Putin Tuding Barat Mengobarkan Perang Proksi
Presiden Rusia Vladimir Putin di tengah pertemuan dengan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu di Moskow, Rusia, Senin. (4/7/2022) (Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin/mca)
MerahPutih.com - Sejak meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, pasukan Rusia telah menguasai banyak wilayah di negara itu, termasuk merebut Luhansk di Ukraina timur pada Minggu (3/7).
Tetapi, pergerakan pasukan Moskow sejauh ini lebih lambat dibandingkan dengan yang diperkirakan para analis. Pasukan itu dipukul mundur saat berupaya merebut ibu kota Ukraina, Kiev, dan kota utama kedua, Kharkiv.
Baca Juga:
Rusia Merangsek ke Wilayah Donetsk Usai Rebut Luhansk
Presiden Rusia Vladimir Putin menantang negara-negara Barat untuk mengalahkan Rusia di medan perang.
"Pergerakan Rusia yang berlangsung di Ukraina saat ini bisa dibilang baru saja mulai," ujar Putin, saat pidato di depan para pemimpin parlemen, untuk pertama kali sejak perang dimulai empat bulan lalu.
Ia memperingatkan bahwa masa depan perundingan akan meredup jika konflik berlarut-larut.
"Kita sudah sering mendengar bahwa Barat ingin memerangi kita untuk membela semua warga Ukraina. Ini adalah tragedi bagi rakyat Ukraina, tapi tampaknya semua mengarah ke sana."
Rusia menuding Barat mengobarkan perang proksi dengan menggempur ekonominya dengan serentetan sanksi serta meningkatkan pasokan persenjataan canggih untuk Ukraina.
Putin mengatakan, sanksi-sanksi Barat menimbulkan berbagai kesulitan, namun diklaim tidak seperti yang diperkirakan oleh para penggagas serangan ekonomi terhadap Rusia.
"Semua orang harus tahu bahwa, pada umumnya, kita belum memulai apa pun dengan sungguh-sungguh. Pada saat yang sama, kami tidak menolak pembicaraan perdamaian," ujar Putin.
Kepala Juru Runding Ukraina, Mykhailo Podolyak, menyebutkan syarat-syarat yang diajukan pihaknya untuk dapat melanjutkan pembicaraan
"Gencatan senjata. Penarikan pasukan Z. Kembalikan para warga negara yang diculik. Serahkan para penjahat perang. Mekanisme perbaikan kerusakan. Pengakuan atas hak kedaulatan Ukraina," kata Podolyak dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
Rusia Kuasai Ukraina Timur
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Seruan Indonesia Untuk Redakan Konflik Thailand dan Kamboja, Desak Saling Tahan Diri
Israel Lakukan 813 Kali Pelanggaran Gencatan Senjata di Gaza, Akses Bantuan Masih Dihambat
Konflik Kamboja dan Thailand Bikin Sekolah Tutup, Ratusan Warga Mengungsi
Trump Klaim Pasukan Stabilisasi Internasional di Gaza Bakal Didukung Banyak Negara
Kapal Perang USS Cincinnati-20 dan Drone AS Merapat ke Batam
Angkatan Laut Thailand Luncurkan Operasi Skala Besar di Perbatasan Kamboja
Tidak Percaya Komitmen Putin, Uni Eropa Sepakat Perkuat Pertahanan di Ukraina
Mengejutkan! Tes Kebohongan Mudryk Lolos, Masa Depan di Chelsea Terbuka?
Rancangan Donald Trump Perjanjian Damai Konflik Ukraina: AS Akui Krimea dan Donbas Sah Milik Rusia
Thailand Bakal Bersihkan Ranjau Darat di Perbatasan Kamboja, Negara ASEAN Diminta Memantau