Playing Victim dan Victim Blaming, Ketahui Perbedaannya

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Jumat, 17 Maret 2023
Playing Victim dan Victim Blaming, Ketahui Perbedaannya

Playing victim dan victim blaming memiliki perbedaan. (Foto: Unsplash/Noah Silliman)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KAMU pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah playing victim dan victim blaming. Kedua istilah ini bisa terjadi pada hubungan mana pun, baik itu pasangan, keluarga, pertemanan, atau pekerjaan.

Jika dilihat sekilas, playing victim dan victim blaming menggambarkan suatu kondisi yang tidak jauh berbeda, yaitu sama-sama menyalahkan. Namun, ada perbedaan signifikan di antara keduanya.

Mengutip laman Alodokter, playing victim tidak jatuh berbeda dengan victim mentality, yaitu perilaku seseorang yang merasa dirinya sebagai korban tetapi ia juga dengan sengajak melimpahkan kesalahannya kepada orang lain. Tujuannya untuk membelda diri agar tidak disalahkan dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan.

Baca juga:

Apa yang Dimaksud 'Play Victim'? Jangan-Jangan Kamu Salah Satunya

Apa Bedanya Playing Victim dan Victim Blaming?
Victim blaming adalah situasi ketika korban disalahkan dan diminati pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. (Foto: Unsplash/Dev Asangbam)

Playing victim bisa dikatakan sebagai perilaku manipulatif untuk memengaruhi dan mengendalikan orang lain agar bisa memperoleh apa yang diinginkan. Ada beberapa contoh kalimat yang mengarah ke perilaku playing victim, seperti "Kamu terlalu sempurna buat aku, makanya aku ngerasa enggak bisa menghimbangi hidupmu dan mencari perempuan lain", "Oh, ini salahku karena sudah mengganggumu. Aku lupa, aku hanya ada ketika kamu membutuhkan sesuatu dariku."

Jika playing victim merupakan istilah untuk menggambarkan pelaku, victim blaming adalah situasi ketika korban disalahkan dan diminati pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Korban juga turut disalahkan atas kasus yang telah menimpanya. Tindakan ini bisa mencakup kasus bullying, pemerkosaan, kekerasan fisik, pelecehan emosional, atau kekerasan dalam rumah tangga.

Baca juga:

Putus Hubungan sama Media Sosial, Berani Dong

Apa Bedanya Playing Victim dan Victim Blaming?
Victim blaming bisa membuat korbannya merasa malu, marah, frustasi, atau kesepian. (Foto: Unsplash/Eric Ward)

"Kamu sih berpakaian kayak gitu, ya pantas saja kalau kamu mengalami pelecehan seksual", "Siapa suruh kamu keluar malam-malam? Kalau kamu enggak keluar pasti kamu enggak akan dirampok."

Playing victim tidak hanya menimbulkan dampak buruk bagi orang lain, tetapi juga diri sendiri. Orang yang playing victim bisa menjadi marah, frustasi, putus asa, dan tidak bisa meraskan kebahagiaan karena terus bersikap manipulatif.

Sementara itu, victim blaming bisa membuat korbannya merasa malu, marah, frustasi, atau kesepian, dan bisa melampiaskan emosinya pada kebiasaan buruk. Jika intimadi terus berlanjut, korban berisiko mengalami depresi bahkan berpikir untuk bunuh diri. (and)

Baca juga:

Waspadai Toxic Productivity Muncul di Masa Pandemi

#Kesehatan Mental #Relasi
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.

Berita Terkait

Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Fun
Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya
Love scamming merupakan jenis kejahatan digital yang ramai terjadi sejak 2017.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 20 Juni 2025
Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Bagikan