Pentingnya Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Di tengah Gempuran Omicron


Pentingnya meningkatkan daya tahan tubuh di tengah gempuran Omicron (Foto: pixabay/alexandra_koch)
KASUS COVID-19 saat ini kian meningkat, pertambahan kasus harian per tanggal 30 Januari 2022 mencapai 12.442 orang. Selain itu Okupansi tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) pun meningkat.
Menurut Spesialis Penyakit paru dari RSUP Persahabatan Dr.dr. Erliana Burhan, M.Sc, Sp.P(K), sejak awal Januari 2022, terjadi perkembang yang cukup signifikan.
Baca Juga:

Dr Erlina menyampaikan di awal tahun baru 2022 masih di bawah 200 kasus, kemudian meningkat hingga ribuan. Bahkan, kematian akibat Omicron juga telah dilaporkan.
Omicron merupakan salah satu varian dari COVID-19. Salah satu karakteristik yang perlu diketahui dari Omicron, yakni sangat mudah menular dibandingkan varian delta. Hal itu terlihat dari angka peningkatan kasus harian yang sangat cepat.
Erliana menjelaskan sebelumnya pada pertengahan Desember 2021, kasus Omicron merupakan imported cases yang dibawa dari orang luar negeri atau Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN).
Namun, seiring berjalannya waktu, saat ini sudah terjadi penularan pada komunitas. Kabarnya penularan di komunitas telah mencapai lebih dari 20 persen.
"Asumsi saya, kalau dilakukan pemeriksaan, sebagian besar kasus yang terjadi di Indonesia sudah Omicron," kata dr. Erliana, pada Virtual Talk Show Kesehatan 'Kembali Beraktivitas, Masyarakat Harus Waspada Omicron dan Jaga Daya Tahan Tubuh', Kamis (3/2).
Erliana menjelaskan bila omicron naik tinggi dan terjadi lonjakan seperti pada Juli-Agustus 2021, maka kemungkinan sistem kesehatan akan kewalahan. Semakin banyak kasus maka semakin banyak pula orang yang perlu dirawat, baik isoman di rumah atau di rumah sakit. "Virus ini tertular karena ada interaksi antar manusia. Jadi, kalau tidak penting-penting banget, janganlah bepergian," ujarnya.
Kemudian, Erliana juga menyarankan agar jangan makan bersama di kantor. Lebih baik makan sendiri-sendiri di ruangan masing-masing. Karena masker tidak digunakan saat makan dan kemungkinan penularan tinggi.
Disamping itu, Meski kasus Omicron tanpa gejala dan ringan, Erliana menyampaikan bahwa tidak perlu panik. Tapi, tetap harus waspada.
Data menunjukan penyakit yang ditimbulkan Omicron lebih ringan dibanding Delta, tapi perlu diwaspadai gejala ringan yang terjadi yakni pada kelompok mereka yang sehat dan muda. Sementara pada kelompok tertentu seperti lansia, anak-anak balita yang belum divaksin, dan orang komorbid, menjadi tidak gejala ringan lagi, sehingga perlu di rawat di rumah sakit.
Pada sistem imun yang turun, orang-orang dengan kelompok tersebut mudah sekali tertular. Terlebih bagi lansia sekaligus komorbid dan belum divaksinasi.

Karena itu, perlu adanya peningkatan protokol kesehatan, dan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Seperti makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup. Kemudian, konsumsi suplemen imunomodulator dan vitamin, pun bisa dipertimbangkan untuk meningkatkan imunitas.
Baca Juga:
Seorang Pria Mendapat 10 kali Suntikan Vaksin COVID-19 dalam Sehari
Menurut Prof.Dr. dr. Iris Rengganis Sp.PD-KAI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi dari RSCM Jakarta, meningkatkan daya tahan tubuh jadi penting di tengah omicron yang meningkat dan orang sudah mulai beraktivitas offline.
Dia mengingatkan, saat ini dua kali vaksinasi saja tidak cukup. Harus memberikan dosis booster atau dosis penguat. Dosis penguat tersebut menjadi sangat penting, karena itu akan melengkapi semua kebutuhan seseorang dalam menjaga sistem daya tahan tubuh, terutama di masa pandemi.
Prof Iris menyampaikan, mereka yang sudah divaksinasi dua kali, sebaiknya mengonsumsi suplemen imunomodulator, terlebih yang belum mendapat dosis penguat atau booster. "Di masa pandemi, kita tidak pernah tahu kondisi di luar itu seperti apa. Artinya, selain sudah divaksinasi dan jaga Prokes, tidak ada salahnya juga kita menguatkan daya tahan tubuh kita dengan mengonsumsi imunomodulator," papar Prof Iris.
Apabila kamu merasa kurang fit, maka suplemen maupun imunomodulasi tetap membantu untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan sistem imun tubuh kita. "Kalau semua itu diberikan secara sinergis, maka itu potensial untuk mengoptimalkan kerja sistem imun dalam melawan deteksi virus," jelasnya.
Sementara itu, DR. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si selaku VP Research & Development, Regulato-ry, and Medical Affairs SOHO Global Health, menyampaikan bahwa sebagai industri yang bererak di bidang kesehatan, SOHO terus berupaya dalam meningkatkan edukasi terkait kesehatan.
"Kami memperhatikan berkembangnya kebutuhan masyarakat akan produk suplemen imunomodulator serta vitamin yang efektif untuk menjaga daya tahan tubuh, dan dengan dosis yang lebih praktis," paparnya. (ryn)
Baca Juga:
Korea Selatan Lacak Pasien COVID-19 dengan Fitur Facial Recognition
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
