Penggunaan Rokok Elektrik Bawa Risiko Tersendiri bagi Remaja

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Jumat, 03 Mei 2024
Penggunaan Rokok Elektrik Bawa Risiko Tersendiri bagi Remaja

Ilustrasi vape atau rokok elektrik (Foto: Pixabay)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Meski dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan dengan merokok, vaping yang dilakukan menggunakan rokok elektrik (vape atau pod) disebutkan oleh peneliti membawa risiko tersendiri, khususnya bagi remaja.

Laman Medical Dialy melansir, Kamis (2/5), sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa remaja yang sering vaping mungkin menghadapi peningkatan paparan logam berbahaya seperti timbal dan uranium, yang berpotensi memengaruhi perkembangan otak dan organ secara negatif.

Berdasarkan temuan yang diterbitkan dalam jurnal Tobacco Control, para peneliti merekomendasikan penerapan regulasi dan inisiatif pencegahan yang ditujukan khusus untuk remaja.

Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa beberapa logam berbahaya ditemukan dalam aerosol dan liquid vape, yang sangat berisiko selama tahap perkembangan, menyebabkan gangguan kognitif, masalah perilaku, masalah pernapasan, kanker, dan penyakit jantung pada anak-anak.

Baca juga:

Dokter: Rokok Elektrik Mengandung Bahan Berbahaya

Dalam studi terbaru ini, para peneliti memeriksa apakah frekuensi dan rasa vaping berkorelasi dengan tingkat logam beracun yang berpotensi. Para peneliti menggunakan data dari Gelombang 5 Studi Anak Muda PATH, menganalisis tanggapan dari 1607 remaja berusia 13 hingga 17 tahun.

Studi ini mencakup rasa vaping seperti mentol atau mint, buah, permen seperti cokelat atau makanan penutup, tembakau, cengkeh atau rempah-rempah, dan minuman beralkohol atau non-alkohol.

Di antara peserta, 200 remaja termasuk dalam analisis akhir sebagai vaper eksklusif. Sampel urin mereka diuji untuk keberadaan kadmium, timbal, dan uranium. frekuensi vaping mereka, mereka dikategorikan sebagai vapers sesekali (1–5 hari/bulan), vapers intermiten (6–19 hari), dan vapers sering (20+ hari).

Baca juga:

Keputusan Kontroversial WHO Larang Vape di Seluruh Dunia

Analisis sampel urin menunjukkan bahwa tingkat timbal 40 persen lebih tinggi di antara vapers intermiten, dan 30 persen lebih tinggi di antara vapers sering daripada di antara vapers sesekali. Tingkat uranium urin juga dua kali lebih tinggi di antara vapers sering daripada di antara vapers sesekali.

Perbandingan jenis rasa menunjukkan tingkat uranium 90 persen lebih tinggi di antara vapers yang lebih memilih rasa manis daripada di antara mereka yang memilih mentol/mint.

Karena studi ini bersifat observasional, kesimpulan definitif tidak dapat diambil tentang tingkat logam beracun dan frekuensi atau rasa vaping.

Baca juga:

Lebih Bahaya Mana Vape atau Rokok Konvesional? Ini Kata Ahli

Dari studi tersebut para peneliti menyimpulkan, penggunaan rokok elektrik selama masa remaja dapat meningkatkan kemungkinan paparan logam, yang dapat memengaruhi perkembangan otak dan organ secara negatif.

Temuan ini memerlukan penelitian lebih lanjut, regulasi vaping, dan intervensi kesehatan masyarakat yang ditargetkan untuk mengurangi potensi bahaya penggunaan e-rokok, terutama di kalangan remaja. (*)

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Bagikan