Presiden Putin Peringatkan AS dan Sekutu Terkait Serangan ke Suriah
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) mendengarkan Kepala "Kurchatov Institute" Mikhail Kovalchuk (ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Nikolskyi/Kremlin via REUTERS)
MerahPutih.Com - Serangan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Suriah bisa menyulut kekacauan global. Pasalnya, negara-negara pendukung Presiden Bashar al-Assad seperti Rusia dan Iran akan melakukan pembalasan terhadap aksi militer AS dan sekutu.
Berbicara melalui sambungan telepon dengan Presdien Iran, Hassan Rouhani, Presiden Rusia Vlamidir Putin memperingatkan AS dan sekutunya bahwa serangan terhadap Suriah akan menimbulkan konflik baru yang lebih besar lagi.
Presiden Putin dan Hassan Rouhani sepakat bahwa serangan negara-negara Barat telah menutup kesempatan bagi tercapainya resolusi politik bagi konflik di Suriah.
"Putin secara khusus menekankan bahwa jika aksi yang melanggar Piagam PBB itu dilanjutkan, maka akan terjadi kekacauan dalam hubungan internasional," kata Kremlin dalam pernyataan tertulis sebagaimana dilansir Antara dari Reuters, Senin (16/4).
Sementara itu Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa pihaknya akan menjatuhkan sanksi ekonomi baru kepada sejumlah perusahaan yang terlibat dengan penggunaan senjata kimia yang diduga dilakukan oleh Presiden Suriah.
Sebelumnya, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris menembakkan 105 rudal dengan target tiga tempat yang diduga menjadi fasilitas persenjataan kimia di Suriah. Aksi itu merupakan balasa terhadap serangan gas beracun di Douma pada 7 April lalu.
Sejumlah negara Barat menunjuk Bashar sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan Douma yang menewaskan puluhan orang. Sementara pemerintah Suriah dan Rusia membantah telah terlibat.
Tembakan rudal pada Sabtu adalah intervensi terbesar dari negara-negara Barat di Suriah.
Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris mengatakan bahwa serangan rudal itu hanya menarget fasilitas persenjataan kimia Suriah dan tidak ditujukan untuk menggulingkan Bashar ataupun mengintervensi perang sipil di sana.
Presiden Prancsi Emmanuel Macron mengatakan bahwa dirinya telah berhasil menyakinkan Trump, yang sebelumnya ingin menarik pasukan Amerika Serikat dari Suriah, untuk tetap mempertahankan keterlibatan di negara tersebut.
Namun pernyataan Macron itu dibantah oleh Gedung Putih.
"Misi Amerika Serikat tidak berubah, persiden sudah menegaskan bahwa dia ingin agar pasukan Amerika Serikat bisa kembali ke rumah secepatnya," kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders.
Warga berpartisipasi dalam protes pro rezim Suriah diluar kedubes Suriah di Sanaa, Yaman (ANTARA FOTO/REUTERS/Khaled Abdullah)
"Kami bertekad untuk menghancurkan kelompok bersenjata ISIS dan menciptakan kondisi yang mencegah kembalinya mereka," kata dia.
"Kami juga berharap para sekutu regional untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar, baik secara militer maupun finansial, untuk menjaga keamanan kawasan," kata Sanders.
Sementara itu wakil kepala komite pertahanan parlemen Rusia, Evgeny Serebrennikov, menjawab rencana Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi dengan mengatakan bahwa pihaknya siap.
"Sanksi itu memang berat bagi kami, tapi juga akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar bagi Amerika Serikat dan Eropa," kata Serebrennikov kepada kantor berita RIA.
Di Damaskus, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad, telah bertemu dengan tim lembaga pemantau senjata kimia global, OPCW, selama tiga jam dengan didampingi sejumlah pejabat Rusia.
Tim OPCW akan mengunjungi Douma untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di sana.
Moskow mengecam Barat karena menolak menunggu temuan OPCW sebelum menggelar serangan.(*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Prancis Tuduh Turki dan Iran Terlibat dalam Konflik Suriah
Bagikan
Berita Terkait
AS Tidak Punya Penangkal Rudal Burevestnik Milik Rusia
Putin Umumkan Uji Coba Drone Poseidon Sukses, Rudal Nuklir Antarbenua Terkuat Rusia
DPR Sahkan UU Ekstradisi RI-Rusia
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi
Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina
Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat
China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II
Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen
Eks Marinir Satria Kumbara Bukan Direkrut, Rusia Tegaskan Konsekuensi Tanggung Sendiri
Ini Yang Akan Dibahas Dalam Pertemuan Trump dan Putin di Alaska