Siaga Corona

Pengamat Sosial Sebut Virus Informasi Hoaks Jauh Lebih Berbahaya dari Covid-19

Eddy FloEddy Flo - Rabu, 04 Maret 2020
 Pengamat Sosial Sebut Virus Informasi Hoaks Jauh Lebih Berbahaya dari Covid-19

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati (Foto: antaranews)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.Com - Seiring tertular virus corona terhadap warga Indonesia, ratusan bahkan ribuan informasi hoaks mengisi ruang interaksi di pelbagai platform media sosial.

Tak pelak lagi, kondisi ini menurut pengamat sosial Devie Rahmawati ancaman virus informasi hoaks lebih berbahaya dari pada virus corona Covid-19.

Baca Juga:

PWI: Banyak Media Abai Kode Etik Jurnalistik Dalam Pemberitaan Terkait Corona

Menurut pengajar Universitas Indonesia ini, virus informasi hoaks membuat masyarakat tidak rasional lagi dalam bersikap.

"Jadi ancaman terbesar adalah virus informasi hoaks bukan virus corona," kata Devie di Jakarta, Selasa (3/3) malam.

Polisi terpaksa diterjunkan ke pusat perbelanjaan guna antisipasi panic buying oleh masyarakat
Polisi terjun langsung ke pusat perbelanjaan untuk antisipasi panic buying oleh warga terkait ancaman virus corona (Foto: antaranews)

Lebih lanjut, Devie mengungkapkan 'panic buying' yang dilakukan masyarakat setelah virus corona positif pertama di Indonesia diumumkan sebagai salah satu dampak dari informasi yang tidak komprehensif yang diterima oleh masyarakat.

Selama ini, lanjut dia, menerima informasi virus corona sudah mewabah di seluruh dunia dan mereka yang terjangkit akan meninggal dunia.

Masyarakat, ujar dia, belum menerima informasi bagaimana mencegah dan mengatasi penyakit baru tersebut. Ketidaktahuan tersebut menimbulkan ketakutan.

"Ketakutan mendorong insting kita untuk bertahan, bertahan itu ada dua, 'fight atau flight', pergi atau bertarung (bertahan)," terang Devie.

Devie mengatakan ketika positif corona pertama di Indonesia diumumkan wajar jika masyarakat bereaksi irasional melakukan 'panic buying' sebagai langkah bertahan dari situasi yang tidak bisa diprediksi.

Tapi hal tersebut tidak dibiarkan, perlu ada kepastian informasi, sehingga ketika masyarakat mendapatkan informasi yang lebih jelas dengan cepat membantu masyarakat untuk memilih apa yang harus dilakukan berikutnya, pergi atau bertahan.

"Dalam konteks bernegara memang perlu segera ada kepastian informasi," katanya.

Devie berpendapat, jika 'panic buying' masih berlanjut artinya ada yang tidak berperan. Negara harus segera mengantisipasi dengan menggerakan seluruh elemen negara untuk memiliki narasi yang komprehensif dan masif.

"Jadi narasi yang utuh menggunakan seluruh aparatur negara menyampaikan informasi tersebar dengan benar," kata Devie.

Penerima Australian Awards terkait isu Democratic Resilience yang membahas soal disinformasi itu mengatakan saat situasi normal informasi yang tidak benar jauh lebih banyak tersebar dari pada informasi benar. Apalagi di masa tidak normal seperti kondisi saat ini, saat bencana terjadi, baik itu bencana alam maupun wabah.

Kondisi tersebut membuat informasi yang tidak benar semakin berlipat. Hal ini dikarenakan kecenderungan manusia adalah menjadi pahlawan bagi orang lain.

"Ketika dia menerima informasi yang relevan dengan kondisi sekarang yang menurut dia orang lain harus tau, dia ingin menjadi pahlawan untuk menyebarkannya," kata Devie.

Padahal, lanjut dia, disaat itulah muncul masalah, sehingga jika hal itu bisa segera diatasi maka masyarakat akan mengambil langkah yang bijak, tidak melakukan 'panic buying'.

Baca Juga:

Habis Akibat Corona, Warga Terdampak Abu Vulkanik Gunung Merapi Sulit Dapat Masker

Panic buying' adalah reaksi awal sebagai sifat alamiah manusia yang belum utuh menerima informasi.

Devie Rahmawati sebagaimana dilansir Antara, menyebutkan perlu ada SOP sosialisasi informasi satu pintu tetapi betul-betul mewakili pemerintah dan menjadi rujukan masyarakat mendapatkan informasi.

"Jadi kalau ada SOP sosialiassi informasi, satu pintu yang betul-betul mewakili pemerintah yang menjadi rujukan masyarakat dan informasi harus konprehensif dan diupdate secara berkala dan masif," pungkasnya.(*)

Baca Juga:

Dampak Virus Corona, Penerbangan ke Jepang dan Italia Bakal Dibatasi

#Virus Corona #Pengamat Sosial #Penyebar Hoaks #Berita Hoax
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Indonesia tak Mampu Lunasi Utang Whoosh, China Ambil Alih Kepemilikan Natuna Riau
Indonesia disebut tak mampu melunasi utang kereta Whoosh. China pun akan mengambil alih kepemilikan pulau Natuna Utara, Riau, sebagai jaminannya.
Soffi Amira - Jumat, 24 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Indonesia tak Mampu Lunasi Utang Whoosh, China Ambil Alih Kepemilikan Natuna Riau
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: DPR Dibubarkan Karena Dianggap Tak Berguna dan Selalu Menghalangi Rakyat
Unggahan tersebut terbilang populer dengan lebih dari 12.400 tanda suka dan 2.400 komentar
Angga Yudha Pratama - Jumat, 24 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: DPR Dibubarkan Karena Dianggap Tak Berguna dan Selalu Menghalangi Rakyat
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Enggak Ada Angin dan Hujan, Tiba-Tiba Zinedine Zidane Tangani Timnas Indonesia
Dia meminta publik agar bersabar menanti
Angga Yudha Pratama - Kamis, 23 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Enggak Ada Angin dan Hujan, Tiba-Tiba Zinedine Zidane Tangani Timnas Indonesia
Indonesia
Mafindo Catat 1.593 Kasus Hoaks Infeksi RI Tahun Ini, Terbanyak Isu Politik Kedua Lowongan Kerja
Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) mencatat sebanyak 1.593 kasus hoaks tersebar di Indonesia dalam periode satu tahun terakhir, dari 21 Oktober 2024 hingga 17 Oktober 2025.
Wisnu Cipto - Kamis, 23 Oktober 2025
 Mafindo Catat 1.593 Kasus Hoaks Infeksi RI Tahun Ini, Terbanyak Isu Politik Kedua Lowongan Kerja
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Istri Menkeu Purbaya Diteror Paket Berisi Darah Segar oleh Orang tak Dikenal
Istri Menkeu Purbaya, Ida Yulidina, diteror lewat paket berisi darah segar. Paket tersebut kabarnya dikirim oleh seorang kurir. Lalu, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 22 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Istri Menkeu Purbaya Diteror Paket Berisi Darah Segar oleh Orang tak Dikenal
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Menko Yusril Mengamuk dan Minta Relawan Jokowi yang Bikin Gaduh Segera Ditangkap dan Dibubarkan Tanpa Ampun
Hasil penelusuran fakta menunjukkan tidak ditemukan pemberitaan kredibel yang dapat membenarkan klaim yang beredar tersebut
Angga Yudha Pratama - Rabu, 22 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Menko Yusril Mengamuk dan Minta Relawan Jokowi yang Bikin Gaduh Segera Ditangkap dan Dibubarkan Tanpa Ampun
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Purbaya Yudhi Sadewa Kena Marah Sri Mulyani Gara-Gara Banyak Penggemar
Purbaya diminta untuk menjaga Kementerian Keuangan sebagai pilar stabilitas dan instrumen penting negara
Angga Yudha Pratama - Selasa, 21 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Purbaya Yudhi Sadewa Kena Marah Sri Mulyani Gara-Gara Banyak Penggemar
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] : Prihatin, Kim Jong-un Siap Ambil alih Pimpin Indonesia untuk Bersihkan Pejabat Koruptor
Hasil penelusuran mengarah ke pemberitaan dari media Korea Selatan imnews.imbc.com
Angga Yudha Pratama - Minggu, 19 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA] : Prihatin, Kim Jong-un Siap Ambil alih Pimpin Indonesia untuk Bersihkan Pejabat Koruptor
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Luhut Yakin Ekonomi Indonesia Melebihi AS jika Jokowi Jadi Presiden Lagi
Ketua DEN, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, bahwa ekonomi Indonesia bisa melebihi AS jika Jokowi jadi presiden lagi. Apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Jumat, 10 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Luhut Yakin Ekonomi Indonesia Melebihi AS jika Jokowi Jadi Presiden Lagi
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Bahlil Menangis karena Dicopot Prabowo dari Kursi Menteri ESDM
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menangis usai jabatannya dicopot Presiden RI, Prabowo Subianto.
Soffi Amira - Kamis, 09 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Bahlil Menangis karena Dicopot Prabowo dari Kursi Menteri ESDM
Bagikan