Perusahaan Ini Melawan Stigma Menstruasi

Banyak perempuan mengalami diskriminasi karena menstruasi (Foto: Pexels/Louis)
PERUSAHAAN Pantone bekerja sama dengan rilis warna merah baru bernama "Period" dengan merek produk feminin Swedia Intimina. Kerjasama ini juga dilakukan bersama kampanye merek Seen+Heard untuk melawan stigma-stigma seputar menstruasi.
Mengutip CNN, Laurie Pressman, wakil presiden Pantone Color Institute, menggambarkan warna baru ini sebagai "merah percaya diri" yang dapat membantu mendorong percakapan positif tentang menstruasi.
Baca juga:
Dengan berfokus pada menstruasi, Pantone ingin melawan dan membuang tabu, dan menarik perhatian bahwa menstruasi hanyalah salah satu fase kehidupan biasa dengan warna yang "memberi energi" dan "dinamis."
"Warna merah 'Period' yang berani membuat mereka yang menstruasi merasa bangga akan diri mereka sendiri. Mendorong mereka untuk berdiri dan dengan penuh semangat merayakan kekuatan hidup yang menggairahkan dan kuat sejak lahir," kata Pressman kepada CNN.
Lanjut Pressman, warna merah yang melambangkan keberanian dan semangat, akan membuat setiap orang merasa nyaman berbicara seputar menstruasi.
Kenapa sangat penting untuk melawan tabu dan stigma-stigma seputar menstruasi? Laman New York Times menjelaskan rata-rata perempuan selama hidupnya akan mengalami menstruasi selama 2.535 hari. Sudah mengalami kesakitan dan ketidaknyamanan, ini tetap menjadi penghalang bagi kesetaraan perempuan.
Baca juga:
Di beberapa bagian dunia, perempuan masih menghadapi diskriminasi, bolos sekolah untuk mengatur menstruasi mereka, dan kekurangan produk serta fasilitas toilet yang bersih dan aman.

Contohnya di India, perempuan terkadang dilarang masak atau menyentuh siapa pun selama menstruasi karena dianggap tidak murni atau kotor. Ini bisa berkontribusi pada budaya diam dan misinformasi seputar praktik higienis.
Bahkan ada yang lebih ekstrem, di wilayah barat tengah Nepal, sebuah studi tahun 2019 menemukan bahwa saat menstruasi, anak perempuan diminta untuk tidur di "gubuk menstruasi," walau sudah ada larangan nasional.
Selama pandemi pun, ketika krisis merusak rantai pasokan global dan mengganggu pekerjaan dan kehidupan sosial, perempuan dewasa dan anak perempuan di seluruh dunia berjuang untuk menemukan kebutuhan dasar seperti pembalut dan tampon. (lev)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
