Presiden Erdogan Sebut Myanmar Lakukan Genosida Terhadap Rohingya


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Screenshot The Guardian)
MerahPutih.Com - Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bahwa ia mendesak para pemimpin dunia untuk berbuat lebih banyak guna membantu Muslim Rohingya Myanmar, yang kini menghadapi tindakan upaya genosida.
Hampir 400 orang tewas di Myanmar barat laut pada pekan lalu, dalam sebuah serangan yang dilancarkan oleh gerilyawan terhadap sejumlah pos keamanan dan memicu serangan balasan dari pihak tentara. Badan-badan bantuan memperkirakan bahwa 73.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar ke negara tetangganya, Bangladesh, sejak kekerasan terjadi.
"Anda dapat melihat situasi dimana Myanmar dan Muslim berada," kata Presiden Erdogan di Istanbul, Senin (4/9) ketika ia menghadiri pemakaman seorang tentara Turki.
"Anda dapat melihat bagaimana desa-desa dibakar ...Kemanusiaan tetap diam terhadap pembantaian di Myanmar," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa Turki akan mengangkat permasalahan tersebut di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, di New York pada akhir bulan ini. Sebagai pemimpin Organisasi Konferensi Islam (OKI), Erdogan telah membahas kekerasan kemanusiaan di Myanmar dengan 20 pemimpin dari negara anggota OKI.
"Dengan beberapa pemimpin, kami dapat mencapai kesepakatan dan terdapat beberapa yang tidak tercapai. Tidak semua orang memiliki kepekaan yang sama," katanya.
"Kami akan melakukan tugas kami," kata Presiden Erdogan. Ia menambahkan bahwa Turki akan terus memberikan bantuan ke wilayah tersebut.
Myanmar telah mendesak kepada umat Islam di wilayah barat laut agar mau bekerja sama dalam mencari para pemberontak, yang menggalang serangan terhadap sejumlah pos keamanan dan memicu serangan balasan serta tindakan keras dari pihak tentara. Serangan tersebut menjadi salah satu kekerasan paling mematikan yang melanda masyarakat Rohingya dalam beberapa dasawarsa belakangan.
Presiden Erdogan mengatakan pada Jumat, bahwa kematian ratusan warga Rohingya di Myanmar selama sepekan belakangan, merupakan suatu bentuk genosida terhadap masyarakat Muslim di wilayah itu.
Ratusan lagi pengungsi pada Minggu, berjalan melintasi persawahan dari sungai Naf yang memisahkan kedua negara itu. Mereka mencoba masuk ke wilayah Bangladesh, menambah tekanan pada kelangkaan sumber daya yang dimiliki badan bantuan dan masyarakat setempat, yang sudah membantu puluhan ribu pengungsi dari serangan sebelumnya di Myanmar.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar

Darurat Militer Dicabut, Junta Larang Partai Aung San Suu Kyi Ikut Pemilu Myanmar

Junta Cabut Status Darurat Militer Setelah 4,5 Tahun, Myanmar Segera Gelar Pemilu

Myanmar Kabulkan Amnesti Selebgram WNI yang Divonis 7 Tahun Bui

[HOAKS atau FAKTA]: WNI Jadi Korban Perdagangan Manusia, Indonesia Kobarkan Bendera Perang lawan Myanmar
![[HOAKS atau FAKTA]: WNI Jadi Korban Perdagangan Manusia, Indonesia Kobarkan Bendera Perang lawan Myanmar](https://img.merahputih.com/media/06/fb/3b/06fb3bb635a4238fd9d075e4043fd6b3_182x135.jpeg)
Warga Berbagai Negara Afrika Bersatu Konvoi Naik Bus untuk Jebol Blokade Gaza, Terinspirasi Aktivis Kapal Madleen

Israel Deportasi 4 Aktivis Kapal Madleen, Greta Thunberg: Kami Diperlakukan Tidak Manusiawi Tapi Belum Ada Apa-Apanya Dibanding Penderitaan Warga Gaza

Greta Thunberg, Liam Cunningham, dan Belasan Aktivis Bertekad Jebol Blokade Israel Lewat Kapal Madleen, Bawa Bantuan Kemanusiaan untuk Warga Gaza

Menangi Kontes Eurovision 2025, Penyanyi Austria Ini Minta Wakil Israel Dilarang dari Kompetisi Nyanyi Paling Prestisius di Eropa Tahun Depan

Bantuan Medis Darurat Indonesia Buat Korban Gempa Myanmar Kemungkinan Diperpanjang
