Penyebab Banyak Anak Muda Apatis Terhadap COVID-19
Kelompok usia muda acuh pada COVID-19 karena yakin tidak akan terpapar. (Foto: NBC News)
PANDEMI COVID-19 masih menghantui bumi pertiwi. Dalam kondisi seperti saat ini, sudah semestinya kewaspadaan tetap dijaga dengan baik. Protokol kesehatan pun seharusnya tetap dijalankan secara disiplin.
Namun kenyataannya, masih banyak orang yang lalai atau bahkan sengaja mengabaikan aturan kesehatan. Survey terbaru dari Badan Pusat Statistik di bulan September 2020, menunjukkan bahwa kelompok usia muda (17-30 tahun) cenderung lebih abai dibandingkan kelompok umur lainnya.
Baca juga:
Generasi muda cenderung skeptis dengan keberadaan virus Corona. Tidak sedikit anak muda yang meyakini tidak akan mungkin terpapar atau tertular COVID-19.
Rendahnya kesadaran akan hal tersebut diperburuk dengan mobilitas tinggi. "Energi yang besar pada kelompok usia muda membuat mereka memiliki mobilitas tinggi dan itu meningkatkan resiko pemaparan virus COVID-19," jelas Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Daeng M Faqih saat Konferensi Pers Virtual #PesanPemuda, Rabu 28 Oktober 2020.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2020, ada berbagai alasan yang membuat seseorang tidak menerapkan protokol kesehatan.
Sebanyak 55 persen tidak patuh pada protokol kesehatan karena tidak ada sanksi tegas yang diberikan jika tidak menerapkan protokol kesehatan, 39 persen karena tidak ada kejadian penderita COVID-19 di lingkungan sekitar dan 33 persen mengatakan protokol kesehatan membuat pekerjaannya menjadi sulit.
"Alasan lainnya misalnya harga alat kesehatan (masker, face shield, hand sanitizer, dan APD) mahal, pimpinan atau aparat tidak memberi contoh atau hanya ikut-ikutan," terang dokter Daeng.
"Orang-orang berpikir bahwa garda terdepan itu adalah tenaga kesehatan. Padahal sebenarnya garda terdepannya itu masyarakat karena upaya preventif dari merekalah yang efektif memerangi Corona," ujarnya.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). "PHBS itu terdiri dari 6M: menggunakan masker, menggunakan hand sanitizer, mencuci tangan selama 60 detik dengan sabun, menghindari jabat tangan, menghindari kerumunan dan menjaga jarak minimal satu meter," urainya.
Baca juga:
Hal tersebut diamini oleh dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical Management Good Doctor Technology Indonesia. “COVID-19 telah mendorong semua orang meningkatkan standar berperilaku bersih dan penjagaan diri dari risiko kesehatan.
Sebagai masyarakat muda kita harus patuh pada penggunaan masker, hand sanitizer atau disinfektan, dan menjaga jarak minimal satu meter. Ini menjadi suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar saat ini," jelasnya.
"Kami mengajak semua anak muda, termasuk generasi muda praktisi kesehatan profesional untuk ambil bagian dalam kampanye ini sebagai salah satu upaya dalam perjuangan melawan pandemi,” imbaunya.
Dalam situasi pandemi, dokter Adhiatma juga berharap masyarakat lebih memperhatikan kesehatan dengan menggiatkan upaya pencegahan penyakit melalui hal-hal sederhana. Seperti mengatur jadwal makan, olahraga, istirahat, dan mengecek kesehatan secara berkala. (avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas