Pikirkan Hal Ini Sebelum Beralih ke Vape


Vape tidak lebih baik daripada rokok. (Foto: Instagram/bicaravape)
SECARA luas diketahui bahwa merokok sangat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru. Beberapa perokok memilih untuk beralih ke vaping untuk membantu mereka berhenti dan banyak orang muda memilih vape dengan keyakinan bahwa vape tidak berbahaya seperti merokok.
Namun, penting untuk mengetahui bahwa vaping bukanlah usaha untuk melepas diri dari rokok yang bebas risiko. Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan vape dapat memiliki efek negatif pada jantung dan sistem kardiovaskular kamu, seperti dikutip dari Healthline.
Menurut American Lung Association, rokok berkontribusi terhadap 80 persen kematian akibat kanker paru-paru pada perempuan, dan 90 persen pada pria. Paparan asap rokok juga bisa mematikan karena sekitar 7.300 kematian akibat kanker paru-paru setiap tahun dapat dikaitkan dengan paparan asap rokok. Vaping saat ini diyakini lebih tidak berbahaya daripada merokok, tetapi itu bukan berarti tanpa risiko.
Baca juga:
Sementara, cairan vape mengandung nikotin dan bahan kimia lainnya yang juga berpotensi menjadi racun bagi paru-paru. Berdasarkan pengetahuan yang ada tentang bahan kimia tersebut, ada kemungkinan bahwa paparannya melalui vaping juga dapat meningkatkan risiko pengguna terkena kanker paru-paru.
Vape dan perangkat vaping hanya tersedia di Amerika Serikat sejak pertengahan 2000-an, jadi belum ada badan penelitian yang menganalisis efek jangka panjang. Mungkin diperlukan beberapa dekade sebelum besarnya efek vaping atau penggunaan vape sepenuhnya diketahui.

Kanker paru-paru bukan satu-satunya yang dikhawatirkan oleh para ahli mengenai vape. Dalam jangka pendek, aerosol yang dihasilkan oleh perangkat vaping dapat mengiritasi mata, mulut, dan hidung bahkan membuat kamu lebih rentan terhadap pilek dan flu.
Paru-paru kamu juga berisiko tinggi untuk menghadapi jenis kerusakan lain dari efek vaping, seperti pneumonia lipoid terkait vaping yang berkembang ketika kamu menghirup zat berminyak dari liquid, yang kemudian menciptakan peradangan di paru-paru kamu.
Kekhawatiran lain adalah bronkiolitis obliterans, kondisi serius dan ireversibel yang menyebabkan jaringan parut pada saluran udara kecil di paru-paru kamu. Orang dengan kondisi ini perlu mengambil kortikosteroid atau menggunakan inhaler dengan obat yang dapat melebarkan saluran udara bekas luka.
Baca juga:
EVALI yang merupakan singkatan dari e-cigarette atau vaping product use-associated lung injury, menyebabkan berbagai gejala pernapasan dan kerusakan pada jaringan paru-paru. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kasus EVALI bertanggung jawab atas sekitar 2.800 orang yang melakukan rawat inap dalam beberapa tahun terakhir. Namun, angka-angka ini memuncak pada 2019 dan telah menurun sejak itu.
Perangkat vaping tidak menghasilkan semua bahan kimia yang sama dengan rokok biasa. Dalam laporan 2018 dari National Academy of Sciences, Engineering, and Medicine menyebut jumlah nikotin yang terkandung dalam vape sebanding dengan jumlah nikotin yang akan didapatkan dari rokok biasa.

Namun, hal ini bukan hanya tentang nikotin. Laporan yang sama juga mencatat bukti konklusif bahwa vape mengandung dan memancarkan banyak zat yang berpotensi beracun meskipun pada tingkat yang lebih rendah daripada yang akan ditemukan dalam rokok tembakau.
Beberapa zat berbahaya yang didapatkan dari vape adalah senyawa organik volatil (VOC) seperti crylamide, benzena, dan propilena oksida. Kemudian juga bahan penyedap kimia, formaldehida, acrolein, logam berat, timbal, kromium, strontium, nikel, boron, silikon, barium, alumni, besi, dan timah anorganik.
Intinya adalah mungkin dalam beberapa tahun ke depan baru akan ada bukti yang tersedia secara meyakinkan dalam membuktikan bahwa vaping menyebabkan kanker paru-paru. Namun, saat ini para ahli menunjukkan bahwa kita sudah tahu vaping dikaitkan dengan kerusakan paru-paru, dan sangat mungkin bahwa itu nantinya dapat dikaitkan dengan kanker juga. (Tel)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
