Polusi Udara Bikin Pelik, Beralihlah ke Transportasi Publik


Polusi udara baru-baru ini masuk dalam sepuluh besar risiko kesehatan yang dihadapi manusia secara global. (Foto: Freepik/Wirestock)
JAKARTA masuk masa darurat polusi udara! Pemerintah Indonesia terus mencari cara agar polusi udara berkurang. Masyarakat pun diminta ikut membantu mengurangi polusi udara. Misalnya dengan merumahkan kendaraan bermotor pribadi dan beralih menggunakan transportasi publik.
Melansir laman Healthline, duduk di dalam mobil pribadi merupakan cara yang paling tidak sehat untuk bepergian. Jalan kaki atau bersepeda menjadi pilihan yang lebih sehat. Begitu pula dengan beralih ke transportasi publik.
Mobil dan motor pribadi menghasilkan berbagai gas dan partikel berbahaya yang berkontribusi terhadap penyakit saluran pernapasan dan jantung. Jadi, tidak mengherankan jika mengemudi di tengah kemacetan berdampak buruk bagi kesehatanmu.
Duduk di tengah kemacetan bisa lebih buruk lagi. Apalagi sedang kondisi darurat polusi udara seperti saat ini.
Baca juga:
Dampak Ekonomi Berkelanjutan Atas Pertumbuhan Kendaraan Listrik

Sebuah penelitian terbaru di Inggris menemukan bahwa berdiam di lampu merah menyumbang sekitar dua persen dari total waktu perjalanan di sana. Namun, waktu yang relatif singkat itu bertanggung jawab atas sekitar 25 persen partikel tidak sehat yang dihirup oleh para pengendara kendaraan bermotor pribadi.
"Polusi udara baru-baru ini masuk dalam sepuluh besar risiko kesehatan yang dihadapi manusia secara global," ujar Prashant Kumar, seorang dosen senior di University of Surrey. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaitkan polusi udara dengan tujuh juta kematian dini setiap tahunnya.
Semakin banyak kendaraan bermotor pribadi memenuhi jalan raya, semakin meningkatkan risiko orang terpapar polusi udara di jalan raya.
Persimpangan dengan lampu lalu lintas adalah tempat di mana pengemudi harus berhenti dan memulai dengan cepat. Pengemudi menginjak gas untuk kembali melaju saat lampu berubah menjadi hijau, kadar partikel kecil yang dihasilkan oleh mesin kendaraan mencapai 29 kali lipat lebih tinggi daripada di area yang lalu lintasnya bebas.
Baca juga:

"Ada risiko kesehatan yang penting terkait dengan polusi udara," kata Janice Nolen Assistant Vice President for National Policy di the American Lung Association.
"Risiko-risiko itu signifikan. Polusi lalu lintas adalah sebuah risiko, dan tidak hanya bagi para pengendara yang terjebak dalam kemacetan. Orang-orang yang tinggal dalam jarak 300 hingga 500 meter dari jalan utama juga terpapar polutan tingkat tinggi. Itu mencakup sekitar 45 persen dari total populasi AS," tambahnya.
Maka menggunakan angkutan umum adalah alternatif yang layak untuk orang-orang di banyak daerah perkotaan dan pinggiran kota.
Kamu juga dapat bersepeda atau berjalan kaki ke tempat kerja atau mengombinasikan transportasi publik dengan bersepeda atau berjalan kaki. Beberapa orang mungkin juga dapat bekerja dari rumah sesekali dalam seminggu. (dgs)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Pramono Anung Tegaskan Layanan Transportasi Umum di Jakarta Pulih Total, Tarif Transjakarta dan MRT Gratis Hingga 7 September 2025

Pasca-Demo, TransJakarta Berlakukan Tarif Rp 1 Hingga 7 September

Kota Ankara Turkiye Tertarik Belajar soal Transportasi Publik dari Jakarta

Dengerin Nih! MRT Jakarta Bikin Glodok-Kota Tua Kayak Luar Negeri, Enggak Perlu Bikin Paspor

MRT Jakarta Menuju Era Baru, Proyek Lebak Bulus-Serpong Jadi Pertaruhan Besar

DPR RI Ambil Sikap Tegas! Minta Pemerintah Rombak Total Sistem Transportasi yang Gagal

Gibran Minta Seluruh Indonesia Wajib Tiru Kebijakan Kontroversial Jakarta

Pramono Sebut Peningkatan Transportasi dan Ruang Publik Jakarta Memukau Dunia Internasional

MRT Jakarta Fase 2A Bikin Blok M Makin 'Hidup' dan Jadi Penghubung Utama Sistem Transportasi Kota

Gubernur Jakarta Bakal Sanksi Tegas ASN yang Masih Naik Kendaraan Pribadi Hari Rabu
