Presiden SBY Anugerahi John Lie Gelar Pahlawan Nasional

Fadhli Fadhli - Jumat, 06 Februari 2015
Presiden SBY Anugerahi John Lie Gelar Pahlawan Nasional

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) mengenalkan kapal tempur mutakhir buatan Inggirs yang dinamai KRI John Lie 358. (antarafoto)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Nasional - 10 November 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan gelar pahlawan kepada Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie Tjeng Tjoan atau Jahja Daniel Darma. Jenderal bintang dua tersebut adalah peranakan Tionghoa yang lahir di Manado, Sulawesi Utara, 9 Maret 1911 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1988.

Pemberian gelar pahlawan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden No 058/TK/Tahun 2009 serta Bintang Mahaputera Adipradana pada tanggal 10 November 2009. Penghargaan itu disampaikan Presiden kepada para ahli waris mereka hari ini di Istana Negara. Surat Keputusan Presiden RI dibacakan Sekretaris Militer, Mayjen TNI Budiman, selaku Sekretaris Jenderal Dewan Tanda-tanda Kehormatan RI.

Sebelum pemberian gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan, Presiden SBY memimpin mengheningkan cipta dengan tujuan mengenang dan menghormati jasa para pahlawan terdahulu.

"Dengan iringan doa semoga arwah para suhadah diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa," kata Presiden SBY pada 10 November 2009 silam.

Selain dihadiri para ahli waris dan keturunan, pemberian gelar kepahlawanan itu juga dihadiri beberapa menteri diantaranya, Djoko Suyanto (Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan), Hatta Rajasa (Menteri Koordinator Perekonomian), Sudi Silalahi (Menteri Sekretaris Negara), Mari E Pangestu (Menteri Perdagangan), dan Patrialis Akbar (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia).

Siapakah John Lie?

Berdasarkan informasi yang dihimpun merahputih.com, Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie merupakan anak dari pasangan Lie Kae Tae dan Oei Tjeng Nie Nio. Leluhur John diketahui berasal dari daerah Fuzhou dan Xiamen, Tiongkok, yang pada abad ke 18 berlayar sampai ke tanah Minahasa.

John Lie sendiri pada mulanya adalah seorang yang beragama Budha, namun dalam perjalanan hidupnya ia memilih agama Kristen dan menjadi pemeluk Kristen taat. Perkenalannya dengan agama Kristen terjadi saat dia bersekolah di Christelijke Laqere School, Manado. Keyakinannya terhadap ajaran Yesus Kristus itulah yang menjadikan John Lie sangat tangguh dalam imannya. Terbukti, ketika menyelundupkan senjata untuk para pejuang Indonesia di era penjajahan Belanda, dalam kapal yang dikemudikannya, John Lie selalu membawa Alkitab dalam dua Bahasa: yaitu berbahasa Inggris dan Belanda.

Pada saat Indonesia merdeka dan perang dunia kedua usai, John Lie memutuskan bergabung dengan TNI AL. Sebagai tugas utama John Lie diserahi tugas mengamankan sebuah pelabuhan di Cilacap, Jawa Tengah. Saat berdinas di Cilacap, John Lie berhasil membersihkan ranjau-ranjau peninggalan tentara Jepang yang digunakan untuk menghadang pasukan sekutu.

Atas keberhasilannya, John Lie dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor. Dengan menjadi seorang Mayor, tugas John Lie semakin berat. John Lie ditugasi menembus blokade tentara Belanda untuk menyelundukpan senjata dan pangan.

Pada tahun 1947 Mayor John Lie diberikan tugas mengawal 800 ton karet kepada Kepala Perwakilan RI di Singapura, Utoyo Ramelan untuk ditukarkan dengan senjata. Senjata yang mereka peroleh lalu diserahkan kepada pejabat Republik yang ada di Sumatera, seperti Bupati Riau, sebagai sarana perjuangan melawan Belanda.

Ketika berada di Bangkok pada awal 1950, ia dipanggil pulang ke Surabaya oleh KSAL Subiyakto dan ditugaskan menjadi komandan kapal perang Rajawali. Pada masa berikut ia aktif dalam penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) di Maluku. Ia mengakhiri pengabdiannya di TNI Angkatan Laut pada Desember 1966 dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.

Pada 27 Agustus 1988, John Lie wafat dan Presiden Soeharto adalah salah satu orang yang ikut melayat. John Lie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wardiman Djojonegoro, mengakui John Lie sebagai pahlawan nasional. Melalui suratnya tertanggal 10 November 1995, Wardiman mengucapkan selamat kepada keluarga John Lie atas penganugerahan gelar pahlawan nasional dan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama untuk (almarhum) John Lie.

Tapi, penganugerahan John Lie sebagai pahlawan nasional baru terealisasi pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2009. (bhd)

#Berani Menginspirasi #Tiongkok #TNI AL #Presiden SBY #Pahlawan Nasional #John Lie #Inspirasi Imlek
Bagikan
Ditulis Oleh

Fadhli

Berkibarlah bendera negerku, tunjukanlah pada dunia.

Berita Terkait

Indonesia
Jelang HUT TNI, 100 Ribu Tentara dari 3 Matra Siap Guncang Monas
Latihan ini melibatkan 100.000 personel gabungan dari tiga matra
Angga Yudha Pratama - Selasa, 16 September 2025
Jelang HUT TNI, 100 Ribu Tentara dari 3 Matra Siap Guncang Monas
Indonesia
TNI Diminta Jalin Komunikasi dengan Ferry Irwandi, Yusril: Pidana Adalah Jalan Terakhir
Yusril juga berharap TNI dapat mengkaji tulisan Ferry di media sosial dengan cermat
Angga Yudha Pratama - Kamis, 11 September 2025
TNI Diminta Jalin Komunikasi dengan Ferry Irwandi, Yusril: Pidana Adalah Jalan Terakhir
Indonesia
Beda Saat Tahun 1998, Pam Swakarsa Versi Terkini Dinilai Tidak Akan Mengandung Unsur Politis yang Merugikan Publik
Sekarang situasi politiknya juga sudah beda, terus juga keterbukaan informasi juga sudah sangat luas
Angga Yudha Pratama - Rabu, 03 September 2025
Beda Saat Tahun 1998, Pam Swakarsa Versi Terkini Dinilai Tidak Akan Mengandung Unsur Politis yang Merugikan Publik
Indonesia
DPR RI Minta Keseriusan Pemerintah dalam Pembinaan Prajurit, TB Hasanuddin Ingatkan Kualitas Prajurit TNI Menentukan Kekuatan Pertahanan
Selain itu, ia menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi modern dalam sistem pertahanan
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 30 Agustus 2025
DPR RI Minta Keseriusan Pemerintah dalam Pembinaan Prajurit, TB Hasanuddin Ingatkan Kualitas Prajurit TNI Menentukan Kekuatan Pertahanan
Indonesia
TNI AL Kerahkan Kapal Perang ke Teluk Thailand, Latih Pertempuran Jarak Dekat
Cross Deck Helicopter yaitu pendaratan heli di atas deck kapal perang. Dalam latihan ini, TNI AL mengerahkan helikopter AS565 Panther untuk mendarat di kapal HTMS Bhumibol Adulyadej.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 28 Agustus 2025
TNI AL Kerahkan Kapal Perang ke Teluk Thailand, Latih Pertempuran Jarak Dekat
Indonesia
Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen
Pihaknya tidak punya tanggung jawab apa pun atas semua konsekuensi yang akan dihadapi Satria di Indonesia.
Dwi Astarini - Rabu, 20 Agustus 2025
Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen
Indonesia
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Rumah kecil Slamet Riyadi terakhir direhab tahun 1937.
Frengky Aruan - Senin, 18 Agustus 2025
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Indonesia
Tolak Pengelolaan Bersama Blok Ambalat, Legislator: Kedaulatan Harga Mati
Menurutnya, mempertahankan setiap jengkal wilayah adalah hal yang krusial
Angga Yudha Pratama - Rabu, 13 Agustus 2025
Tolak Pengelolaan Bersama Blok Ambalat, Legislator: Kedaulatan Harga Mati
Indonesia
Enam Kodam Baru TNI AD Siap Beroperasi dengan Kekuatan Penuh, Markasnya Hampir Rampung Akhir 2025
Wahyu juga memastikan bahwa setiap Kodam baru telah dilengkapi dengan personel dan alat utama sistem senjata (alutsista) yang memadai
Angga Yudha Pratama - Selasa, 12 Agustus 2025
Enam Kodam Baru TNI AD Siap Beroperasi dengan Kekuatan Penuh, Markasnya Hampir Rampung Akhir 2025
Indonesia
Apresiasi Kinerja TNI AL, Komisi I DPR: Modernisasi Alutsista Harus Ditingkatkan
Anggota Komisi I DPR RI mendorong pemerintah untuk terus memperkuat sarana dan prasarana atau alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI AL.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 11 Agustus 2025
Apresiasi Kinerja TNI AL, Komisi I DPR: Modernisasi Alutsista Harus Ditingkatkan
Bagikan