Ragam Alasan Pemerintah Naikkan Tarif KRL, Mulai Inflasi Sampai UMP Naik

Penumang KRL. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Tarif KRL Jabodetabek atau commuter line diusulkan naik menjadi Rp 5.000 di 25 km pertama. Saat ini di jarak tersebut, tarif commuter line Jabodetabek hanya Rp 3.000.
Kementerian Perhubungan mengungkapkan, salah satu latar belakang penyesuaian tarif tersebut karena sudah sejak 2015 belum ada kenaikan. Di tahun 2013 tarif Rp 3.000 dimanfaatkan untuk 3 stasiun pertama. Setelah itu setiap 10 km naik Rp 1.000.
Baca Juga:
Penumpang KRL Yogya-Solo Meningkat Selama Liburan Nataru
Sementara di tahun 2016 tarif Rp 3.000 berlaku sampai 25 km pertama. Kemudian di tahun 2016 itu 25 km pertama, baru setelahnya per 10 km naik Rp 1.000.
"Nah ini tidak berubah hingga saat ini," ujar Plt Kasubdit Penataan dan Pengembangan Jaringan Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, Arif Anwar, Kamis (13/1).
Selain itu, alasan pemerintah menaikan harga tiket KRL, karena tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia berpengaruh biaya pengoperasian KRL Jabodetabek.
Lalu, dari tahun ke tahun ada anggaran peningkatan kebutuhan atau kewajiban pelayanan publik atau Public Service Obligation (PSO) yang terus meningkat.

Selain itu, Kemenhub menegaskan, Upah Minimum Provinsi (UMP) di tahun ini naik sebesar rata-rata 1,09 persen. Sehingga naiknya pendapatan menjadi latar belakang kenaikan tarif commuter line.
Rencana besaran kenaikan tarif KRL Jabodetabek diambil berdasarkan survei Ability To Pay (ATP) atau kemauan seseorang untuk membayar dan Willingness To Pay (WTP) atau kemampuan seseorang untuk membayar yang digelar Kemenhub.
Teknik survei menggunakan sistem stratified random sampling dengan cara memilah penumpang pria dan wanita secara hitung manual. Total responden semua lintas yaitu Bogor, Bekasi, Serpong, dan Tangerang sejumlah 6.841 orang yang terbagi responden pria 51 persen dan wanita 49 persen.
Kemudian perjalanannya untuk bekerja 53 persen, untuk produktif atau bekerja informal 23 persen, untuk leisure itu wisata dan sebagainya 8 persen, dan lain-lain 18 persen.
Baca Juga:
Pekan Pertama 2022, Penumpang KRL Naik 8 Persen
Dari survei yang dilakukan dihasilkan untuk di Bogor rata-rata ATP Rp 8.572 dan WTP Rp 6.000. Di Bekasi rata-rata ATP Rp 9.327 dan WTP Rp 4.000. Di Serpong rata-rata ATP Rp 7.439 dan WTP Rp 4.000. Di Tangerang rata-rata ATP Rp 7.606 dan WTP 4.500. Sehingga total rata-rata ATP adalah 8.486 dan WTP 4.625.
Pada 2022, Kemenhub memberikan subsidi Kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek dengan volume sebesar 220.332.388 penumpang dalam satu tahun. Total dana pemerintah untuk subsidi sekitar Rp3,2 triliun, untuk melayani sekitar 250 juta pergerakan orang. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Layanan KRL Jabodetabek Dipastikan Normal dan Aman Pasca Terganggu Unjuk Rasa Rusuh di Jakarta

Demo ‘Revolusi Rakyat’ di Gedung DPR, KRL dari Arah Serpong Hanya Bisa sampai Stasiun Kebayoran, Penumpang Menumpuk di Stasiun

Demo ‘Revolusi Rakyat’ Dekat DPR Ricuh, Penumpang KRL Tujuan Serpong dan Rangkasbitung Diminta Hindari Stasiun Palmerah

Perayaan 17 Agustus, Penumpang KRL Jabodetabek Membeludak di Sejumlah Stasiun, Nikmati Diskon Tarif Rp 80

Pagar Stasiun Cikini Ditinggikan, Penumpang KRL Justru Bikin Pramono Anung Pusing

Pagar Pedestrian Stasiun Cikini Ditinggikan Jadi 1,7 M, Cegah Penumpang Main Asal Lompat

KRL Anjlok di Stasiun Jakarta Kota Pagi ini, Penumpang Dipastikan Tak Ada yang Jadi Korban

Ada Gangguan, KRL Bogor-Jakarta Kota Cuma Sampai di Stasiun Manggarai

Begini Cara KAI Percepat Boarding dengan Face Recognition, Bye-Bye Antrean

Terlibat Pelecehan Seksual, Puluhan Orang Masuk 'Blackist' dan Dilarang Naik KRL
