Pesan Ibu Tien kepada Pak Harto: Jangan Mancing Ikan yang Rambutnya Panjang


MerahPutih Nasional- Pada 27 Januari 2008, Presiden Republik Indonesia Kedua HM. Soeharto menghembuskan nafas terakhirnya. Penguasa tunggal Orde Baru meninggal pada usia 86 tahun. Meski sudah pergi untuk selamanya banyak kenangan dan kisah menarik dari sosok kelahiran Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921.
Sebagai soerang kepala pemerintahan, Presiden Soeharto mempunyai hobi. Memancing adalah salah satu hobi yang digandrungi The Smiling Genderal. Hampir setiap akhir pekan Presiden Soeharto selalu menghabiskan diri untuk berlibur dan memancing.
Hobi memancing Presiden Soeharto dituturkan oleh ajudan pribadinya Mayjen TNI (Purn) Eddie Marzuki Nalapraya saat peluncuran buku berjudul 'Pak Harto The Untold Stories' pada tanggal 8 Juni 2010 lalu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Buku tersebut adalah karya bekas ajudan Presiden Soeharto, Jenderal TNI (purn) Try Sutrisno.
Eddie berkisah kala itu dirinya masih berpangkat Kapten yang kebetulan bertugas mengawal Presiden Soeharto yang hendak memancing ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Sebagai seorang kepala pemerintahan kala itu, tentu Presiden Soeharto selalu dikawal oleh beberapa ajudan.
Dengan cekatan Eddie menyiapkan dua unit mobil pengawal. Di salah satu mobil tersebut ajudan duduk didepan dan Eddie duduk di belakang menemani Presiden Soeharto. Ketika mobil hendak bergerak maju, tiba-tiba Siti Hartinah Soeharto akrab disapa Ibu Tien mengetuk-ngetuk kaca mobil di sampingnya. Eddie lalu menurunkan kaca.
"Siap! Saya, Bu!" kata Eddie.
Bukan hanya itu ibu Tien juga memberikan pesan kepada Eddie agar menjaga betul Presiden Soeharto. Termasuk menjaga Presiden Soeharto agar tidak tergoda dengan perempuan.
"Bu Tien bilang kepada saya, Eddie tolong jaga Bapak yang bener ya. Ingat jangan mancing ikan yang rambutnya panjang ya. Lalu, saya lihat Pak Harto cuma tersenyum dengan senyumnya yang khas. Dan, memang kami nggak neka-neka karena jadwal padat, dan memang sulit sekali lepas dari dekapan rakyat," kata Eddie kala itu.
Sebagai bekal memancing Ibu Tien juga sudah menyiapkan menu lauk pauk sederhana seperti sambal goreng tempe, teri, supermi, dan ikan asin. Menu itu sesuai dengan selera Soeharto.
"Saat itu, Pak Harto berpesan kepada kami, agar mengawal secara longgar, jangan mencolok. Kami cuma membawa pistol, dan radio komunikasi sederhana saja. Sebab, beliau ingin rakyat berani dekat dan bisa ngomong enak. Rakyat zaman itu kan lugu, kalau presiden dikawal ketat ya mana berani mendekat terus ngobrol dengan presiden," tutur Eddie. (bhd)
Bagikan
Adinda Nurrizki
Berita Terkait
Langkah Prabowo Beri Abolisi dan Amnesti Ternyata 'Bangun Jembatan Retak' Order Baru, Lama dan Reformasi

Rapat Komisi X DPR Ricuh, Koalisi Sipil Tolak Pemutihan Sejarah dan Gelar Pahlawan untuk Soeharto

Jelaskan Izin PT GAG Tidak Dicabut, Menteri Bahlil Singgung-Singgung Orba

Peringati 27 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pamerkan Tengkorak Korban Kekejaman Orba

Tolak Usulan Gelar Pahlawan Soeharto, Aktivis 98 Tegaskan Demokrasi Tidak Lahir Gratis

Pro-Kontra Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Wamensos: Masih Dikaji TP2GP

Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto

Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!

Polemik Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Setara Institute Khawatir soal Kebangkitan Orba

Rencana Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Tuai Polemik, Mensos: Wajar, Manusia Punya Kekurangan dan Kelebihan
