Remaja secara alamiah suka menentukan pilihannya sendiri. Namun, hal ini agak sulit dilakukan bersama orang tua karena biasanya mereka punya keputusan sendiri. Untuk itu, anak pun jadi lebih suka berdiskusi dengan temannya karena merasa tak terkekang.
Ada rasa tidak nyaman
Bercerita kepada orang tua sering kali menyebabkan salah paham karena perbedaan pola pikir. Akhirnya, anak akan berakhir dapat ceramah, omelan, atau bahkan kritikan. Hal ini membuat seorang anak merasa tidak nyaman. Sebab, kadang yang mereka inginkan adalah perasaan dimengerti oleh pendengar cerita.
Baca Juga:

Saling mengerti
Orang yang tumbuh di era dan waktu yang sama cenderung mengalami masalah serupa. Begitu pula dengan teman. Ketika bercerita pada orang sebaya, seorang anak akan merasa dirinya lebih dipahami dan mendapat solusi yang membantu. Sedangkan orang tua dulunya pasti memiliki masalah dan cara penyelesaian yang berbeda.
Rahasia
Terkadang, orang tua suka menceritakan tentang masalah anak pada orang lain. Misalnya pada keluarga besar saat kumpul bersama atau pada saudara untuk dijadikan contoh. Padahal, hal ini membuat anak jadi merasa malu. Akhirnya, mereka pun memilih untuk bercerita pada teman atau sahabat saja. (mcl)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa

Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa

Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai

Biar Anak Terhindar dari Flexing, Ini 5 Cara Ajarkan Nilai Hidup Sederhana
