Kesehatan

Potret Parno Lansia Hadapi COVID-19

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Rabu, 07 Juli 2021
Potret Parno Lansia Hadapi COVID-19

Lansia cemas hadapi COVID-19. (Sumber: Pexels/Teona Swift)

Ukuran:
14
Audio:

PONSEL Nur, perempuan paruh baya itu tidak pernah berhenti berbunyi. Ada saja pesan masuk di grup Whatsapp yang menginfokan rekan kerja, saudara dan tetangganya yang terpapar COVID-19.

Ia menggenggam erat ponselnya setelah sebuah pengeras suara di Masjid dekat rumahnya mengumumkan orang meninggal. Ya, itu adalah teman pengajiannya yang juga meninggal karena COVID-19. Tangannya gemetar, lulutnya lemas, keringat dingin pun mengucur di dahinya.

Baca juga:

Persiapkan Ini Sebelum Divaksin COVID-19

Gelombang kedua COVID-19 yang melonjak gila-gilaan tersebut membuatnya frustasi bukan main. Ia dan sang suami sudah berumur. Selain itu, kendati ia sudah memasuki usia kepala lima, ia masih aktif bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara di sebuah instansi yang membuatnya lebih sering work from office dan bertemu dengan rekan kerjanya yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

Sayangnya, anaknya yang tinggal bersamanya juga masih ngeyel kelayapan di luar rumah. Seolah itu belum cukup, dirinya juga mengidap penyakit autoimun yang membuatnya sulit mendapatkan vaksin COVID-19.

Ketika akhirnya pemerintah mengimbau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), ia benar-benar membentengi dirinya dan keluarganya. Rumahnya tertutup rapat, belanja keperluan sehari-hari dilakukan secara daring, tidak ada satupun yang boleh bertandang ke rumahnya bahkan termasuk anak sulungnya yang tinggal tidak jauh dari kediamannya.

Nur bukanlah satu-satunya lansia yang dibuat resah karena COVID-19 gelombang kedua. Ada begitu banyak lansia yang juga merasakan hal yang sama. Menurut psikiater di klinik Sudirman Medical Centre, dr. Gusti Rai Wiguna SpKJ, lansia rentan mengalami depresi jika anggota keluarganya tidak memiliki kewaspadaan serupa.

"Para lansia merasa sudah taat protokol kesehatan, enggak keluar tapi misalnya ada anaknya atau cucunya masih keluar ke warung, ngopi ketemu temannya, apalagi kalau ada yang percaya teori konspirasi. Di satu sisi bingung gimana mau memarahinya. Mereka sudah taat prokes tetapi keluarga enggak kompak. Itu yang menyiksa mereka," urai pria yang kerap disapa Rai tersebut.

lansia stres di masa corona
Lansia stres saat yang lebih muda bersikap santai hadapi COVID-19. (Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio)

Akibatnya, orang-orang usia lanjut akan mengalami sejumlah psikosomatik. Mereka sulit tidur, maagnya muncul, dan migrain berulang.

Hal utama yang membuat mereka kian kepikiran adalah bagaimana ia melihat orang lain tidak bisa bersikap seketat mereka. "Mereka merasa percuma. Saya sudah capek-capek melakukan hal ini tapi orang lain kok enggak paham," jelas Rai.

Baca juga:

Fakta-Fakta Penting Tentang Vaksin COVID-19

Menurut Rai dalam mengarungi pandemi, modal utamanya adalah kekompakan. "Kuncinya adalah bagaimana kita bersikap terhadap pandemi ini. Kalau ada yang enggak kompak itu mengganggu keharmonisan," ujarnya.

pandemi
Kompak di masa pandemi. (Sumber: Peels/Alex Green)

Selain itu, hal penting lainnya adalah berbagi kekhawatiran antara anggota keluarga. "Jangan sampai ada pandangan 'saya enggak mau cerita ke anak saya karena enggak mau buat dia kepikiran'. Jangan-jangan anak kita juga berpikir begitu. Ini harus ditangani bersama," ungkapnya.

Hal penting lainnya yang perlu dilakukan oleh para lansia di masa pandemi adalah dengan tetap aktif. "Penting untuk tetap aktif. Seringkali dipandang berbeda, enggak ngapa-ngapain padahal kita harus tetap aktif," ucapnya. (avia)

Baca juga:

Sejumlah Negara Pakai Eventbrite untuk Jadwalkan Vaksin COVID-19, Apa Itu?

#Kesehatan #Virus Corona #COVID-19 #Test Covid 19 #Vaksin Covid-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Bagikan