Kesehatan

Penyebab Banyak Anak Muda Apatis Terhadap COVID-19

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Kamis, 29 Oktober 2020
Penyebab Banyak Anak Muda Apatis Terhadap COVID-19

Kelompok usia muda acuh pada COVID-19 karena yakin tidak akan terpapar. (Foto: NBC News)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

PANDEMI COVID-19 masih menghantui bumi pertiwi. Dalam kondisi seperti saat ini, sudah semestinya kewaspadaan tetap dijaga dengan baik. Protokol kesehatan pun seharusnya tetap dijalankan secara disiplin.

Namun kenyataannya, masih banyak orang yang lalai atau bahkan sengaja mengabaikan aturan kesehatan. Survey terbaru dari Badan Pusat Statistik di bulan September 2020, menunjukkan bahwa kelompok usia muda (17-30 tahun) cenderung lebih abai dibandingkan kelompok umur lainnya.

Baca juga:

Pandemi Jadi Irit, Bikin Saldo Rekening Enggak Rumit

Generasi muda cenderung skeptis dengan keberadaan virus Corona. Tidak sedikit anak muda yang meyakini tidak akan mungkin terpapar atau tertular COVID-19.

Penyebab Banyak Anak Muda Apatis Terhadap COVID-19
dr. Daeng M Faqih ungkap alasan pemuda tidak patuh pada protokol kesehatan. (Foto: istimewa)

Rendahnya kesadaran akan hal tersebut diperburuk dengan mobilitas tinggi. "Energi yang besar pada kelompok usia muda membuat mereka memiliki mobilitas tinggi dan itu meningkatkan resiko pemaparan virus COVID-19," jelas Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Daeng M Faqih saat Konferensi Pers Virtual #PesanPemuda, Rabu 28 Oktober 2020.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2020, ada berbagai alasan yang membuat seseorang tidak menerapkan protokol kesehatan.

Sebanyak 55 persen tidak patuh pada protokol kesehatan karena tidak ada sanksi tegas yang diberikan jika tidak menerapkan protokol kesehatan, 39 persen karena tidak ada kejadian penderita COVID-19 di lingkungan sekitar dan 33 persen mengatakan protokol kesehatan membuat pekerjaannya menjadi sulit.

"Alasan lainnya misalnya harga alat kesehatan (masker, face shield, hand sanitizer, dan APD) mahal, pimpinan atau aparat tidak memberi contoh atau hanya ikut-ikutan," terang dokter Daeng.

"Orang-orang berpikir bahwa garda terdepan itu adalah tenaga kesehatan. Padahal sebenarnya garda terdepannya itu masyarakat karena upaya preventif dari merekalah yang efektif memerangi Corona," ujarnya.

Ia pun mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). "PHBS itu terdiri dari 6M: menggunakan masker, menggunakan hand sanitizer, mencuci tangan selama 60 detik dengan sabun, menghindari jabat tangan, menghindari kerumunan dan menjaga jarak minimal satu meter," urainya.

Baca juga:

Pandemi COVID-19 Membuat Pola Berbelanja Berubah

Hal tersebut diamini oleh dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical Management Good Doctor Technology Indonesia. “COVID-19 telah mendorong semua orang meningkatkan standar berperilaku bersih dan penjagaan diri dari risiko kesehatan.

Penyebab Banyak Anak Muda Apatis Terhadap COVID-19
dr. Adhiatma Gunawan ajak pemuda lebih care kepada kesehatan. (Foto: Istimewa)

Sebagai masyarakat muda kita harus patuh pada penggunaan masker, hand sanitizer atau disinfektan, dan menjaga jarak minimal satu meter. Ini menjadi suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar saat ini," jelasnya.

"Kami mengajak semua anak muda, termasuk generasi muda praktisi kesehatan profesional untuk ambil bagian dalam kampanye ini sebagai salah satu upaya dalam perjuangan melawan pandemi,” imbaunya.

Dalam situasi pandemi, dokter Adhiatma juga berharap masyarakat lebih memperhatikan kesehatan dengan menggiatkan upaya pencegahan penyakit melalui hal-hal sederhana. Seperti mengatur jadwal makan, olahraga, istirahat, dan mengecek kesehatan secara berkala. (avia)

Baca juga:

Pandemi Bawa Kita Kembali ke Keluarga

#Kesehatan #Info Kesehatan #Virus Corona #Penyebaran Virus #COVID-19 #Anak Muda #Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Indonesia
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Anggaran kesehatan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dialokasikan sebesar Rp 244 triliun.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Bagikan