Perubahan Iklim Dunia Kian Mengkhawatirkan

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Rabu, 08 Juni 2022
Perubahan Iklim Dunia Kian Mengkhawatirkan

Perubahan Iklim Dunia Kian Mengkhawatirkan (Foto: Pixabay/marcinzoswiak)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

KEBIJAKAN yang saat ini berlaku untuk mengatasi krisis iklim di seluruh dunia akan mengarah pada kerusakan iklim 'bencana'. Pada KTT Cop26 November lalu, sejumlah negara sepakat untuk mengajukan rencana membatasi pemanasan global hingga kenaikan 1,5 derajat celcius. Itu di atas tingkat pra-industri, yang merupakan batas keselamatan menurut para ilmuwan. Sejumlah negara berjanji akan membatasi kenaikan suhu di bawah 2 derajat celcius.

Namun, kebijakan serta langkah-langkah yang disahkan dan dilaksanakan oleh sejumlah pemerintah, tampaknya akan menyebabkan kenaikan suhu yang jauh lebih besar, setidaknya 2,7 derajat celcius. Hal itu melampaui ambang batas keamanan relatif dan berpotensi naik hingga 3,6 derajat celcius.

Baca Juga:

Dampak Krisis Iklim, Anak Kelahiran 2020 Berpotensi Alami Nasib Menyedihkan

Tentunya ini akan memiliki dampak 'bencana' dalam bentuk cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan perubahan iklim global yang tidak bisa diubah.

Perubahan iklim global kian mengancam (Foto: Pixabay/thedigitalartist)

Tiga mantan direktur dari Konvensi Kerangka Kerja PBB soal perubahan iklim menulis bersama di Guardian. Pertama kali mereka menulis bersama di sebuah surat kabar, soal konsekuensi bencana apabila gagal memenuhi janji nasional tentang iklim dan tindakan kebijakan nyata untuk mengikuti mereka.

Para pemimpin yang terdiri dari Michael Zammit Cutajar, Yvo de Boer dan Christiana Figueres itu menulis dalam Perjanjian Paris 2015, semua pemerintah setuju untuk berupaya membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius. Saat ini masyarakat berhak bertanya apakah upaya mereka sudah tercapai? Kemana arah mereka dan seberapa tulus mereka? Ilmu pengetahuan menunjukan tindakan pada dekade ini untuk mengurangi efek rumah kaca sangat penting.

Mereka menunjuk pada temuan Panel Antarpemerintah soal perubahan iklim yang telah diterbitkan, di mana digambarkan sebagai 'atlas penderitaan'. Gambaran yang menunjukan kehancuran luas yang mungkin terjadi apabila kita gagal dalam mengatasi emisi gas rumah kaca dengan segera.

Selain itu, mereka juga menulis segudang laporan tentang cuaca ekstrem yang kita saksikan pada tahun 2022. Yang menunjukan bahwa harus segera mengambil tindakan nyata.

"Perubahan iklim terus berlangsung, semakin kita mengunci masa depan yang menampilkan lebih banyak kerusakan, lebih banyak kerawanan pangan, kenaikan permukaan laut, ancaman ketahanan air, kekeringan hingga penggurunan. Karena itu para pemerintah negara harus berindak melawan perubahan iklim seraya menangani krisis mendesak lainnya," tulis para pemimpin tersebut.

Baca Juga:

Banyak Orang Indonesia Tak Percaya Perubahan Iklim

Saat ini tindakan negara-negara maju dinilai mengecewakan. Mereka lamban dalam mengurangi emisi, dan tidak menyediakan dana bagi negara-negara miskin sebagai bantuan untuk mengatasi dampak kerusakan iklim.

Banyak negara-negara maju yang dikabarkan cukup mengecewakan dalam mengatasi perubahan iklim (Foto: Pixabay/geralt)

Bulan ini menandai peringatan 50 tahun Konferensi Stockholm, ketika perwakilan dari seluruh dunia pertama kali memutuskan bahwa keadaan lingkungan global menjadi perhatian serius. Diperlukan adanya tindakan internasional terpadu untuk memecahkan masalah seperti polusi, hilangnya spesies, lahan degradasi dan penipisan sumber daya.

Seperti yang dikutip dari laman The Guardian, Pejabat PBB mengungkapkan, peringatan itu diharapkan bisa mendorong pemerintah di sejumlah negara untuk memperbarui tekad mereka, meskipun geopolitik 'dingin', sebelum terlambat semuanya

Perekonomian yang berubah dengan cepat, itu mendorong iklim lebih aman dan menyejhaterakan masyarakat. Masyarakat khususnya kalangan anak muda dalam melihat perubahan iklim dibatasi untuk mengakses kebenaran.

Seperti pada Konferensi Stockholm, kita membutuhkan para pemimpin nasional untuk mengingat apa yang ditunjukkannya soal potensi aksi kooperatif, bahkan di masa-masa sulit. Masyarakat perlu melihat para pemimpin memenuhi janji perubahan iklim mereka, untuk kepentingan manusia, kemakmuran dan Bumi.

Saat pemerintah bergulat dengan harga energi yang tinggi dan kenaikan harga pangan, mantan kepala iklim PBB berpendapat untuk langkah cepat ke energi bersih, yang sekarang kompetitif secara ekonomi dengan bahan bakar fosil.

Menurut para pemimpin tersebut, sekarang tidak ada alasan untuk tidak mengambil jalur energi bersih. Banyak pelaku korporasi memahami perlunya tindakan dini di bidang ini. Tetapi pemerintah masih perlu memberi insentif untuk transisi. (Ryn)

Baca juga:

Anak Kelahiran 2020 dan Selanjutnya Terancam Krisis Iklim Parah

#Lipsus Juni Sayangi Bumi #Perubahan Iklim
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Survei C3S: Juni 2025 Bulan Terpanas Ketiga dalam Sejarah
"Tren jangka panjang terkait meningkatnya suhu samudra terlihat jelas secara global."
Wisnu Cipto - Rabu, 09 Juli 2025
Survei C3S: Juni 2025 Bulan Terpanas Ketiga dalam Sejarah
Fun
Tak Ada Musik di Planet Mati: 15 Musisi Satukan Suara untuk Iklim
Nama-nama seperti Kunto Aji, Reality Club, Teddy Adhitya, Sukatani, hingga Ave The Artist, ikut serta dalam program ini
Wisnu Cipto - Kamis, 03 Juli 2025
Tak Ada Musik di Planet Mati: 15 Musisi Satukan Suara untuk Iklim
Lifestyle
Prochlorococcus: Bakteri Mikro Penyelamat Bumi yang Terhubung Melalui Nanotube
Temukan bagaimana Prochlorococcus, bakteri terkecil di Bumi, menggunakan nanotube untuk bertukar nutrisi dan menjaga ekosistem laut. Penemuan revolusioner ini mengubah cara kita memahami kehidupan mikroba!
ImanK - Rabu, 19 Februari 2025
Prochlorococcus: Bakteri Mikro Penyelamat Bumi yang Terhubung Melalui Nanotube
Dunia
Perubahan Iklim Bikin Cuaca Dingin Ekstrem tak Terlalu Parah
efek pemanasan dari perubahan iklim mengurangi tingkat keparahannya hingga 22 persen.??
Dwi Astarini - Selasa, 11 Februari 2025
Perubahan Iklim Bikin Cuaca Dingin Ekstrem tak Terlalu Parah
ShowBiz
Libatkan 15 Musisi dalam Negeri Album Kompilasi 'sonic/panic Vol. 2' Resmi Mengudara
IKLIM Kembali Hadirkan Album 'sonic/panic', Libatkan 15 Musisi Tanah Air dari Berbagai Genre
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 15 November 2024
Libatkan 15 Musisi dalam Negeri Album Kompilasi 'sonic/panic Vol. 2' Resmi Mengudara
ShowBiz
IKLIM Kembali Hadirkan Album 'sonic/panic', Libatkan 15 Musisi Tanah Air dari Berbagai Genre
Album kompilasi sonic/panic Vol. 2.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 30 Oktober 2024
IKLIM Kembali Hadirkan Album 'sonic/panic', Libatkan 15 Musisi Tanah Air dari Berbagai Genre
Indonesia
Gili Tramena di NTB Terancam Lenyap karena Perubahan Iklim
Kawasan Gili Tremena tak dikelilingi sabuk pelindung abrasi berupa pepohonan mangrove.
Dwi Astarini - Minggu, 06 Oktober 2024
Gili Tramena di NTB Terancam Lenyap karena Perubahan Iklim
Dunia
Nigeria dan Inggris Bahas Pendanaan Penanganan Perubahan Iklim
Fokus pembicaraan itu ialah pada tantangan mendesak dan kompleks terkait dengan perubahan iklim.
Dwi Astarini - Jumat, 13 September 2024
 Nigeria dan Inggris Bahas Pendanaan Penanganan Perubahan Iklim
Dunia
118 Juta Warga Afrika Terancam Krisis Iklim di 2023
Negara-negara Afrika telah kehilangan rata-rata 2-5 persen dari produk domestik bruto (PDB) mereka setiap tahun.
Dwi Astarini - Selasa, 03 September 2024
118 Juta Warga Afrika Terancam Krisis Iklim di 2023
Bagikan